Bab 29

522 48 0
                                    

Sudah 3 hari Vivi tak memberinya kabar biasanya jika dia tidak mengirimnya pesan pasti selalu mendatangi rumah Zio namun ini tidak sama sekali membuat Zio cemas, seperti saat ini Zio sedang di sibukkan dengan Pekerjaanny namun pikirannya entah kemana membuat pekerjaan sedikit terganggu.

"Kalo kaya gini mendingan Gua samperin aja, tumben banget engga ada kabar mana temen-temannya juga engga tau dia dimana" ucapnya lalu menyimpan pekerjaan dan mengambil kunci mobil untuk pergi ke rumah Vivi.

Orang tua Zio kini tengah berada di Jawa membuatnya tak ada mengingatkan tentang makan bahkan Zio bercerita pun tak bisa karena dia tak ingin orang tuanya khawatir seperti yang dia rasakan.

Zio melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata membuatnya mendapatkan umpatan dari pengendara lain namun dia abaikan karena perasaannya sangat ini sedang tidak karuan.

Tibalah di sebuah rumah yang nampak sepi dari depan dan lantai teras yang bisa di bilang sangat kotor mungkin karena hujan jadi tanah kebawa ke sana, Zio pun melangkahkan kakinya menuju ke depan rumah Vivi namun beberapa kali mengetuk pintu tak ada sautan sama sekali hingga dia berinisiatif untuk mendobraknya dan berhasil lalu Zio pun masuk.

"Vi, Vivi" panggil Zio namun tak ada sautan sama sekali.

"Ayah Bunda dimana?" panggil Zio namun tetap tidak ada sautan sama sekali membuat Zio membuka setiap pintu dan di saat dia membuka pintu kamar Vivi terlihat lah mereka semua dengan pakaian yang berlumuran darah dan pakaian Vivi yang tak karuan.

"Vivi Bunda Ayah" teriak Zio lalu menghampiri jasad mereka.

"Kalian kenapa? Siapa yang udah ngelakuin hal ini sama kalian" ucap Zio dengan air mata yang sudah membasahi wajahnya.

"Vi, kenapa gini Vi" Ucap Zio seakan-akan Vivi dapat mendengarnya namun hal itu sangat lah mustahil lalu dia beralih ke orang tua Vivi yang juga tergeletak di sana.

"Bunda Ayah kalian kenapa engga kabarin Aku kalo kalian dalam bahaya, Ayah Bunda bangun" ucap Zio namun semua hanya sia-sia lalu Zio berlari keluar rumah.

Tolong...Tolong... Tolong.

Teriak Zio membuat warga berbondong-bondong datang apalagi ini sudah sore hari sudah di pastikan banyak yang sudah pulang kerja.

"Kenapa Mas Arzi?" tanya seorang pria paruh baya namun Zio tak menjawab apapun dan memilih masuk kembali membuat mereka mengikuti Zio dan melihat ketiga jasad membuat mereka syok dan terpukul apalagi selama ini keluarga Vivi tak memiliki masalah kepada siapapun.

"Ini kenapa Mas?" tanyanya.

"Saya engga tau Pak udah tiga hari Vivi engga ngasih kabar dan di saat Saya ngecek ke dalem malah melihat kaya gini" jawab Zio.

"Mas yang sabar semoga nanti ada titik terang siapa pelakunya" ucapnya mencoba menenangkan Zio.

"Gua janji bakal cari peluknya" batin Zio.

"Aku sayang sama Kamu dan Aku akan balas semua perbuatan mereka" batinnya.

Kini Zio di bantu oleh warga untuk membersihkan jasad mereka dan membantu dalam pemakaman.

Hujan deras menjadi saksi bagaimana terpukulnya Zio saat ini, hanya ada kesedihan dan sesak yang dia rasakan namun dia hanya diam untuk menahan rasa itu kini hanya ada dirinya di atas pemakaman karena yang lain sudah pamit pulang.

"Vi, Maaf Aku engga bisa jagain Kamu sampai akhirnya Kamu pergi dengan cara yang hah mungkin tak layak, Vi maaf kalo Aku saat ini akan menjadi pendendam karena Aku engga mau orang yang udah bikin keluarga kalian seperti ini hanya bebas begitu saja" ucap Zio sambil mengelus nisan.

"Udah dulu ya Vi, Aku ke Ayah sama Bunda dulu" ucap Zio lalu mencium nisannya dan berlaih ke makam orang tua Vivi.

"Hay Bun Yah,  hehe gimana disana? Indah engga? Maafin Aku ya engga bisa jagain kalian, Bun Yah, Aku titip Vivi kalo dia bandel jewer aja engga apa-apa kok" ucap Zio menahan tangisnya.

"Bun Yah maaf kalo Aku akan cari orang yang udah buat kalian seperti ini, dan Aku akan kasih dia balasan setimpal untuk hal itu" lanjut Zio.

"Yaudah Aku pamit ya Ayah, Bunda, Vivi" ucal Zio lalu pergi dari sana dengan wajah sendunya.

"Gua engga akan biarin Lo tertawa di atas pesedihan yang Gua rasakan" batin Zio yang kini berekspresi datar.

Zio memilih untuk pulang ke rumahnya dan memikirkan rencana yang akan dia lakukan dan mencari tau tentang si pembunuh.

Zia Or ZioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang