Bab 11

761 70 0
                                    

Keesokan harinya Zio sudah berada dalam perjalanan menuju ke suatu tempat, dia tak sendiri karena ada Siska yang tengah duduk di sampingnya sambil sibuk menatap jalanan di depannya.

Kali ini mereka harus terjebak macet mungkin karena waktu pulang sekolah dan kini hujan membuat para pengendara tidak terlalu cepat.

"Banjir Sis" ucap Zio karena dia melihat tak jauh di depan mereka ada genangan air.

"Iya Tuan gimana nih?" tanya Siska panik.

"Terobos aja kali ya" jawab Zio yang tetap mengemudikan mobilnya menerbos jalanan yang tergenang air.

"Heran dan kalo engga banjir ya macet gitu aja terus" oceh Siska membuat Zio terkekeh geli.

"Kamu tuh kalo di kantor terkenal galak tapi sekarang ngomel mulu" ucap Zio.

"Ya kan Tuan tau sendiri itu di depan banjir tinggi gitu kan mana macet pula terus yang lain pada engga sabaran banget" ocehnya.

"Hey udah ya sabar nanti juga sampai kok, jangan marah-marah terus nanti cantiknya luntur loh" ucap Zio membuat Siska terdiam lalu memalingkan wajahnya karena saat ini dia merasa malu.

"Engga boleh baper dia atasan aku lagian dia juga milik orang lain" batinnya mencoba menenangkan detak jantungnya yang sedari tadi berulah.

Tak lama mereka pun sampai di tujuan lalu Zio dengan segera mengambil payung yang berada di kursi belakang setelah itu dia pun keluar dari dalam mobil dan berlari kecil menuju pintu Siska lalu dia membukannya.

"Makasih Tuan" ucap Siska saat keluar dari mobil, tanpa aba-aba Zio menarik pinggang Siska agar lebih merapatkan diri kepadanya bukan tanpa alasan Zio melakukan itu agar Siska tak kehujanan.

Siska hanya bisa pasrah apalagi kini tangan Zio berada di pinggangnya membuat Siska tak dapat bergerak karena takut jika hal lebih terjadi pada mereka.

"Selamat datang di showroom kecil saya Tuan" ucap owner sambil mengulurkan tangannya.

"Bapak bisa saja terlalu merendah seperti itu" ucap Zio menerima uluran tangannya.

"Selamat datang juga nyonya" ucapnya kepada Siska sambil mengulurkan tangannya.

"Selamat siang juga pak" jawab Siska menerima uluran tangan.

Lalu mereka pun berjalan untuk mengecek Bus yang akan mereka beli dari segi bentuk sampai ke fasilitas dan kapasitas Bus tak luput dari pengecekan, Zio memang sangat rinci karena dulu waktu di tubuh lamanya dia tak ingin ada sedikit pun kesalahan agar langkahnya tak salah apalagi rencananya ini akan di gunakan oleh banyak orang jadi dia harus lebih teliti.

"Untuk awal saya mau 30 unit dan standar sudah saya ucapkan tadi jadi harus seperti itu" ucap Zio.

"Baik Tuan, kami akan melakukan hal yang terbaik agar Tuan puas dengan kinerja kami" jawabnya.

"Dan untuk supir Bus mungkin nanti bisa langsung seleksi di kantor dan saya juga akan turun tangan mengenai itu" ucap Zio.

"Baik Tuan,  tapi mohon maaf Tuan jika saya boleh bertanya nyonya ini istri Tuan?" tanya owner.

"Dia bukan istri saya tapi Ibu dari anak-anak saya" jawab Zio sambil menaik turunkan alisnya.

Plak.
Pukulan mendarat di bahu Zio membuatnya mengaduh kesakitan dan pelakunya hanya menatap nyalang ke arahnya.

"Kalo ngomong suka gitu, saya asistennya Tuan Zio" ucap Siska.

"Oh maaf saya kira kalian pasangan suami istri karena yang saya lihat kalian sangat cocok" ucap owner.

"Bapak ini bisa aja, yaudah pak saya sama istri pamit dulu semoga kerja sama kita berjalan dengan lancar" ucap Zio menjabat tangannya.

"Terimakasih juga atas kepercayaan yang sudah Tuan berikan kepada kami" ucapnya.

"Terimakasih Pak" ucap Siska yang kini bergantian menjabat tangannya.

"Sama-sama, hati-hati" jawabnya.

Kini Zio dan juga Siska berjalan berdampingan menuju ke mobil dengan wajah Siska yang sedari tadi di tekuk karena kejahilan Zio.

"Cie marah nih" ucap Zio yang sudah duduk di balik kemudi sedangkan Siska hanya memalingkan wajahnya ke luar.

"Ucul banget sih ngambeknya" ucap Zio sambil memainkan telunjuknya di pipi Siska namun tiba-tiba Siska menarik telunjuk Zio dan menggigitnya.

"Aww sakit" ucap Zio melihat telunjuknya memerah.

"Rasain" ledek Siska sambil memeletkan lidahnya.

"Singa betina" ucap Zio.

"Hah apa kamu bilang sini kamu" ucap Siska lalu menarik telinga Zio.

"Aduh ampun sakit lepasin dong kalo lepas telinganya gimana coba" ucap Zio mencoba melepaskan tangan Siska.

"Biarin aja biar di ganti sama telinga kelinci" ucapnya.

"Sadisnya" ucap Zio yang berhasil melepas tangan Siska.

"Jangan ngambek ya nanti kalo ngambek aku cium loh" ucap Zio

"Cium aja" ucap Siska dengan menantang tanpa berpikir panjang Zio pun mencium tepat di ujung bibir Siska membuat Siska terdiam.

"Jangan ngambek lagi ya" ucap Zio mengelus pipi Siska yang sudah memerah.

Kini Zio fokus melihat jalanan di depannya sedangkan Siska sedari tadi hanya diam sibuk dengan pikirannya sendiri apalagi setelah kejadian tadi membuatnya tak tau harus berbuat apa.

Zia Or ZioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang