berhenti dari perjalanan panjang yang begitu melelahkan, mengukir kesan disepanjang persinggahan. tiada kata ragu tuk terus berjalan, tiada kata lelah untuk sampai pada tujuan. entah pemberhentian berapa yang telah mereka singgahi, tak terhitung tikungan, jalanan lurus serta turunan curam yang dilalui. jalan berlubang dan berkerikil tajam, hingga pada jalan setapak yang penuh semak berduri. banyak perasaan yang dialami selama perjalanan, susah senang silih berganti. kini mereka telah sampai pada tujuan, melegakan hati yang sempat suram selama perjalanan.
kini pemuda asik penuh taktik itu menatap pepohonan asri dengan perasaan membuncah, bukan kali pertama, namun tatap sama membuat dirinya merasa luar biasa.
“wah, nggak sia-sia diperjalanan, hasilnya memuaskan.” ujar renjun sambil meregangkan otot-otot tubuhnya, begitu kaku hingga ia sulit bergerak. namun kesulitan selama perjalanan, kini terbayarkan dengan indahnya pemandangan.
“selamat datang di desa den, gimana perjalanan nya?” mereka berempat disambut hangat oleh seorang laki-laki setengah abad, berwajah ramah dengan senyuman merekah. dia adalah laki-laki paru baya yang bekerja di keluarga narendra, mang john namanya.
“capek sih mang, cuman terbayarkan sama pemandangan yang masih asri. udah lama juga jaemin nggak kesini, mang jhon gimana kabarnya?” jaemin bertegur sapa dengan mang john, laki-laki paru baya yang berkerja sedari ia berumur 9 tahun. “mang jhon sehat, keluarga juga sehat. aden gimana kabarnya? bapak ibu sehat?”
jaemin mengangguk sembari merekah kan senyumannya, “kami sehat, sekeluarga sehat mang.”
mang john mengangguk singkat, lalu matanya bergulir kearah teman-teman karib jaemin. pandangan mang john jatuh pada pemuda asik penuh taktik itu, menurut mang john, pemuda itu memiliki aura positif yang menguar. dan haechan yang ditatap merasa malu, membuang pandangan sembari tersenyum lebar.
“kenalin mang, yang kecil ini namanya renjun—” ucapan jaemin dihadiahi decakan dari renjun, sungguh perkenalan macam apa itu. “ck, bukan kecil, tapi ganteng mang”
mang john tersenyum tipis, teman-teman jaemin sungguh asik.
“yayaya, yang ini jeno mang, dan yang uget-uget kayak ulet itu namanya haechan”
“dih, kok ulet sih, aku perkenalkan ulang mang. kenalin mang, namaku haechan leandra yang paling ganteng, saudara kembar dari Justin Bieber.”
“jangan percaya mang, hidupnya suka halu.” sahut renjun menohok, mang john yang tahu akan ada pertengkaran kecil itu pun, mengajak mereka untuk segera masuk ke dalam.
“aduh, ayo masuk semuanya, kalian istirahat di dalam aja.”
interupsi dari mang john dihadiahi anggukan, mereka semua berjalan menuju villa, tempat di mana mereka akan menginap. villa nya tampak megah namun elegan, perkarangan rumah yang cukup luas dengan rumput hijau pendek sebagai hiasan. ada sebuah ayunan beserta kursi, tempat dimana untuk meresapi hari.
jaemin merasa heran, villa dibersihkan hingga tampak seperti baru.
“silahkan masuk den,” jaemin mengangguk sebagai jawaban. “semua persediaan udah disiapkan, dua kamar juga udah dibersihkan. ah iya, air di villa ini lancar kok den, jadi aden nggak perlu risau.”
“makasih ya, mang.” mang john mengangguk sambil tersenyum ramah. “nanti kalo ada apa-apa bisa dateng kerumah mang jhon, nggak jauh dari sini, yang cat rumahnya warna pink, yaudah kalo gitu mang pamit dulu ya.”
mang jhon memilih untuk undur diri, menyisahkan keempat remaja yang tengah meneliti.
♥-♥-♥-♥