lima

125 29 0
                                    

setelah melayat ke kediaman, pemuda-pemuda itu beranjak menuju rumah makan milik mang john. selain ingin berkunjung, mereka juga tengah merasakan lapar. sang pemilik tak ikut serta, hanya menunjukkan lokasi dimana tempatnya berada. berjalan menuju rumah makan mang john tidak membutuhkan waktu yang lama, hanya beberapa menit saja.

rumah makan mang john berbentuk ruko, dengan steling yang menyediakan beberapa pilihan makanan. bahkan dari kejauhan saja sudah terlihat, bagaimana ramainya disana. haechan sangat senang, pasti rumah makan ini berbintang lima.

“selamat datang di rumah makan mang john, ingin pesan apa?” kedatangan mereka disambut hangat oleh sang pekerja, atau bisa di sebut karyawan?

“em, ayam bakar kecap aja ya? minumnya es teh?” tawar jaemin, yang lainnya hanya mengangguk, lalu memilih untuk mencari tempat duduk.

“gila sih, ini mah rame banget namanya” ucap haechan sambil mendudukkan bokongnya pada kursi plastik berwarna merah, matanya mengedar kesana-kemari memantu keramaian.

ketiganya sibuk bermain ponsel, sedangkan haechan sibuk mengabadikan momen tersebut. tak ada yang spesial, namun entah mengapa perasaan senang haechan membuncah. perlu di ketahui, jeno bermain ponsel untuk mengirim pesan untuk renjun. menurutnya, membicarakan secara langsung akan memperkeruh suasana.

[njun]
jadi lo ngerasa nggak beres sama ini warung?

[you]
iya, di sudut atas sama di atas steling
mereka merhatiin kita semua makan

renjun spontan mendongak, menatap jeno dengan wajah tak percaya. sedangkan jeno hanya mengedikkan bahunya, membuat renjun berdecak.

[njun]
gue emang nggak bisa liat
tapi gue bisa rasain
jadi beneran?

[you]
dia merhatiin kita ren.

membaca pesan jeno, seketika membuat renjun menegakkan tubuhnya, meletakkan ponsel lalu ikut selfi bersama haechan. yang mana membuat pemuda berkulit tan itu, menatap bingung ke arah renjun.

“ngapa lo?” renjun menggeleng, lalu merangkul bahu haechan. “nggak ada. percuma hape mahal, tapi nggak ada foto orang gantengnya.”

“dih sembarangan, ini hape, isi fotonya orang ganteng semua. mau liat lo? eh nggak usah deh, ini juga lo lagi ngomong sama orang gantengnya”

renjun memutar bola matanya malas, sedangkan jeno dan jaemin menggeleng sembari tersenyum kecil. haechan itu pede nya tingkat akut. yang lalu, haechan pernah dengan bangganya mengatakan bahwa neng gigi menyukai nya. padahal tidak, gigi mendekatinya hanya untuk dekat dengan jaemin si primadona sekolah. haechan semasa sma dikenal dengan julukan, si sadboy.

“ini pesanan nya, silahkan di nikmati mas,” dua orang perempuan datang sembari membawa nampan yang berisi makanan dan minuman, senyuman terpatri di antara keduanya. mungkin merasa senang melihat pemuda-pemuda tampan, yang baru pertama kali mereka lihat.

“makasih, mba.”

mereka mulai menyantap makanan tersebut, namun sebelumnya mencuci tangan dahulu agar bersih. sebenarnya jeno tak berselera makan, semenjak menginjakkan kaki di villa, perasaan nya mendadak risau setiap saat. entah pasal apa, namun ia juga selalu 'melihat ditempat yang mereka lewati atau kunjungi.

hendak menyuapkan secuil daging ayam yang kesekian kalinya, ke empatnya mendadak bungkam. sebuah suara dari meja belakang mereka, menggiring opini yang membuat pemuda-pemuda itu kebingungan. renjun meletakkan kembali, lalu menuangkan air putih kedalam gelas, meredakan kegugupan nya. sedangkan ketiga lainnya, bingung harus melakukan apa.

RUMAH NENEK✓ (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang