sembilan

122 32 2
                                    

“idung gue sakit banget,” renjun mengeluh sembari mengusap hidungnya yang terasa sakit. setelah kejadian beberapa waktu lalu, hidung mancungnya ternyata kemasukan banyak air, dan air itu sedikit berlumpur. tubuhnya basah kuyup, sedikit tersisa lumpur ditubuhnya. sama seperti jeno.

“wajar, nanti juga sembuh sendiri.” renjun mengangguk menanggapi ucapan jeno, detiknya ia melihat ke arah jaemin yang sedari tadi hanya diam. membuat ia penasaran.

“jaem, kenapa?”

jaemin hanya diam, tak menanggapi ucapan renjun, bahkan melihatnya saja tidak. renjun yang merasa diabaikan pun marah, menatap kesal kearah jaemin dengan pandangan sinisnya. sedangkan jeno dan haechan, memperhatikan keduanya. dan haechan yang mengetahui kondisi jaemin, akan menjelaskan kepada dua temannya.

“ren—” ucapannya dipotong oleh renjun, pemuda zeuska itu mendengus sembari menjauhkan dirinya. “—gue mau meres baju.”

yang lain diam, namun tidak dengan haechan yang berusaha menjelaskan apa yang terjadi. tak ingin ada yang terpecah belah diantaranya, haechan tak menginginkan itu. dan haechan baru sadar, renjun terlihat lebih emosional ketimbang beberapa waktu lalu.

“ren, jaemin tadi sempet mimisan, dan itu baru pertama kali. dia terus-terusan ngeluh bahu ke punggungnya kerasa berat,” haechan menjeda sejenak, membuang nafas panjang dengan memikirkan kondisi jaemin. “jaemin ketempelan, ren. gue nggak tau awal mulanya gimana, tapi jaemin berubah kayak gitu setelah mimisan. lo paham maksud gue, 'kan?”

renjun masih diam, mendengarkan dengan baik ucapan haechan. menerawang jauh, memikirkan keadaan jaemin membuat renjun tersadar, bahwa ia terlalu berlebihan dalam bersikap. renjun mendengus, lalu memeras kemeja nya dengan kuat, sehingga membuat setitik titik air berjatuhan. kaki jenjangnya melangkah menuju jaemin dan jeno, sembari menggunakan kemejanya kembali, tanpa bersitatap dengan haechan.

jujur, renjun malu dengan dirinya saat ini.

“jaem, jangan ngelamun lo, ntar kerakusan.” renjun berujar sembari mendudukkan bokongnya disamping jaemin, menatap temannya itu dari samping. namun sedetik kemudian, renjun melotot dan menjauhkan dirinya dari jaemin.

jeno yang melihat hal tersebut, merasa bertanya-tanya. “kenapa lo, ren?”

renjun berdiri dengan gelisah, perasaan nya gundah gulana. matanya sesekali melirik jaemin yang kini menatapnya datar, entah apa yang terjadi dengan temannya itu. tak mendapat jawaban yang memuaskan, jeno terus mendesak renjun agar berterus terang.

“ren! lo kenap—”

tubuh renjun bergetar, menandakan bahwa ia tengah ketakutan saat ini. selama kurang lebih lima atau enam tahun, ia tak pernah merasakan nya lagi, tapi kenapa sekarang semuanya kembali?

“.... ke-kenapa gue bisa liat lagi?”







♥-♥-♥-♥









“kepala gue pusing banget,” keluhan jaemin membuat haechan senang. bukan bermaksud apa-apa, hanya saja sedari tadi jaemin enggan berbicara. menurut analisa haechan, jaemin kerasukan penghuni dirumah tua tersebut. tapi haechan sedikit bersyukur bahwa jaemin tak mereog, mengingat ia kerasukan.

sedangkan renjun masih murung, memikirkan bagaimana bisa mata batinnya kembali lagi. memikirkan banyak masalah yang terjadi beberapa waktu lalu, mereka memutuskan untuk menyudahi vlog mereka. atau mungkin enggan melanjutkannya, semuanya terasa janggal dipikiran.

kini mereka masih duduk dekat kolam renang, duduk melingkar dengan perasaan campur aduk. jaemin dan haechan masih berbincang soal mengapa ia merasakan pusing yang amat sangat, dan tubuhnya terasa pegal-pegal. sedangkan renjun menunduk meratapi nasibnya, dan Jeno yang memperhatikan diamnya renjun.

RUMAH NENEK✓ (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang