dua puluh enam

39 8 0
                                    

seminggu telah berlalu, dan haechan sudah diperbolehkan pulang karena kondisi nya yang mulai membaik. pemuda itu duduk termenung di kamar nya, hari sudah gelap, jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. dan haechan malah termenung memikirkan kejadian minggu lalu, dimana jeno berkata bahwa ia mendapati sesuatu di kamarnya.

flashback

“ruangan lo kok wangi melati—bukan melati sih, lebih ke wangi sesajen gini, lo ngepet ya kalo lagi sendirian?”

saat itu haechan tengah melamun, salah satu kegiatan nya selama berada di ruang inap, hanya melamun, menangis sembari menyalahkan diri nya sendiri.

“apa sih, nggak jelas, gue nggak nyium wangi apa-apa. lo kali, yang sering ngepet dirumah.” sahutnya datar, amat kesal dengan kepribadian jeno yang menyebalkan. padahal tak tahu saja, ketiga temannya yang lain juga sebal dengan sikap haechan. “alah ngaku aja, hayo ngaku, hayo loh.”

haechan menggeram marah, lalu dengan sinis ia menatap jeno. “shut up jerk! gue gigit mampus lo!”

yang diteriaki tertawa terbahak-bahak, bahkan sampai membaringkan tubuhnya ke sofa. lalu ia melirik sekilas kearah haechan yang masih menampilkan wajah sinisnya, jeno pun berhenti tertawa sembari mengusap sudut matanya yang berair.

humornya rendah sekali.

“oke-oke, gue serius. kamar lo emang wangi sesuatu, bahkan gue liat sesosok yang paling dominan berdiri di samping lo,” ucapan jeno membuat haechan terkejut, lalu dengan kesal ia melempar buah kelengkeng hingga mengenai lengan pemuda bermata sipit itu.

“nggak usah nakutin gue!”

“lah, yang nakutin lo siapa, gue ngomong fakta kali. nih ya haechan, dia besar, matanya merah, mukanya han —”

“—JENO ANJENG!”

“wow wow, calm down my friend. nggak usah takut, dia nggak gigit kok.” entah kenapa jeno terlihat sangat-sangat menyebalkan hari ini, membuat haechan terus-terusan menggeram marah.

padahal haechan tak tahu saja, jeno juga merasa takut dengan hadirnya sesosok tersebut.

jeno baru sadar dengan kemunculan nya, ia baru menyadari sesaat setelah mencium wewangian yang membuat bulu kuduknya merinding. memang banyak sesosok yang hadir di ruang inapnya haechan, namun satu sosok paling dominan itu yang membuat jeno tak bisa berkonsentrasi.

“tapi serius chan, coba lo fokus buat hirup udara disini, pasti lo bakal nyadar sesuatu.” kata jeno meyakinkan, yang mana membuat haechan percaya. mencoba mengikuti arahan temannya tadi, haechan malah mendapati bau tak sedap. spontan ia menutup hidung nya, lalu menatap sinis kearah jeno.

yang ditatap malah tertawa, lebih keras malah. “jeno setan! kalo mau kentut di kamar mandi bajingan!”

“hahaha, sorry sorry, kelepasan waktu gue ketawa tadi.” masih dengan sisa tawanya, jeno malah mendapati sesuatu yang menyembul dari arah bawah nakas diruangan haechan.

ia menghentikan tawanya, merasa penasaran, ia menghampiri. haechan menyaksikan gerak-gerik jeno, apalagi saat temannya itu jongkok hendak melakukan sesuatu. “lo mau nga—”

“—diem dulu nyet!”

ia terdiam, dan masih memperhatikan dalam diamnya. sampai dimana jeno berdiri sembari memegang sebuah kain lusuh yang diikat, membuat nya menegang seketika. dan jeno yang mengerutkan keningnya dalam, menatap lebih detail benda yang berada di tangannya.

“ini apa?”

flashback off

membuang napasnya kasar, haechan beranjak dari tempatnya, menuju kasur tercintanya. berbaring menghadap langit-langit kamar, lalu dengan kasar ia berbaring menyamping. disana, iya, ada sesuatu diatas sana. haechan sampai menahan napasnya, memejamkan matanya dengan keringat yang membasahi pelipis nya.

RUMAH NENEK✓ (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang