lima belas

105 24 0
                                    

sudah seminggu berlalu semenjak kematian jaemin beserta papanya, belum ada yang tahu tentang kematian keduanya, kecuali orang terdekat. para fans the purple king tak mengetahuinya, bahkan mereka terus men-dm mereka mengapa tak ada lagi konten untuk di upload. tak jarang ada yang mencari pemuda narendra tersebut, menanyakan kabar laki-laki itu. pasalnya, jaemin paling sering berinteraksi dengan penggemar.

selama kepergian jaemin, suasana di kostan terasa sunyi mencekam. mereka bertiga lebih sering menghabiskan waktu sendiri, berbeda dengan yang dulu. renjun lebih banyak diam, haechan sering keluar rumah entah kemana tujuannya. sebenarnya jeno tak ingin kepergian jaemin membuat tali persaudaraan mereka hancur, seperti sekarang. jadi, jeno berinisiatif mengajak kedua temannya agar melakukan live streaming dan mengatakan bela sungkawa atas kepergian jaemin.

jeno yang duduk di tengah keduanya, menghela napasnya pelan.

“please, jangan jadi orang asing buat seterusnya”

renjun beserta haechan terdiam, bahkan mereka masih belum mengetahui perihal mengapa pemuda zeuska tersebut tiba-tiba diam semenjak kejadian itu. entah meratapi kepergian jaemin, atau ada sesuatu lain yang mengganjal di otaknya.

jeno memulai live streaming, tersenyum lebar seperti biasanya. baru sekitar 100 orang lebih yang menonton, namun entah mengapa dadanya terasa sangat sesak.

“udah lama nggak muncul, kemana aja?” jeno membaca komentar salah satu fans nya.“tuh ditanyain guys kita kemana aja selama ini.”

haechan tampak tersenyum, “akhir-akhir ini kita banyak kegiatan guys, jadi belum sempet nyapa kalian, apalagi buat vlog.”

“jaemin mana?” haechan terdiam setelah membaca komentar itu, lalu tersenyum kecut.

“hari ini kita, the purple king pengen bilang sesuatu ke kalian, tentang jaemin” jeno menunduk, sama hal nya dengan yang lain. mata renjun berkaca-kaca, lalu dia menatap kamera dan melanjutkan ucapan jeno, sebab pemuda abyaz itu larut dalam kesedihan.

“kita bertiga, ngucapin bela sungkawa atas meninggalnya jaemin narendra.”

ucapan renjun mendapat banyak komentar, bahkan seribu lebih menanyakan apakah kali ini mereka melakukan prank semata. banyak yang terkejut dengan ucapan renjun. mengucapkan bela sungkawa atas kepergian jaemin narendra.

“kita lagi nggak prank guys, jaemin narendra udah nggak ada, dia nemuin Tuhan-nya disana.”

mata jeno membaca adanya komentar yang bertanya, apa yang menyebabkan meninggalnya jaemin. menurut para netizen, kematian jaemin terlalu mendadak. tak muncul di layar, lalu dikabari bahwa ia meninggal dunia.

“jaemin meninggal karena apa? jadi, jaemin ninggalnya karena sakit, dia ngidap penyakit paru-paru.” tak salah, jaemin memang mempunyai penyakit paru-paru yang dideritanya sejak usia sepuluh tahun. namun mereka tak berani mengatakan hal yang sebenarnya, takut menjadi pro dan kontra.

“jaemin meninggal seminggu yang lalu, kita ngasih tau kalian sekarang atas izin keluarga nya.” ujar renjun, ia tak bisa berdiam diri. ia akan mengungkap kematian jaemin, karena kematian pemuda narendra itu terasa janggal.

“gue bakal ungkap siapa pelakunya, dan harus dihukum, di hukum mati bila perlu.” batin renjun zeuska dengan wajahnya yang kini terlihat datar, matanya menatap haechan dari layar. bukan menuduh haechan, hanya saja temannya itu terlihat aneh semenjak kematian jaemin.

mega-chan19
kok bisaaaa, jaemin gueee nggak boleh ninggal!

haechan tersenyum tipis, lalu menggelengkan kepalanya. “kematian itu takdir guys, jadi kita cuman bisa menyiapkan amal bukan menghindarinya.”

dan renjun melanjutkan.

“kematian itu memang takdir ya teman-teman, tapi kita nggak ada hak buat nganter mereka ketemu sama ajalnya.”

perkataan renjun membuat haechan menoleh cepat, lalu keduanya saling bertatapan. menatap dalam diam, mencari sesuatu yang dicari. sedangkan jeno hanya mengangguk sembari melihat komentar-komentar, tanpa mengetahui bahwa kedua temannya tengah perang tatapan.






♥-♥-♥-♥








siang yang terik ini, membuat jeno kepanasan. di genggaman nya kini sudah ada jus jeruk, ia buat barusan. duduk di ruang tamu sendirian, jeno sudah terbiasa. haechan tengah keluar entah kemana, sedangkan renjun berada di kamarnya tengah membaca buku. sebenarnya jeno ingin berbicara empat mata dengan pemuda zeuska itu, tapi ia tak ingin mengganggu ketenangan sang teman, jadi ia memutuskan untuk menundanya dahulu.

membicarakan perihal kematian jaemin, dan diamnya renjun. membicarakan nya dengan haechan? jangan harap. temannya itu selalu melengos pergi saat ia hendak menyapa, sekalipun berhasil, haechan akan diam sembari menunduk. ia mengatakan, tak bisa membicarakan tentang jaemin, hal itu akan membuat kepingan pedih itu melintas.

“jaem, sebenarnya lo itu manusia apa matahari sih. entah kenapa, semenjak kepergian lo, semuanya keliatan redup, gelap nggak ada semangat.”

jeno membeo, lalu kembali meneguk jusnya. melamun dengan pikiran bercabang, membuat kepalanya terasa pusing.

ia tak bodoh, kematian jaemin terlalu janggal untuknya. jika benar jaemin terpeleset lalu jatuh, pasti ada sesuatu yang membuatnya terpeleset. namun waktu itu, ia tak mendapati apa-apa disana. bahkan genangan air pun tak ada, itu tandanya, jaemin bukan meninggal karena kecelakaan, ia meninggal karena ada orang yang membunuhnya.

“...jen?”

jeno mendongak menemukan renjun yang kini sudah berdiri menjulang didepannya, menatapnya aneh. “eh! ngagetin anjir, ngapain lo disitu? kayak setan!”

renjun menaikkan alisnya sebelah, “lo lebih kaget sama kehadiran gue, ketimbang setan yang disamping gue?”

pemuda abyaz itu membisu, ia lupa perihal ia tak bisa 'melihat lagi. jeno belum memberitahu teman-temannya, bahkan sampai kematian jaemin ia tak pernah membicarakan hal tersebut. entah lah, jeno bingung harus bersyukur atau bagaimana. pasalnya, ia baru saja bertemu dengan mba kunti karin, lalu tiba-tiba pengelihatan nya redup, membuat nya galau merana. sedangkan renjun menaikkan alisnya sebelah, wajahnya entah mengapa terlihat remeh. membuat jeno yang tadinya gugup, kini juga merasa jengkel.

“muka lo biasa aja dong, kayak ngajak gelud!”

“bacot.”

jeno menggelengkan kepalanya, mengelus dadanya saat ucapan nyelekit renjun menggema dipikirkannya.

“iya bacot iya, jadi ngapain lo tiba-tiba didepan gue kayak setan gitu?” tanya jeno abyaz.

renjun mengedikkan bahunya acuh, “nggak ada sih, cuman pengen aja.”

jeno ternganga melihat kepergian renjun, sempat ngelag sebentar. lalu ia berdiri spontan, memandang kepergian temannya itu.

“RENJUN ZEUSKA SIALAN! FUCK YOU LO, FUCK YOU!”

jeno kini mengatur napasnya, kesal terhadap renjun. namun ia sedikit bersyukur saat renjun tak lagi berdiam diri, atau mendiamkannya. tapi disisi lain, sifat menjengkelkan renjun kini kembali lagi, setelah hiatus beberapa minggu.

hendak duduk, jeno dikagetkan oleh kepala renjun yang menyembul di pintu kamarnya. menatapnya polos, membuat jeno menggeram tertahan. sebab, temannya itu seperti merasa tak bersalah. 

“ngapa!?” sewot jeno.

renjun zeuska malah cekikikan ditempatnya.

“lupa gue, cuman mau ngasih tau, mang jhon ke jakarta hari ini.”





♥-♥-♥-♥



hai guys, maaf baru up, banyak kegiatan soalnya.

RUMAH NENEK✓ (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang