vote nya sayang:)
suer, dua kali ngulang buat ceritanya, karena pas mau di publish tiba-tiba ceritanya kehapus.
syedih:(“wah gila, rumah nya besar banget jaem,” ujar renjun dengan menggebu-gebu. rumah peninggalan nenek jaemin benar-benar mewah, berlantai dua dengan perkarangan luas. rumah tua itu tak berpenghuni selama, kurang lebih tujuh tahun.
rumah peninggalan nenek jaemin tersebut, hanya berdiri sendiri. berdiri dengan kokoh tanpa rumah tetangga yang menemaninya. dulu ada sekitar tiga rumah, namun pemilik rumah memilih pindah dan memutuskan untuk membongkar rumah mereka. rumah tua itu masih berdiri kokoh, namun dibeberapa bagian sudah mulai rusak, seperti berlumut, lapuk dan beberapa bagian sudah hilang.
“serem,” gumam haechan sambil menggosokkan telapak tangannya pada lengan, menatap bangunan itu takut. jujur, haechan sangat ketakutan sekarang. hawa nya terasa berbeda dengan tempat angker yang pernah ia kunjungi, rumah ini benar-benar memiliki aura kuat.
“gue nggak yakin mau masuk, selain takut ada mba-mba kunti, tapi gue takut ada binatang buas didalam sana.” ucapan renjun diangguki haechan, membayangkan saja sudah membuat bulu kuduknya berdiri.
sedangkan jaemin tampak berfikir, mana mungkin mereka kembali tanpa membawa hasil apapun. berbeda dengan jeno yang tampak tak nyaman dengan kehadiran beberapa makhluk sekarang, salah satunya mba kunti karin. ia sedari tadi mengikuti kemanapun jeno pergi, alasannya hanya ingin berteman dengan pemuda itu.
“alah, nanggung juga. udah buru, bangun tendanya, keburu gelap.” perkataan jaemin diangguki dengan perasaan campur aduk, rumah tua tersebut seperti menyimpan cerita kelam yang tiada habisnya. begitu menyeramkan, hingga membuat perasaan tidak nyaman.
mereka mulai mengeluarkan barang-barang, terutama tenda yang akan mereka gunakan untuk tidur. jeno dan renjun kebagian membangun tenda, sedangkan jaemin dan haechan mencari ranting disekitar. haechan melangkah kedepan ketika menemukan sebuah ranting, mengambilnya dengan senyuman membuncah. tak berapa lama, ranting-ranting sudah terkumpul banyak. dan hendak kembali, namun haechan malah berhenti ketika menemukan sesuatu.
segumpal rambut diantara banyaknya dedaunan kering.
“hih, jaem tungguin!” haechan bergidik ngeri, rambut itu seperti rambut yang dipaksa dicabut dari akarnya. melihatnya saja membuat haechan merinding, apalagi membayangkan nya. kaki jenjangnya berlari menuju jaemin yang sedikit jauh, mengejarnya dengan perasaan takut. namun atensinya tiba-tiba teralih ke arah pohon besar dengan akar-akar kokohnya, disana terlihat ada sesajen dengan seseorang yang memakai jubah hitam.
sungguh, haechan tak pernah mengira uji adrenalin di rumah tua nenek jaemin begitu menyeramkan. bahkan sudah membuatnya meringis, dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
“bunda~ hiks”
dia terus berjalan, dengan wajah pucat ia mampukan. dari kejauhan ia bisa melihat ketiga temannya tengah berdebat, entah mendebatkan apa, yang pasti namanya terucap dibibir mereka. renjun yang tak sengaja melihat haechan, melotot dan memanggil namanya.
“haechan!” karena panggilan itu, jeno dan jaemin menoleh dan menemukan haechan dengan wajah pucatnya. ketiganya menghampiri, lalu renjun memegang kedua bahu haechan. tampak pemuda asik penuh taktik itu menatap mereka dengan kosong, pipinya basah.
“chan, lo kenapa? lo baik-baik aja 'kan?” karena tak mendapat jawaban dari sang empu, renjun inisiatif menggoyangkan pundak temannya itu dengan keras. “chan sadar! lo bisa kemasukan!”
haechan terkejut, tentu saja. lalu netra sebening kristal itu menatap renjun dengan lekat, yang kemudian membuat ia menangis. ketahuilah, haechan memang tipikal cowo penakut. memang di vlog mereka haechan terlihat gagah berani, namun tidak dengan aslinya. ia begitu penakut, yang benar-benar membuatnya takut hingga air matanya turun.