05

171 30 5
                                    


Esok harinya, Junkyu mengumpulkan semua temannya yang tersisa. Tepat hari ini, mereka ingin mencoba membuat portal menuju labirin kematian. Tempat di mana Jihoon, Mashiho, dan Yedam terjebak. Walaupun itu masih sebuah dugaan, setidaknya mereka akan mencoba dulu.

"Lo udah siap kan Woo?" tanya Junkyu pada Jeongwoo yang sedikit merenung.

Mereka tengah berada di gudang belakang sekolah. Karena memang, tempat itu yang menurut mereka paling aman dan tidak terjangkau guru.

Jeongwoo yang ditanya sedikit linglung dan mengangguk. "Tapi Yoshi masih belum dateng. Gue juga ragu, Jun.."

Junkyu mengernyitkan dahinya heran. "Ragu kenapa?"

"Gimana kalo kita terjebak di sana? Dan gimana kalo ternyata mereka bertiga ga ada di sana? Bukannya jadi sia-sia belaka nanti?"

Pemuda koala itu menghela nafas sebagai jawaban dari pertanyaan Jeongwoo. "Kita harus coba dulu Woo, dan gue bisa jamin, ucapan Renjun bisa dipercaya. Ramalan dari orang tuanya selalu seratus persen benar."

Baiklah, apalagi yang bisa dibantah dari perkataan Junkyu? Saat ini, yang tertua diantara mereka koma, yang tertua kedua hilang, dan yang tertua ketiga kurang bisa diharapkan karena sifatnya yang sedikit jelek. Siapa lagi yang bisa mengkondisikan mereka semua disaat seperti ini selain Junkyu? Ya walaupun perbedaan umur mereka hanya sedikit.

Mau tak mau, Junkyu adalah pemimpin saat ini.

Jaehyuk, Asahi, Doyoung, Haruto, dan Junghwan hanya melihat sedari tadi. Mencoba untuk mempercayakan semuanya pada Junkyu. Ketujuh orang itu menunggu kedatangan Yoshinori dengan sabar.

Sampai pemuda yang ditunggu akhirnya tiba. Pemuda bersurai merah halus dengan tatapan galak dimatanya itu, berjalan dengan langkah diseret menuju ke arah mereka. Jelas saja warna rambutnya sangat menyalahi aturan sekolah. Tetapi berhubung anak itu tidak bisa diatur dan selalu bisa kabur dari razia, akhirnya guru-guru pun menyerah.

"Kenapa kalian manggil gue?" tanyanya dengan nada tak ramah.

Raut wajahnya bisa saja mengintimidasi setiap orang yang berinteraksi dengan pemuda itu. Kentara sekali, tatapan tajam itu, bibir yang tak mengukir senyum sama sekali, dan surai merahnya yang berantakan tak terurus.

Junkyu sedikit meneguk ludah. Jika saja bukan keadaan darurat, ia enggan sekali meminta bantuan anak berandalan satu ini.

"Kita harus nyelamatin Jihoon, Mashiho, sama Yedam. Butuh kekuatan lo buat bikin portal ke labirin kematian. Berhubung lo dari kingdom Flame Heart, jadi pasti lo bisa dan ngerti soal labirin itu. Nanti Jeongwoo bakalan bikin garis sihir, terus lo tinggal kasih semburan api di setiap garisnya."

"Kenapa gue harus ngelakuin itu?"

Ah, tak ada yang menyangka, pertanyaan seperti itu akan keluar dari bibir Yoshi. Semuanya terdiam membisu. Sedikit tertohok dengan pertanyaan bernada sinis itu.

Terdengar suara hembusan nafas gusar dari Junkyu. "Gue mohon, Yoshi.. Ini semua demi temen-temen kita yang terjebak. Kita ga bisa ngorbanin kak Hyunsuk gitu aja.." lirih Junkyu memelas, air matanya mulai berjatuhan. Tidak heran, semua yang ada di sana tahu, Junkyu sangat lemah jika menyangkut orang-orang yang disayanginya.

"Junkyu bener, Yosh. Kita udah ga punya pilihan lagi," tambah Haruto yang sedikit tak tega. Ia akan selalu luluh dengan air mata orang lain, karena kelembutan hatinya, di samping tubuh bongsornya itu.

Pemuda bersurai merah memalingkan wajahnya. Menyeringai tipis, penuh sorot ejekan. Kemudian seaaat setelahnya, ia juga tertawa sinis dan membentuk smirk di wajah tampannya.

Labyrinth | Two | Treasure | ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang