10

129 26 3
                                    


Gemuruh belum juga berhenti melanda gedung rumah sakit tua terbengkalai itu. Entah apa yang sebenarnya terjadi, Junkyu dan kawan-kawan hanya bisa pasrah.

Jihoon palsu hanya diam ditempat sembari tersenyum licik. Tetapi sudah pasti ia yang melakukan ini semua. Monster-monster mulai dari yang level rendah hingga besar dan berlevel tinggi muncul. Menyerang mereka dari setiap sudut lorong rumah sakit.

Tentu saja, Yoshi dan Junkyu yang berperan banyak sebagai petarung jarak dekat. Mereka berdua banyak menyerang dan menghabisi monster-monster itu. Sedangkan Jeongwoo, Asahi, dan Junghwan membantu keduanya dengan kekuatan jarak jauh mereka. Begitupun dengan Haruto dan Doyoung yang menjadi support untuk menambah damage dan ketepatan sasaran.

"Sialan, boleh juga kalian semua.." puji Jihoon palsu dengan seringai menyeramkan yang sialnya cocok di wajah tampan Jihoon. Memang wajah-wajah Psikopat tidak bisa bohong.

"Kyu, awas belakangmu!" seru Haruto memperingati Junkyu.

Junkyu langsung saja melompat dengan sayap kelalawar miliknya. Melayang beberapa centi di atas mereka semua.

Benar, semua tahu jika Junkyu adalah starter kingdom Devil. Belum lagi ia juga seorang prince. Membuatnya memiliki kekuatan di atas rata-rata.

Haruto beralih pada Asahi yang sedang mengontrol duri-duri tajam yang terbuat dari darahnya. Sedikit sulit karena ia memiliki anemia sehingga harus membatasi kekuatan miliknya.

"Sahi, lebih baik kamu incar monster bermata satu yang ada di depan. Monster itu memakan banyak hewan magis milik Junghwan."

Asahi mengangguk dan mengarahkan duri darah tajamnya ke arah monster yang dimaksud. Duri itu menancap tepat di mata sang monster. Monster itu menggeram kesakitan dan langsung mati di tempat.

Sementara yang lain sibuk bertarung, Jeongwoo diam di tempat memikirkan mantra yang belum ia hapalkan. Ia tahu bahwa Jihoon sedang dikendalikan. Namun ia lupa mantra untuk mengusir pengendali jiwa yang pernah diajarkan ibunya.

"Anjir, ngapa pas lagi gini gue pake lupa sih?!" erang Jeongwoo frustasi dan mengacak-acak rambutnya.

"Butuh bantuan gue, Woo?" tawar Haruto yang melihat dirinya.

Jeongwoo menjentikkan jarinya saat mendapat pencerahan. "Iya ya, kok ga dari tadi sehhh?!"

Haruto menganggukkan kepalanya dan merasuki pikiran Jeongwoo. Ia mengutak-atik semua isi kepala Jeongwoo dan mencari memori yang dilupakan dirinya.

"Ketemu! Nih, liat sendiri Woo," Haruto memutar kembali memori tersebut di otak Jeongwoo seolah-olah sedang memutar kaset lama.

"Ohh, akhirnya gue inget! Tapi gue butuh waktu buat ngapalin mantranya. Panjang banget anjir!"

"Gapapa, inget-inget aja dulu, biar gue yang ngelindungin lo," jawab Haruto sembari memecahkan kepala monster sekitarnya tanpa sentuhan sedikitpun.

Jeongwoo pun berkomat-kamit menghafalkan mantra. Membiarkan sekitarnya ribut dan kacau bukan kepalang.

Namun akhirnya setelah dirasa cukup, ia langsung mengucapkan mantranya dengan cepat dan lantang.

"ይቅዝብድቭዝቅጽጽኽድቅይጽጥድቅችቅጵክ" gumam Jeongwoo tak jelas.

Jeongwoo mengulang mantranya sebanyak tiga kali dan sepanjang itulah Jihoon palsu mengerang nyeri. Sekujur tubuhnya menggeliat seakan-akan tulangnya bisa patah kapan saja.

"Kalian.. akan menyesali ini semua! Hahh.. Ha.. PERGILAH KE NERAKA!!" jerit sesuatu dalam tubuh Jihoon yang akhirnya menampakkan dirinya.

Labyrinth | Two | Treasure | ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang