08

165 28 0
                                    


"Monster anak kecil tadi manggil pasukannya. Kita harus pergi sekarang. Kalo enggak, bisa gawat," tutur Yoshi serius.

"T-tapi Jaehyuk gimana? Ga mungkin kita tinggalin tubuhnya di sini," ungkap Jeongwoo.

"Biar aku yang urus," Junkyu mengangkat tangan kanan dan memutarnya searah jarum jam pada udara kosong di sampingnya.

Sebuah lubang dimensi terbentuk. Mirip dengan portal, hanya saja lebih kecil dan terlihat bintang di dalamnya.

Junkyu pun mengarahkan tangannya tadi pada tubuh Jaehyuk yang tergeletak mengenaskan. Tubuh Jaehyuk melayang perlahan mengikuti arah tangan Junkyu. Pelan tapi pasti, Junkyu memasukkan tubuh Jaehyuk ke dalam dimensi yang dibuatnya kemudian menutupnya.

"Beres, Jaehyuk ada di dalam dimensi buatan gue untuk sementara. Nanti setelah semuanya selesai, baru kita kubur jasad Jaehyuk dengan layak," ujar Junkyu mencoba untuk santai kembali.

Yoshi, Haruto, Jeongwoo, Junghwan, Asahi, dan Doyoung mengangguk. Segeralah mereka semua pergi dari sana. Tak peduli ke mana arah larinya. Mereka terus berlari tanpa tujuan.

Beberapa jebakan seperti lubang dalam, tanaman pemangsa, dan gas beracun telah mereka lalui. Junghwan dan Jeongwoo terkena beberapa kali juga. Untungnya mereka memiliki Doyoung yang dapat menyembuhkan luka-luka.

Sampai akhirnya langkah mereka berhenti pada sebuah tempat yang lumayan luas dalam labirin itu. Dan anehnya, terdapat gedung rumah sakit terbengkalai di sana. Tampak tua dan tak terurus. Malah lebih mirip rumah sakit angker.

Junkyu bimbang.

Bisa saja Jihoon, Mashiho, dan Yedam ada di sana. Terlebih lagi mereka harus bersembunyi dari pasukan monster anak kecil tadi. Tetapi gedung rumah sakit itu mengeluarkan aura berbahaya yang menguar kuat. Membuatnya ragu untuk masuk ke sana.

"Kita masuk ke sana ya, firasat gue, Jihoon, Mashi, ama Yedam ada di sana. Kita juga harus sembunyi dari pasukan monster anak kecil tadi kan?" akhirnya Junkyu memilih untuk meminta pendapat yang lainnya.

"G-Gue rada takut sih sebenernya, tapi... Kalo emang kita butuh petunjuk, gapapa deh," jujur Jeongwoo.

"Huuu cemen lo, gitu doang takut," ejek Haruto.

"Lo kan juga penakut, Hartoni, bukan gue doang. Terakhir kali kita uji nyali waktu wisata sekolah aja lo nangis kan?," kesal Jeongwoo karena diejek.

"Engga juga tuh, mata gue kemasukan debu aja waktu itu," alibi Haruto sembari memalingkan wajahnya ke arah lain.

Jeongwoo baru saja akan menimpali hingga Asahi buru-buru memotong.

"Udah-udah, kita harus cepet, lo berdua malah ribut sendiri. Entar meninggoy nangis."

"Kalo meninggoy mah ga bisa nangis," polos Junghwan.

Kepolosannya membuat Asahi terdiam serta Haruto dan Jeongwoo tertawa puas.

"Kalo aja lo bukan adek tergemes, udah gue makan lo wan:) "-Asahi in his heart.

"Ya udah, sekarang kita masuk aja, jangan buang-buang waktu," lerai Doyoung pada akhirnya.












































































































Gelap.

Satu kata yang mampu menjelaskan gedung rumah sakit terbengkalai ini. Sama sekali tidak ada tanda-tanda kehidupan, kecuali serangga yang hilir mudik ke sana ke mari setiap menitnya.

Labyrinth | Two | Treasure | ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang