06

155 28 12
                                    


Kedelapan remaja berjalan tanpa tahu arah. Tak lagi peduli kemana kaki mereka membawa dan lebih memilih mengikuti nurani.

Di antara remaja ceroboh itu, ada satu remaja yang kelihatannya sedang menabur sesuatu di sepanjang tanah yang mereka lewati. Remaja itu adalah Yoshi, memang di saat genting, otaknya berpikir dua kali lebih cepat. Hal itu dilakukannya agar mereka tidak tersesat karena bisa melihat tanda tersebut.

Haruto mengancingkan jaketnya ketika merasa udara semakin dingin. Mereka serasa sedang ditelan kegelapan. Hanya ada jalan berliku-liku dengan dinding lorong yang hitam.

Baru setengah jalan, Jaehyuk mengeluh lelah. Ia rasa kakinya tak akan kuat untuk berjalan lagi. Mungkin sudah sekitar tiga jam lamanya mereka berjalan tak tentu arah.

"Gue capek!" sungutnya kesal. Ia menghentak dan berhenti melangkah. Kemudian duduk di tanah. Bibirnya mencebik dan menggerutu. "Gini nih, kalo mau pergi ga mikir-mikir dulu! Pasti kita bentar lagi tersesat."

Junkyu menarik nafas kesal. Jaehyuk pikir hanya dia sendiri yang lelah? Junkyu dan yang lain di sini juga sedang kelelahan. Ia pun melemparkan tas kecilnya ke arah Jaehyuk.

"Lo pikir cuman lo yang capek?! Kita juga! Pliss jangan buat ribut disaat genting begini deh!"

Mendengar hal itu, Jaehyuk semakin cemberut. Kini tangannya terlipat di dada tanda ia sedang merajuk.

Junkyu yang melihatnya jadi semakin geram. Memang anak yang satu ini sulit sekali diatur. Mengurusnya hanya akan memicu darah tinggi di usia muda.

Tak memedulikan Jaehyuk lagi, Junkyu berniat melangkah kembali. Namun belum sempat satu langkah ia pijakkan, sebuah suara menginterupsi.

Krek.

"Anjir apaan itu?!" parno Haruto.

Yah, Haruto sih memang tinggi dan bongsor. Tapi itu mah badan doang, hatinya penuh sama hello kitty. Menonton film horor saja ia tidak kuat.

"Ssstt!" Junkyu menempelkan telunjuknya di mulut. Membuat yang lain diam tak berkutik. "Ruto, lo bisa aktifkan radar manipulasi punya lo, kan? Cepet cari tau itu tadi suara apaan."

Haruto tak punya pilihan selain mengikuti perintah dari Junkyu. Tubuhnya sedikit bergidik karena jujur, ia masih takut.

Sekarang saatnya fokus, Haruto memejamkan matanya. Ia merasakan aura-aura di sekitarnya.

Satu detik, dua detik.

Tak ada yang menghampiri radar Haruto. Dengan sedikit bingung, si tiang itu menggaruk tengkuknya heran. Tetapi di detik kedelapan, baru ia membuka mata dan menatap Junkyu penuh arti.

"Ada mahluk lain di sini."

Junkyu tak sebodoh itu untuk memahami maksud Haruto. Ia menatap Yoshi yang hanya diam sedari tadi.

"Yoshi, lo tau ada apa di sini? Secara kan lo dari kingdom Flame Heart."

Yoshi hanya merollingkan matanya malas. Ia sudah tau, ujung-ujungnya akan begini. Labirin kematian selalu terkenal akan bahayanya, tetapi ketujuh temannya ini benar-benar nekat untuk datang ke labirin kematian tanpa tahu apapun. Terutama Junkyu, niatnya untuk menolong tiga yang lain memang baik, tetapi pemuda koala itu tidak memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Sikap sok heroiknya itu membuat Yoshi muak.

Lihatlah sekarang, hanya karena dia dari kingdom Flame Heart yang menjaga labirin itu, dia yang harus bertanggung jawab atas nyawa mereka semua.

"Gue ga tau," ujarnya ketus. Ia tak peduli, memang dia juga pernah menjaga labirin ini dengan sepupu-sepupunya, tetapi ia tak pernah masuk sama sekali. Ini pertama kalinya.

Labyrinth | Two | Treasure | ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang