Bagian 7

737 29 0
                                    

Drtt..drtt

Ponsel Naura yang berada di atas nakas bergetar menandakan ada seseorang yang menelephone membuat istri dari Rendra itu terbangun dari tidurnya. Setelah dilihat rupanya yang menelephone adalah ibu mertua, segera dirinya mengangkatnya.

"Halo, assalamualaikum ma"

"Waalaikumsalam. Kamu sedang apa sekarang sayang?"

"Ini Naura baru aja bangun tidur ma, ada apa ma?"

"Bisa kerumah mama sekarang? Ini ada temen mama dateng rencana kita mau lutisan tolong kamu belikan buah-buahanya sekalian kita makan bareng-bareng ya"

"Wahh boleh ma, kebetulan udah lama juga kita nggak lutisan bareng. Tapi pasti Naura masih agak lama datengnya karena harus beli buah dulu"

"Nggak papa, temen mama masih lama kok pulangnya"

"Kalau gitu Naura siap-siap dulu, wassalamualaikum" kata Naura menutup panggilan lantas mengganti pakaian dan bersiap.

Naura sampai dirumah mertuanya saat hari menjelang ashar karena memang saat mertuanya tadi menghubungi, jam sudah menunjukkan pukul setengah tiga lebih sementara saat membeli buah tadi disana cukup ramai pembeli sehingga dirinya harus menunggu beberapa saat. Setelah menyimpan belanjaan di bawah meja untuk sementara, Naura menyalimi mama mertuanya juga temanya saat dirinya telah memasuki rumah.

"Ini menantuku Jeng, namanya Naura" kata Alya mengenalkan menantunya

"Maura tante"

"Reni, panggil tante Reni. Tante ini mamanya Resti kamu pasti udah ketemu sama dia"

"Iya benar tante kemarin Naura udah ketemu sama mbak Resti" jawabnya sopan.

tampak Reni hanya menganggukkan kepalanya sambil terus menatap Naura dari atas sampai bawah dengan intens hingga membuat wanita itu merasa tidak nyaman.

"Ma, Naura ke dapur dulu buat cuci buahnya sekalian siapin minuman. Mama sama tante Reni tunggu aja disini" pamit Naura sambil membawa buah nanas, mangga dan jambu yang di belinya tadi

Di dapur saat Naura tengah sibuk membersihkan buah-buahan, terdengar suara hels yang beradu dengan lantai membuat wanita cantik itu menoleh kebelakang seketika. Rupanya tante Renilah yang datang menghampirinya.

"Jadi begini penampilan dari istri Rendra?" tanya Reni membuat Naura bingung.

"Maksud tante?"

"Ckck ternyata kau tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan putriku. Lihat pakaianmu pun sangat kuno. Benar-benar tidak pantas bersanding dengan Rendra"

"Maaf bukankah perkataan tante barusan keterlaluan? Lalu kenapa jika pakaian saya kuno? Apa anda merasa dirugikan?"

"Tidak, hanya saja melihatmu yang seperti ini benar-benar tidak cocok dengan Rendra karena kamu pantasnya menjadi seorang pembantu"

"Lalu siapa yang cocok? Apa Resti, putri tante itu?"

"Tentu saja. Dia cantik, mapan dan berpendidikan. Dan asal kamu tau Resti yang paling berhak menjadi pendamping Rendra karena dia sangat mencintainya jauh sebelum kau datang menjadi pengacau di kehidupan mereka"

"Hhh...lagu lama yang sangat klise" balas Naura. Hanya itu jawabannya karena memang dirinya malas untuk berdebat, terlebih dengan orang yang lebih tua.

Benar dugaanya. Resti, wanita yang mengaku sahabat dari Rendra menaruh perasaan pada suaminya. Sejak awal, dirinya memang bisa melihatnya. Sedangkan suaminya, semoga saja lelaki itu bisa menjaga iman juga menundukkan pandangan dari lawan jenis supaya rumah tangga mereka tetap kokoh sampai maut yang memisahkan.

"Kalian lagi ngobrol apa?" tanya mama mertua Naura yang entah sejak kapan menyusul mereka

"Ah enggak jeng cuma tanya-tanya aja kok tentang produk-produk skincare terbaru. Biasalah yang namanya wanita nggak bisa lepas dari yang satu itu" kata Reni menyahut.

"Owh benar kamu jeng. Meski udah tua begini kita harus tetap menjaga wajah biar suami makin betah"

"Nah setuju jeng. Ternyata menantu kamu ini nyambung loh diajak ngobrol soal begituan"

"Jelas dong. Naura masih muda, uang Rendra pun aku yakin tak akan kekurangan jika hanya untuk membeli skincare atau perawatan. Lihat saja wajah cantik menantuku yang glowing ini"

Naura hanya tersenyum mendengar pujian mama mertuanya yang memang benar adanya tanpa berniat menimpali. Tentang perkataan tante Reni barusan dirinya tak mau ambil pusing. Biarlah wanita paruh baya itu bicara apa saja semaunya karena dirinya tak tertarik sama sekali untuk mencari pembenaran atau apapun yang nantinya bisa saja menjadi kesalahpahaman. Soal uang, suaminya itu memang royal kepadanya juga Jihan putri mereka sehingga kebutuhan rumah dan kebutuhan pribadi selalu tercukupi.

*****

"Ren mau langsung pulang apa masih lembur?" tanya Vino, teman sekantor Rendra yang lumayan cukup dekat dengannya. Saat ini memang waktu sudah menunjukkan jam pulang kerja namun Rendra belum beberes dan tampak masih berkutat dengan komputer di depannya

"Belum tau nih kerjaan masih banyak. Pengennya ya bentar lagi langsung pulang nggak pakek lembur segala"

"Mau gue bantuin?"

"Nggak usah Vin makasih banyak, ini nggak terlalu susah kayak biasanya kok"

"Yaudah, gue duluan ya"

Tring

Satu pesan yang entah dari siapa masuk ke ponselnya karena disana hanya tertera nomornya saja

0887xxxxx

Mas...

Mas ini nomorku, Resti. Kau harus menyimpanya atau aku akan marah sama mas

"Ah rupanya Resti udah tau nomorku" batin Rendra. Tak sadar, bibirnya melengkung ke atas membentuk sebuah senyuman. Wanita itu, masih sama dari dulu. Sangat manja padanya.

Beberapa saat saling bertukar pesan, Rendra bergegas menyelesaikan tugasnya sampai akhirnya selesai. Diperjalanan, bukanya mengarah pulang kerumah, mobil yang di kendarai oleh Rendra malah berbelok ke arah rumah Resti. Entah apa yang membawanya kesana. Yang jelas, lelaki itu hanya menuruti kata hatinya.

Ting tong...

Rendra menekan bel rumah yang tak lama kemudian pintu terbuka.

"Mas Rendra, ayo masuk" sambut Resti dengan senyum terkembang di bibirnya. Sepertinya gadis itu tak menyangka jika Rendra akan kerumahnya, apalagi hanya sendirian

"Kamu di rumah sendirian?" tanya Rendra sesaat setelah dirinya duduk di sofa ruang tamu

"Enggak mas. Ada mbok Sar ada di belakang, tadi kita abis bikin cemilan. Kalok mama belum pulang tadi katanya mau jalan-jalan"

"Owh"

"Aku ambilin minuman sama cemilan bentar kebelakang. Mas tunggu disini sebentar ya" kata Resti yang di angguki oleh Rendra.

Sembari menunggu laki-laki itu memilih memainkan ponselnya namun tak memberi kabar apapun pada Naura dan hanya membuka aplikasi biru sampai tak lama kemudian sahabatnya itu kembali datang dengan nampan berisi minuman juga camilan di tanganya. Melihat kedatangan sang sahabat, Rendra lantas meletakkkan ponselnya di atas meja.

"Diminum dulu mas"

"Kamu...masih cantik seperti dulu" kata-kata itu meluncur begitu saja dari bibir Rendra

"Ah mas Rendi bisa aja" balas Resti tertawa renyah dengan wajah tersipu.

Tampak keduanya sangat asyik mengobrol sambil memakan camilan sampai tak sadar jika malam kian beranjak namun sepertinya, mereka tak memperdulikanya.
_______________

Happy reading, semoga menghibur kalian semua dan jangan lupa kasih komen-komen atau saran-saran kalian agar ceritanya semakin baik kedepannya 😘😘😘

Goresan Luka (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang