"Ah...sial, sial gagal sudah rencanaku buat makan siang bareng mas Rendra gara-gara mbak Naura" gerutu Resti sambil berjalan ke arah kantormu dengan berjalan kaki
Memang begitu dekatnya kantor Resti dan Rendra karena hanya terhalang oleh empat bangunan saja jadi sebenarnya dirinya bisa menghampiri laki-laki itu kapanpun dirinya mau. Berhubung tanggung jawabnya cukup besar, Resti tidak bisa sembarangan pergi keluar jika jam kerja.
Saking kesalnya Resti, sampai-sampai dirinya tak menghiraukan beberapa orang yang juga berlalu lalang sampai bahunya bertabrakan dengan seorang laki-laki. Cukup kuat sampai membuat Resti meringis karena bahunya terasa sakit.
"Ma...maaf. Kau tak apa?"
"Lo kalau jalan pakai ma.....Lingga?" kata Resti begitu dirinya mendongakkan kepala
"Resti?" kata pria tersebut
"Apa kabar?" lanjutnya
"Gue... baik. Lo sendiri?"
"Sama. Alhamdulillah gue juga baik. Gimana kalau kita ngobrol bentar di cafe depan?" tawarnya yang di angguki oleh Resti
Lingga, teman laki-laki masa kuliah dulu yang cukup delat denganya selain Rendra. Tentu saja karena saat itu dirinya dan sahabatnya harus berjauhan sebab kepindahan orangtua Rendra. Dan entah kenapa laki-laki tampan di depannya ini tiba-tiba datang di kehidupanya seolah menjadi penghibur di saat-saat Resti merasa kehilangan sehingga bisa menjadi pengganti sosok Rendra saat itu.
"Jadi, lo udah lama pulang ke indonesia?" tanya Lingga. Kini keduanya telah berada di cafe.
"Nggak juga, tapi udah lumayan"
"Kenapa nggak ngabarin? Kalau kita tadi nggak sengaja ketemu mungkin lo gue nggak tau kalok lo udah disini"
"Maaf Ngga" kata Resti nyengir menunjukan deretan giginya yang putih dan rapi
"Terus ini lo abis dari mana tadi?"
"Kantor Rendra. Gue pengen ngajakin dia makan eh malah istrinya dateng ganggu rencana gue"
"Rendra? Siapa?" tanya Lingga dengan dahi mengerut
"Sahabat gue yang dulu sering gue critain"
"Oh itu. Tapi kata loe dia udah punya istri"
"Memang"
"Ya kenapa lo masih aja ajakin dia makan bareng? Pasti istrinya cemburu lah"
"Ya gue pengen aja. Masalah emangnya?"
"Dasar" kata Lingga mencubit pipi Resti
"Aih sakit tau" sembur Resti yang di sambut tawa renyah oleh Lingga. Bersamaan dengan itu, ponsel laki-laki itu berbunyi membuat Lingga lantas meraihnya.
"Res, sorry gue harus pergi lo nggak papa kan gue tinggal duluan. Ada urusan mendadak di kantor"
"Oh oke nggak papa kok santai aja"
"Next time kalau bisa kita ngobrol lagi. Nih kartu nama gue, nanti chat ya" pesan Lingga sebelum pergi yang di angguki oleh Resti.
*****
Di ruangan Rendra, Naura membereskan sisa makan siang suaminya dan bersiap untuk pulang. Selain jam makan siang sudah hampir habis wanita cantik itu harus menjemput Jihan karena hari ini putrinya pulang lebih cepat.
"Yah, bunda pulang dulu sekalian mau jemput Jihan sama ke supermarket ya. Stok bahan dirumah udah pada nipis"
"Oke bund, hati-hati di jalan. Jangan ngebut-ngebut bawa mobilnya" pesan Rendra yang di angguki oleh Naura. Setelahnya wanita itupun keluar dari ruangan suaminya.
"Ayah jangan mau kalau Resti ngajakin makan bareng lagi. Meskipun dia sahabat ayah, tetap aja bunda nggak suka"
"Bunda cemburu?" tanya Rendra terkekeh sembari menarik turunkan alisnya. Entahlah, dirinya senang saja menggoda Naura seperti ini.
"Aish...ayah"
"Hahaha....iya bundaku sayang, ayah akan selalu ingat pesen bunda"
"Awas aja kalau cuma iya-iya. Yaudah bunda pergi sekarang, kasian kalau nanti Jihan nungguinya kelamaan. Assalamualaikum" kata Naura merah tangan suaminya untuk di salami. Baru setelahnya wanita cantik itu keluar dari ruangan Rendra dan menuju tempat parkiran untuk mengambil mobil.
Melajukan mobil dengan kecepatan sedang, Naura membawa mobilnya menuju sekolah Jihan. Kebetulan, putrinya itu hari ini pulang siang jadi sekalian Naura menjemputnya dan di ajak berbelanja sebentar. Siapa tau Jihan juga ingin membeli camilan nantinya saat mengingat persediaan makanan ringan dan ice cream dirumah juga telah habis.
Beruntung saat Naura sampai disekolah, dirinya datang tepat waktu bebarengan dengan anak-anak yang telah keluar dari lingkungan sekolah bertanda waktunya pulang sehingga dirinya atau putrinya tak perlu menunggu terlalu lama.
"Bunda, abis pergi darimana?" tanya Jihan setelah menyalami sang bunda dan melihat penampilan Naura begitu tampak rapi. Jihan hafal betul dengan kebiasaan bundanya itu.
"Bunda cuma abis dari kantor ayah sayang, nganterin makanan, tadi pagi bekal ayah ketinggalan"
"Owh. Kira Jihan bunda abis dari mana"
"Sayang, sebelum pulang kita mampir ke supermarket bentar nggak papa ya?"
"Okey bund tapi jangan lupa beli ice cream ya"
"Siap tuan putri" sambut Naura tersenyum lantas menggandeng tangan putrinya untuk memasuki mobil.
Sesekali sambil berdendang menyanyikan lagu anak-anak yang sengaja di putar sambil sesekali tertawa, suasana di dalam mobil sungguh sangat menyenangkan. Saat-saat seperti inilah yang membuat hati Naura terasa menghangat karena bisa melihat tawa putrinya yang lepas tanpa beban. Lagipula, memangnya apalagi sumber kebahagiaan seorang ibu jika bukan melihat anaknya tertawa bahagia?
"Bund, bunda mau masak apa?" tanya Jihan saat mengikuti langkah Naura yang tengah memilih berbagai bahan masakan
"Em, gimana kalau ayam bakar? Terus sama goreng nugget?" tawar Naura
"Wah pasti mantab bund"
"Yaudah sekarang Jihan boleh pilih camilan biar cepet. Pasti udah laper kan?"
"Siap. Bunda tunggu di kasir aja nggak papa, Jihan nggak lama kok" kata Jihan sebelum berlalu menuju rak camilan yang berjejer.
Setelah dirasa belanjaan untuk satu minggu kedepan telah cukup dan Jihanpun telah mendapatkan camilan yang dirinya inginkan, ibu dan anak itupun lantas pulang kerumah untuk menikmati makan siang dan beristirahat setelah setengah hari lebih beraktivitas.
____________________
Woah siapa nih yang udah kangen ama Relca?😃😃....tetep stay tune ya readersku tersayang😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan Luka (END)
RandomNaura Kailatunahya. Seorang wanita cantik yang patuh dengan suaminya, Rendra Aksala. Kehidupan rumah tangganya pun terasa lengkap dengan kehadiran putri cantik mereka, Jihan Arsyila yang berumur 7 tahun. Namun semuanya berubah saat sahabat sang suam...