Bagian 30

1.4K 31 0
                                    

Usai menjalankan sholat maghrib dan mengaji sebentar bersama Jihan, Naura segera merapikan mukena juga Al-Qur'an yang baru saja di pakainya. Pikiranya masih terpaku akan perkataan mama mertuanya siang tadi yang sangat tidak masuk akal bagi dirinya. Ouwh sangat-sangat membuat pusing kepalanya.

"Bund, handphone bunda bunyi tuh" kata Jihan yang tengah meletakkan Al-Qur'an di   meja

"Bun" katanya lagi karna tak mendapat respon dari Naura

"Eh...iya sayang. Ada apa?"

"Itu handphone bunda bunyi"

"Oh, iya. Bunda angkat dulu ya. Jihan kalau udah laper makan aja duluan nanti bunda nyusul" pesan Naura.

Jihan mengangguk, lantas keluar dari kamar menuruti ucapan bundanya.

"Halo Assalamualaikum yah. Gimana tadi perjalananya? Sampai disana jam berapa?" tanya Naura semangat. Tentu saja, karena Rendra lah yang menelephonenya.

"Waalaikumsalam, Alhamdulillah lancar bund. Tadi mau dzuhur ayah udah ada di hotel. Ini ayah sekamar sama Dion. Bunda abis ngapain Kok lama angkat telephone nya?"

"Alhamdulillah. Tadi bunda sama Jihan abis ngaji yah"

"Owh kirain abis ngapain. Maaf ya bun ayah baru ngabarin, tadi pas sampai ayah malah ketiduran abis itu langsung ke kantor"

"Iya nggak papa yah. Udah dulu ya yah, bunda mau makan malam dulu sama Jihan. Ayah klok belum malan, makan dulu"

"Oke bun. Assalamualaikum"

"Wa'alaikum salam" kata Naura menutup telephone.

Sampai di dapur, wanita cantik itu melihat putrinya tengah menikmati makan malamnya yang berlauk ayam goreng yang ditambah dengan kecap manis. Menu kesekaanya. Ah, putrinya ini semakin pintar dan semakin mandiri saja sekarang.

"Wah enak banget kayaknya"

"Emm, iya bun. Kan bunda pinter masak jadi apapun masakan bunda itu semuanya enak"

"Wahh...makasih sayang. Jihan bisa aja bikin bunda seneng" kata Resti tersenyum

"Oiya bun, tante Resti itu sebenernya siapa sih bun. Kenapa dia kayaknya deket banget sama ayah?" tanya Jihan. Tampak, gadis kecil itu tiba-tiba seperti tak berselera makan.

"Bu...bukan siapa-siapa sayang. Cuma temenya ayah kok. Siapa yang bilang tante Resti sama ayah deket?"

"Jihan liat sendiri kok bun. Apalagi pas tante Resti kesini waktu itu yang jatuh, ayah sampek marah-marah sama bunda kan"

"Sayang, itu ayah marah karna kaget aja kok"

"Tapi kenapa nenek bilangnya tante Resti mau jadi ibu buat Jihan"

"Nenek....bilang gitu?" tanya Naura yang di angguki oleh Jihan

Astaga, apalagi ini. Bisa-bisanya mama Alya berbicara seperti itu pada putrinya yang belum tau apa-apa tentang urusan orang dewasa. Apa maksudnya? Kenapa juga Jihan harus dilibatkan coba. Mama mertuanya kini telah terang-terangan berada di pihak Resti, bukan dirinya lagi rupanya. Pikir Naura kesal bercampur kecewa.

"Jihan, Jihan nggak perlu mikirin itu ya, nenek cuma bercanda. Sekarang, habiskan makanannya ya bunda juga mau makan nih. Udah laper"

"Oke bun"

"Anak pintar" kata Naura tersenyum lega karena Jihan sudah kembali menikmati makanan di depanya dengan semangat seperti sebelumnya.

*****

"Resti, Wahh tumben loe kemari. Udah lama banget kayaknya nggak mampir" kata seorang pria yang tanpa sungkan langsung memeluk Resti saat melihat wanita cantik itu menghampirinya di salah satu meja

Suasana yang sangat ramai ditambah dengan kerasnya suara musik yang menggema keseluruh penjuru ruangan membuat pria itu harus mengeraskan suaranya saat berbicara.

"Iya, club lo udah nggak menarik sekarang" balas Resti sambil tertawa.

Iya, setelah makan malam tadi Resti pergi ke club malam milik salah satu temanya ini. Setelah kepulanganya ke indonesia beberapa waktu lalu, mungkin sudah sekitar satu minggu lebih Resti tidak mengunjungi kembali club tersebut sebab terlalu sibuk mengurus pekerjaanya di kantor.

"Kurang ajar lo. Agaknya lagi ada masalah ya lo?"

"Emm, nggak ada sih. Cuma bosen aja gue"

"Nggak ketemuan sama gebetan lo"

"Dia lagi pergi keluar kota Joy"

"Wah wah. Nih gue gratisin buat lo, kasian amat yang lagi ditinggalin doi" kata laki-laki yang di panggil Joy itu sembari menyerahkan sebotol minuman.

"Thanks" kata Resti.

Segelas wiskey dirinya tuangkan kedalam gelas lantas meminumnya sampai tandas. Saat pikirannya tengah tak karuan seperti ini, minuman alkohol lah yang selalu menemaninya. Beruntung tadi papa juga mamanya percaya jika dirinya ingin membersihkan apartemennya yang sudah lama tidak Resti tempati dan akan menginap di sana untuk malam ini waktu saat berpamitan tadi. Karna jika sampai ketahuan dirinya berada di club malam seperti ini, sudah dapat dipastikan dirinya akan habis di tangan papanya.

"Astaga. Res, lo udah mabuk? Berapa botol yang lo minum" kata Joy geleng-geleng saat kembali menghampiri Resti dan malah melihat temanya itu merancau tidak jelas.

"Kenapa...kenapa memangnya kalau gue mabuk hah? Yang penting nggak di depan mas Rendraku yang tampan. Aih...mas Rendra kapan pulang"

"Sadar lo. Gue denger-denger Rendra itu udah punya istri"

"Gue nggak peduli. Gimanapun caranya gue bakal dapetin mas Rendra..hahaha"

"Dasar gila. Gue anterin kerumah hayuk sebelum mabuk lo makin parah"

"Emmm...nggak mau. Dirumah ada bokap gue"

"Terus lo mau ke mana?"

"Aparte...." belum juga Resti selesai bicara, dirinya sudah tumbang terlebih dahulu

"Hahh...DEA..DEA" panggil Joy kepada salah satu karyawannya

"Loe temenin gue anterin nih cewek ke apart" lanjutnya saat orang yang dirinya panggil telah datang.

Dengan sigap Joy menggendong Resti dan membawanya menuju mobil. Karna dirinya tidak tau alamat apartemen milik Resti dan wanita itu tidak mau pulang kerumah, dirinya memutuskan untuk membawanya ke apartemen miliknya yang tak jauh dari sana. Nanti biarlah Dea yang akan menemani Resti disana untuk sementara.

_________________________

Hay readerss, tulis kesan kalian dong di komentar selama baca story Relca. Jangan lupa tinggalin jejaknya kesayangan aku semua😘😘😘😘

Goresan Luka (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang