Bagian 28

1K 27 0
                                    

Hari terus berganti. Semuanya berjalan seperti biasa. Resti pun kini tak pernah lagi merecoki keluarganya. Entah karena memang karna sikap tegas Rendra kepada wanita itu, atau karena memang Naura tidak tau bagaimana keadaan sebenarnya. Istri dari Rendra itu hanya berharap semua ini memang benar-benar telah berakhir.

"Bund, besok tolong siapin baju-baju ayah ya. Ayah mau ke luar kota selama tiga hari. Paling lama sih seminggu" kata Rendra yang masih mengenakan handuk juga rambut yang masih basah. Laki-laki itu, memang baru saja selesai mandi.

"Kok mendadak banget yah"

"Nggak tau nih. Tadi pas ayah mau mandi dapet telephone dari kantor katanya perusahaan yang di palembang lagi ada masalah"

"Oh. Oke yah. Besok berangkat jam berapa?"

"Mungkin jam sembilanan. Nanti sekalian bunda sama Jihan anterin ayah ke bandara ya Jihan kan besok berangkat siang sekolahnya"

"Siap yah, oiya...siapa aja yang ikut ayah ke sana?"

"Ada Riko, Dion sama Afrizal bun. Papa sama mama besok juga mau ikut anter ke bandara katanya"

"Wah, rame juga. Kalau gitu biar bunda masakin banyak buat mereka"

"Kalau bunda tidak keberatan" jawab Rendra tersenyum

"Tentu aja enggak dong" balas Naura

"Sini duduk, biar bunda keringin rambutnya" lanjutnya.

Rendra menurut. kebiasaan keduanya memang jika ada yang keramas maka akan saling mengeringkan rambut dengan bergantian. Yah, sekali curi-curi waktu untuk berduaan sebab jika ada Jihan, pasti gadis itu akan selalu protes apabila tidak di perhatikan oleh orangtuanya.

Begitu sang suami telah duduk manis di kursi riasnya, Naura segera menghidupkan hair dryer.

Ceklek

Suara pintu kamar yang terbuka mengalihkan perhatian keduanya. Ternyata, Jihan lah yang memasuki kamar pasangan tersebut.

"Ih, ayah curang. Jihan nungguin di kamar dari tadi mau di keringin juga rambutnya sama bunda, malah ayah duluan yang minta di keringin" protesnya. Tampak, rambut gadis kecil tersebutpun juga masih basah.

"Loh bunda kan punya ayah, jadi ayah dong yang harus selalu di duluin"

"Aaa nggak mau. Pokoknya Juga duluan yang dikeringin rambutnya"

"Ayah ish...seneng banget isengin anaknya" kata Naura mencubit pelan lengan Rendra

"Udah-udah. Jihan jejeran gih sama ayah biar bisa bareng-bareng bunda keringin rambutnya" kata Naura sembari menarik kursi berukuran sedang yang khusus untuk Jihan.

Kini, ayah dan anak itupun saling berjejeran dengan Naura yang telaten mengeringkan rambut keduanya secara bergantian. Senang sekali hati Naura saat melihat kebersamaan mereka. Meskipun Juga perempuan, tetap saja putrinya itu adalah kopian ayahnya hampir delapan puluh persen. Mulai dari hidungnya yang mancung, matanya, juga sifat nya. Terkadang dirinya heran, padahal Naura yang telah mengandung putrinya selama sembilan bulan tapi sekarang lihatlah, Jihan mewarisi semua milik Rendra Aksala.

"Jihan, ayah mau ngomong" kata Rendra

"Ada apa yah?"

"Besok ayah mau ke luar kota. Jihan mau kan anterin ayah ke bandara sama bunda?"

"Luar kota? Ish pasti ayah lama pulangnya"

"Insyaallah enggak sayang. Ayah secepatnya bakalan pulang"

"Tapi Jihan nggak mau ditinggalin ayah"

"Sayang, perusahaan di palembang sedang ada masalah. Pulang nanti ayah beliin oleh-oleh yang banyak deh buat Jihan ya"

Demi mendengar kata oleh-oleh dari sang ayah, seketika mata bening milik Jihan menampakkan binar bahagia. Tak apalah dirinya ditinggal sementara oleh ayahnya asalkan Jihan mendapat oleh-oleh yang banyak. Pikirnya.

"Beneran yah? Yaudah deh besok Jihan ikut anterin ayah ke bandara"

"Anak pintar" kata Rendra mencubit gemas pipi putrinya yang lumayan gembul. Sementara Naura tersenyum saja melihat interaksi keduanya.

*****

Di sebuah toko roti, Raina yang sedang membeli kue bersama Laura mendadak mengalihkan pandangan dari etalase saat mendengar suara yang tak asing di dekatnya yang selama beberapa hari ini cukup membuatnya kesal. Siapa lagi jika bukan Resti.

"Mbak Res" panggil Raina.

Resti yang merasa di panggil pun lantas menoleh ke arah suara.

"Raina? Nggak nyangka kita ketemu disini. lagi jalan-jalan sore?"

"Nggak usah sok manis di depanku mbak. Aku cuma mau bilang sama mbak Resti tolong jauhi bang Rendra"

"Apa urusannya denganmu soal masalah itu?" tanya Resti yang seketika berubah ketus

"Aku adiknya, dan aku tau betul orang-orang kayak mbak Resti"

"Rain, kamu mending diem aja deh. Anak bau kecur juga"

"Aku nggak bakal diem aja kalau mbak Resti ngelakuin hal aneh-aneh buat deketin bang Rendra. Bang Rendra itu udah punya istri mbak"

"Tapi aku ini sahabat Rendra, Rain. Kamu juga kenapa kayaknya lebih membela mbak Naura yang kampungan itu sih. Lagian aku juga nggak peduli sih mau Rendra udah punya istri atau belum, yang jelas aku bakal dapetin dia"

"MBAK RES!!! Di jaga ya ucapannya. Mbak Naura itu sopan, selalu menjaga kehormatanya sebagai wanita. Bisa-bisanya mbak bilang kayak gitu" kata Raina setengah berteriak.

"Terserah" balas Resti mengangkat bahunya acuh.

"Ahh, dan kamu tenang aja Rain...mbak nggak akan bisa ganggu mas Rendra kok untuk beberapa hari ini" kata Resti mengakhiri pembicaraan sambil tersenyum yang kemudian menuju kasir untuk membayar pesananya.

Raina yang ditinggalkan begitu saja oleh Resti hanya diam mematung sembari mengepalkan tangannya. Rupanya sahabat abangnya ini benar-benar ular yang sangat berbisa. Pun dengan tebakanya selama ini jika Resti mencintai abangnya ternyata semuanya benar. Sebenarnya bukan cinta, tapi lebih tepatnya obsesi.

"Rain...Rain!!" panggil Laura menggoyangkan lengan Raina membuat gadis itu tersentak.

"Eh..iya Lau. Kenapa?"

"Siapa tuh cewek? Kayaknya ada dendam kesumat lo sama dia"

"Bukan siapa-siapa. Cuma orang gila yang nggak perlu di tanggepin"

"Beneran lo?"

"Iya ih. Udah belum kamu milih kuenya?"

"Udah nih, tinggal bayar" jawab Laura menunjukan nampan yang sudah penuh dengan beberapa macam kue di tanganya

"Yaudah kita langsung bayar aja, nanti keburu kemaleman" kata Raina yang di angguki oleh keduanya.

________________________

Readersss belum bosen kan sama alurnya???? Kasih masukan dan saran-saran yang mendukung ya readers, lup u all😘😘😘

Goresan Luka (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang