Bagian 9

639 29 0
                                    

Suara adzan subuh dari masjid yang menggema, memanggil setiap umat muslim untuk melaksanakan kewajibanya melakukan sholat subuh. Begitupun dengan keluarga kecil Naura. Setelah membangunkan Rendra dan Jihan, wanita itu bergegas ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Sementara suaminya akan pergi ke masjid, Naura melaksanakan sholat subuh berjama'ah dengan putrinya dirumah.

"Jihan, tunggu ayah di depan sebentar ya sayang" kata Rendra setelah mereka semua selesai menikmati sarapan.

"Oke yah" jawab Jihan menuruti perintah ayahnya

"Bund" panggil Rendra

"Kenapa yah?" sahut Naura tanpa mengalihkan pandanganya dari cucian piring

"Jangan cuekin ayah gini dong bund. Ayah ngaku bersalah sama bunda, tak seharusnya semalam ayah menanggapi panggilan dari Resti"

"Jika ayah merasa bersalah, buktikan kepada bunda kalau ayah tak akan melakukanya lagi. Meski dia sahabat ayah, tapi tetap saja Resti adalah seorang wanita dan itu membuat bunda cemburu meski kalian hanya mengobrol biasa"

"Bantu ayah untuk melakukanya bund, karena jujur masih cukup sulit bagi ayah tak peduli denganya"

"Kenapa?" tanya Naura bergetar menekan rasa sakit di dadanya. Kini dirinya bahkan sampai menghadap tubuhnya ke arah Rendra.

"Seperti yang bunda tau, ayah sama Resti udah sahabatan cukup lama jadi..." belum selesai Rendra berbicara, Naura mengangkat tangan kananya sebagai tanda agar suaminya itu diam.

"Cukup yah. Bunda paham...selagi ayah memang ada kemauan pasti bisa melakukannya. Udah siang lebih baik ayah segera berangkat ke kantor, Jihan nanti juga bisa telat" kata Naura mengakhiri pembicaraan dan kembali melakukan pekerjaanya.

"Bunda nggak mau anter kepergian ayah sama Jihan di depan?" tanya Rendra

Tak ada jawaban yang keluar dari bibir Naura. Dirinya hanya berjalan melewati suaminya begitu saja menuju teras lantas mencium punggung tangan Rendra dengan takzim juga mencium pipi kanan kiri Jihan setelah memberikan keduanya bekal makan siang.

"Hati-hati dirumah ya bund, kalau mau pergi atau ada apa-apa langsung kabari ayah" pesan Rendra yang di angguki oleh Naura

Setelah mobil yang di kendarai Rendra dan Jihan telah benar-benar berlalu, Naura kembali masuk kedalam rumah dan langsung menuju ruang Tv untuk mengambil ponselnya yang tadi di charge. Dirinya ingin menghubungi seseorang yang sudah cukup lama tidak bersua denganya. Beberapa saat menunggu panggilanya di angkat, akhirnya panggilan itu di jawab juga oleh sang empunya nomor.

[Halo Assalamualaikum Ta]

[Waalaikumsalam, Naura. Tumben telephone, ada apa?]

[Kamu mah...nggak kangen sama aku?]

[Hehe ya kangen dong, udah lama pula kita nggak ketemu padahal nggak jauh-jauh amad lo jarak rumah kita Ra]

[Hari ini ada jadwal nggak Ta dirumah sakit?]

[Em ada sih, cuma hari ini gue berangkatnya nanti agak sorean]

[Wah, kalau gitu kita ketemuan di kafe Relca drinks yuk jam sepuluhan nanti]

[Boleh kuy lah, itung-itung refreshing bentar biar nggak stres. Btw udah dulu ya Ra, belum beresan nih dirumah]

[Ok Ta, wassalamualaikum]

Klik

Panggilan di akhiri olehnya setelah Aneta, sahabatnya sewaktu kuliah dulu sampai sekarang menutup pembicaraan. Naura senang Aneta memiliki waktu hari ini. Biasanya wanita itu akan sibuk berada dirumah sakit karena profesinya sebagai dokter spesialis penyakit dalam yang tentu saja akan sangat sibuk setiap hari dan tak tentu jadwalnya jadi keduanya jarang bisa bertemu.

*****

"Hah aku seneng, ternyata mas Rendra masih peduli denganku" gumam Resti di depan cermin.

Pagi ini moodnya begitu bagus membuat Resti lebih bersemangat untuk pergi ke kantor. Sekarang adalah hari kedua dirinya bekerja sebagai general manager di perusahaan milik papanya yang bergerak di bidang konstruksi. Sebenarnya bisa saja jabatan Resti lebih tinggi daripada saat ini hanya saja dirinya merasa belum siap dan masih perlu banyak belajar lagi jika harus memimpin perusahaan.

"Kayaknya putri mama lagi seneng nih" kata Reni yang baru saja memasuki kamar Resti

"Iya dong ma. Mama tau, semalem aku telfonan loh sama mas Rendra"

"Benarkah?"

"Em. Hanya saja sepertinya mas Rendra tidak bisa sering-sering"

"Tapi itu sudah membuktikan bahwa mungkin kamu sebenarnya masih di prioritaskan olehnya"

"Mama benar, makanya aku nggak boleh nyerah gitu aja buat dapetin mas Rendra. Oiya ma, mama kemarin udah jadi ketemu sama mbak Naura?"

"Udah dan seperti katamu istri Rendra itu tampak kampungan. Lihat saja pakaianya yang serba tertutup, kuno sekali"

"Ma, apa aku salah jika ingin memiliki mas Rendra?"

"Tentu saja tidak. Kau cantik, berpendidikan tinggi jadi sangat cocok jika bersanding dengan Rendra daripada si Naura itu"

"Putri mama gitu lo, ya pasti cantik orang mamanya aja cantik" kata Resti mengerlingkan sebelah matanya sembari tertawa

"Kamu bisa aja. Yuk sarapan dulu, keburu dingin nanti makananya" ajak mamanya. Restipun mengangguk setuju karena dirinya juga sudah rapi dan perutnya pun sudah lapar.

Di meja makan, telah terhidang susu hangat dan nasi goreng seafood dengan telur dadar juga timun sebagai pelengkapnya yang sedari dulu menjadi salah satu menu andalan para ibu indonesia saat pagi. Simpel namun sangat nikmat dan banyak disukai oleh banyak kalangan masyarakat.

"Wangi banget, pasti enak" komentar Resti

"Makanya mama suruh cepet-cepet sarapan" balas Reni sembari mengambil nasi goreng tersebut kedalam piringnya juga Resti.

"Hampir lupa, tadi papamu pas telephone bilang dua hari atau tiga hari lagi kamu harus menemui pimpinan El group untuk mengajaknya bekerjasama"

"El group perusahaan material bangunan sekaligus arsitektur terbesar di indonesia?" 

"Benar sekali. Dan jika kita bisa bekerjasama dengan perusahaan itu maka keuntungan perusahaan kita akan semakin besar"

"Akan Resti coba. Papa kapan akan menyusul kemari?"

"Entahlah papamu bilang pekerjaan di LA belum bisa di tinggal"

"Papa emang gila kalau soal pekerjaan"

"Kau paham betul bagaimana papamu" kata Reni terkekeh.

Suaminya itu memang benar-benar sangat terobsesi dengan pekerjaan sedari dulu sampai-sampai jarang ada waktu luang untuk keluarganya. Pernah saat Resti masih kecil, putrinya itu sampai merajuk beberapa hari karena gagal pergi liburan bersama papanya yang sudah direncanakan dari jauh-jauh hari. Barulah setelah beranjak dewasa sedikit demi sedikit Resti bisa memahami bagaimana karakter papanya itu.

___________________

Readers...Relca is back! Tempat kalian ada yang udah ujan belum nih gaess atau masih dalam mode tunggu? Tempat Relca hareudang niann masihan😧😧😧

Goresan Luka (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang