"Selamat sore" sapa seorang pria yang berumur sekitar tiga puluh lima tanunan kepada Resti.
"Selamat sore. Maaf membuat anda menunggu" jawab Resti
Seperti perintah papanya, sore ini Resti dan dan perwakilan dari perusahaan El group mengadakan pertemuan di sebuah kafe untuk membahas beberapa file dan kerjasama antar perusahaan. Mengapa di kafe? Karna selain ini adalah pertemuan semi Resmi, juga agar suasana menjadi lebih santai.
"Ah tidak, saya juga baru sampai. Perkenalkan nama saya Adiguna perwakilan dari El group"
"Saya Resti dari JS corp. Sebelum kita membahas pekerjaan, bagaimana jika kita merasa minuman dan beberapa nabila terlebih dahulu?" tawar Resti
"Ide bagus, dan anda tidak perlu sangat formal seperti itu" kata Adiguna yang sepertinya berusaha mencairkan suasana. Resti sendiri tersenyum manis untuk menanggapi
"Nah kita bisa bahas tentang kerjasamanya sekarang" kata Resti mengeluarkan sebuah map dari tasnya usai keduanya memesan minuman dan camilan.
Begitu berkas-berkas kerjasama disodorkan oleh Resti, laki-laki yang bernama Adiguna itupun segera meraihnya untuk dipelajari terlebih dahulu poin-poin yang tertulis disana. Tampak perwakilan dari El group tersebut adalah seseorang yang begitu teliti.
"Bagaimana? Apa El group mau bekerjasama dengan JS corp?" tanya Resti usai menyeruput minumanya.
"Kerjasama yang di tawarkan sepertinya menjanjikan, namun saya akan menunggu kepastian dari atasan terlebih dahulu" jawab Adiguna.
File yang berisi surat perjanjian kerjasama antar perusahaan itu, memang sebelumnya telah Resti kirimkan terlebih dahulu pada orang di depannya ini. Katanya agar sang atasan pun bisa mempelajarinya meski tak bisa datang secara langsung.
"Tak masalah, kita bisa bersantai sejenak sambil menunggu" sambut Resti.
Selama beberapa menit keduanya hanya mengobrol santai sambil menikmati camilan yang mereka pesan. Lumayan untuk mengistirahatkan otak dari jenuhnya pekerjaan kantor yang menumpuk. Sampai kemudian ponsel milik Adiguna bergetar yang segera laki-laki itu periksa.
"Selamat Resti, atasan telah menyetujui kerjasama ini" kata Adiguna membuat senyum di wajah Resti terbit begitu saja
"Syukurlah. Sampaikan terimakasihku untuk pimpinan bapak karna sudah mau bekerjasama dengan perusahaan saya"
"Tentu...tentu akan saya sampaikan. Kalau begitu saya undur diri terlebih dahulu untuk membawa berkas ini agar segera di tanda tangani" pamit Adiguna
"Pak Adiguna" panggil Resti saat laki-laki itu mulai melangkahkan kaki
"Maaf kalau sayang lancang. Jika boleh tau, kenapa tidak pimpinan El group sendiri yang datang kemari?" lanjutnya
"Beliau sedang ada urusan, permisi" kata Adiguna dengan tersenyum sopan yang dibalas dengan hal yang sama oleh Resti.
*****
Sampai dirumah, Resti yang begitu lelah melemparkan tasnya kesembarang arah di sofa lantas mendudukan pantatnya untuk mengusir penat. Tak lama, Reni alias mamanya datang dengan membawa segelas minuman dingin di tanganya yang kemudian disodorkan ke hadapan sang putri sebab pastinya Resti kehausan setelah berada di luar sana seharian ini dengan cuaca yang terik.
"Thanks ma" kata Resti sambil meraih minuman yang diberikan mamanya.
"Bagaimana pertemuan dengan El group?"
"Semua berjalan dengan lancar ma. Mereka mau bekerjasama dengan perusahaan kita" jawab Resti setelah meminum air di gelas hingga tandas.
"Pasti papa mu akan sangat senang mendengarnya. Lalu, apa kamu bertemu langsung dengan pimpinanya?"
"Enggak mah, pimpinan perusahaan itu sedang tidak bisa datang"
"Sudah mama duga"
"Maksud mama?"
"Dulu pak Rudin, pimpinan sebelumnya dari El group selalu datang sendiri jika ada pertemuan dengan klien di luar. Namun setelah kepemimpinan di alihkan kepada anaknya, pemimpin dari perusahaan tersebut tidak pernah bisa ditemui secara langsung dan hanya mengutus seseorang. Semua pekerjaan di kantorpun begitu, di pantau oleh orang kepercayaan keluarga Rudin Darmawangsa"
Mendengar perkataan mamanya, membuat dahi Resti mengernyit heran. Bagaimana mungkin seorang pemimpin perusahaan hanya mengandalkan bawahanya saja meskipun itu orang kepercayaanya sekalipun? Padahal setaunya, pemimpinlah yang biasanya menghandle segala urusan baik di kantor maupun luar kantor.
"Aneh. Lagian mama denger begituan dari mana deh? Bisa-bisanya percaya sama berita yang belum tentu bener kayak gitu"
"Hei, memang kenyataannya begitu. Mama pernah membuktikanya sendiri waktu papamu menyuruh mama mengantarkan dokumen kesana"
"Astaga, kenapa seorang pemimpin seperti itu? Tidak bertanggung jawab"
"Kata pegawai disana, karena anak dari pak Rudin belum siap untuk menunjukkan dirinya. Biar bagaimanapun El group adalah perusahaan yang besar. Tidak menutup kemungkinan pesaingnya akan melakukan hal-hal yang aneh"
"Yasudahlah, itu urusan mereka. Yang terpenting kita bisa bekerjasama dengan perusahaan itu"
"Ya, kamu benar. Tapi mama masih penasaran siapa sebenarnya pemimpin dari El group"
"Udah deh mamaku sayang, buat apa mikirin pimpinan El group. Resti ke atas dulu ganti baju" kata Resti mengakhiri pembicaraan.
Mamanya itu, jika terus di ladeni saat bergosip seperti ini tidak akan berhenti sebelum mulutnya lelah sendiri. Jadi daripada dirinya harus mendengarkan sesuatu yang tidak penting lebih baik Resti segera ke kamar untuk berganti baju dan merebahkan diri di kasur kesayanganya.
"Mas Rendra, sedang apa kamu sekarang? Andaikan kamu tau aku mencintaimu apa mungkin kau bisa menjadi milikku mas?" gumam Resti sembari menatap foto Rendra dan dirinya sewaktu dulu di ponselnya
Entahlah, baru satu hari tidak bertemu dengan laki-laki itu, rasanya Resti sudah sangat begitu merindukanya. Apalagi saat mengingat begitu perhatiannya dulu Rendra kepadanya. Mengantar jemput dirinya, menuruti segala keinginanya juga menjaganya. Ah benar-benar rasa ini sangat menyiksanya.
Lelah memikirkan semuanya yang tak berjalan sesuai dengan harapan, tak sadar perlahan Resti memejamkan matanya menyambut mimpi.
___________________
Next kah?
Terus dukung Relca ya biar tambah semangat nulisnya, luv u all😊 😘 ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan Luka (END)
RandomNaura Kailatunahya. Seorang wanita cantik yang patuh dengan suaminya, Rendra Aksala. Kehidupan rumah tangganya pun terasa lengkap dengan kehadiran putri cantik mereka, Jihan Arsyila yang berumur 7 tahun. Namun semuanya berubah saat sahabat sang suam...