Bagian 18

714 30 1
                                    

"Alhamdulillah selesai juga" gumam Naura saat melihat beberapa masakan kesukaan mertuanya telah matang.

Hari ini, dirinya berencana ingin berkunjung kerumah mertuanya berniat ingin meminta maaf karena kemarin dirinya sempat sedikit terbawa emosi menghadapi mama mertuanya. Tidak seharusnya api dilawan dengan api agar tak semakin panas. Sembari melantunkan sholawat nabi, Naura menata makanan-makanan tersebut kedalam beberapa wadah yang telah ia siapkan sebelumnya dan segera mengeluarkan motornya untuk dilajukan kerumah orantua Rendra.

Sampai tempat tujuan, Naura yang ingin mengucapkan salam terpaksa mengurungkanya saat ternyata Resti juga berada di sini tengah duduk manis bersama mama mertuanya. Samar-samar, dirinya bisa mendengar percakapan keduanya.

"Iya Res, selain Naura kamu juga cocok sana Rendra bahkan sangat serasi. Mama akan dukung kamu"

"Mama bisa aja" sambut Resti tertawa renyah.

"Jadi mama memang benar-benar memihak mbak Resti" batin Naura lemas seketika

"Mbak Naura? Kenapa nggak masuk?" tanya seseorang mengagetkan Naura.

Rupanya yang menegurnya barusan adalah Raina yang sepertinya baru pulang kuliah. Terlihat dari tas laptop dan beberapa buku yang di tentengnya di tangan.

"Em...enggak Rain, mbak buru-buru. Ini ada lauk sedikit kamu bawa masuk gih"

"Ta-tapi"

"Udah, mbak pulang dulu ya. Assalamualaikum" kata Naura mengakhiri pembicaraan dan langsung pergi dari hadapan Raina

"Waalaikumsalam" jawab Raina Lirih

Tumben kakak iparnya itu tidak menyempatkan waktunya untuk masuk kedalam meski sebentar. Tidak biasanya. Namun saat akan memasuki rumah, Raina melihat dan mendengar mamanya dan Resti begitu asyik bercerita dan sesekali membahas abangnya juga tentang rencana mamanya untuk mendekatkan keduanya. Sekarang dirinya paham kenapa kakak iparnya tak ingin masuk ke dalam rumah. Bergegas meraih ponsel dalam saku, Raina mengirimkan pesan singkat kepada Naura.

-mbak, mau nggak jalan-jalan sore nanti? Bawa Jihan juga kalau mau. Nanti kita ajak ke playground-

Begitulah isi pesan yang di tulis oleh Raina sebelum mengucapkan salam dan masuk kedalam rumah.

"Eh udah pulang ternyata anak mama. Kok nggak denger suara motor kamu?"

"Gimana mau denger orang mama aja sibuk ngerumpi"

"Namanya aja wanita Rain pasti banyak yang diobrolin" kata Resti menimpali

"Hmmm. Ini titipan dari mbak Ra" Kata Raina menyerahkan sebuah food bag kepada mamanya

"Wah enak banget ini kayaknya. Kok bisa mbakmu menitipkan makanan? Kalian ketemu?" tanya mama Alya

"Iya, tadi aku mampir dulu kesana bentar" jawab Raina sedikit berbohong, mamanya pun hanya ber-Oh ria.

"Rain, mau shop..."

"Aku capek, mau langsung ke kamar ya ma" belum sempat Resti menyelesaikan ucapannya, Raina langsung memotong pembicaraan dan undur diri.

Malas, sungguh malas dirinya menghadapi wanita di samping mamanya ini. Sangat pandai mencari perhatian demi kepengtinganya sendiri. Yah, wanita seperti Resti sangat mudah dirinya tebak. Ingin mendapatkan abangnya karena telah jatuh cinta sejak dulu dan akan melakukan apa saja agar keinginanya itu tercapai.

*****

"Rain, ini nggak terlalu banyak untuk Jihan?" tanya Naura melihat beberapa paper bag berjejer dengan manis di atas kursi yang tidak digunakan oleh pengunjung.

Keduanya kini tengah berada di mall lantai paling atas dimana tempat playground berada sambil mengawasi Jihan bermain di pemandian bola bersama beberapa anak lainya. Sebelumnya Raina, Naura juga Jihan telah membeli beberapa makanan ringan, mainan, beberapa stel baju untuk Jihan yang dibelikan oleh Raina juga telah berkeliling kesana kemari sekedar melihat-lihat untuk cuci muka.


"Nggak papa mbak, lagian nggak setiap hari juga aku belanjain Jihan. Duit pun ada" sombong Raina membuat Naura terkekeh.

Adik iparnya ini, selain menjadi mahasiswi memang memiliki usaha sampingan sebagai pemilik beberapa rumah makan. Dulu, papa mertua  memberikan salah satu bisnisnya itu kepada Raina sebagai hadiah ulangtahunya ke dua puluh hingga sekarang usaha tersebut berkembang dengan pesat dan memiliki beberapa cabang meski tentu saja pernah mengalami pasang surutnya di dalam dunia bisnis.

"Mbak...Aku mewakili mama minta maaf sama mbak Naura. Mama bener-bener keterlaluan memang" kata Raina tiba-tiba.

"Kenapa kamu tiba-tiba minta maaf Rain?" tanya Naura bingung

"Tadi pas mbak anter makanan, pasti denger mbak Resti sama mama lagi ngobrol kan? Aku jadi nggak enak sama mbak Ra"

"Jadi karna itu kamu ngajakin mbak jalan-jalan?"

"Enggak juga sih mbak. Udah lama aku nggak ajakin Jihan jalan-jalan sama aku mau ngasih ini ke mbak Ra" kata Raina sembari menyerahkan sebuah kotak beludru yang dirinya ambil dari dalam tasnya.

Penasaran, Naura pun membuka kotak tersebut yang rupanya adalah kalung berlian yang sangat cantik dan mewah. Namun dengan beberapa hiasan anak-anak yang sepertinya bisa dilepas pasang.

"Ini..."

"Itu dari papa buat Jihan. Katanya oleh-oleh dari Jerman bulan lalu tapi papa belum sempet-sempet buat ngasih nyampek papa pergi lagi keluar kota, jadi dititipin ke aku buat ngasihin ke mbak Ra"

"Ya Allah, kenapa papa repot-repot beliin kayak gini buat Jihan"

"Biarin aja kali mbak, Jihan kan cucu satu-satunya. Dan perlu mbak Ra inget, papa itu sangat manjain Jihan kan dari dulu"

"Tapi ini terlalu mewah, Rain"

"Yaelah....itu nggak bakal bikin papa bangkrut mbak. Uang papa itu banyak" kata Raina.

Keduanya pun lantas tertawa bersama akibat ucapan dari Raina barusan. Gadis ini memang benar-benar bisa Naura terhibur di tengah segala permasalahan yang ada.

___________________

Alhamdulillah bisa up lagi....kalian tim mana nih? Resti or Naura?

Happy reading. Ttep stay tune readersku sayang😘😘😘

Goresan Luka (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang