Bagian 38

1.4K 27 0
                                    

Di jalan, Resti yang pikiranya begitu sangat kacau dan kalut, membawa motornya dengan kecepatan tinggi tanpa arah dan tujuan. Meski jalanan tampak kabur karena hujan yang begitu deras, tak membuat wanita itu memelankan laju kendaraanya. Hingga di sebuah pertigaan, sebuah mobil truk datang dari arah berlawanan. Sontak saja hal itu mengejutkan Resti hingga membanting stir untuk mengindarinya.

"Aaaaa....."

Brakkkk

Seketika, Resti kehilangan kesadaran sesaat setelah kepalanya terbentur gapura yang menjulang tinggi dengan cukup keras.

Motor yang dikendarai Resti terlempar begitu jauh di jalanan yang sangat licin karena tak sempat menghindari mobil truk tadi. Orang-orang sekitar yang mendengar suara keributan tersebut pun dengan langkah tergesa segera menghampiri tempat terjadinya kecelakaan yang lumayan parah itu. Tak tanggung-tanggung, motor Resti itupun sampai rusak tak berbentuk.

"Ilham, mas Doni tolong kalian hubungi rumah sakit terdekat dan juga poslantas" titah seorang pria kisaran umur lima puluh lima tahun

"Siap pak kades" jawab dua orang pria bersamaan

Dengan sigap, dua orang yang di perintahkan oleh kepala desa tadi pun segera menelephone pihak rumah sakit dan pihak berwajib agar mobil ambulance segera di kirimkan juga untuk melapor jika telah terjadi kecelakaan.

Tak lama suara sirene ambulance dan beberapa petugas medis meraung di jalanan membawa tubuh Resti yang tidak sadarkan diri. Syukurlah wanita itu masih bisa di selamatkan meski banyak luka di tubuhnya dan mungkin kehilangan banyak darah sebab sempat terseret sepeda motornya sendiri sebelum akhirnya kendaraan itu menimpa kedua kaki Resti.

*****

Sementara di rumah kediaman keluarga Resti, kedua orangtuanya yang menyadari jika wanita itu sudah tidak ada dirumah merasa kelimpungan mencarinya sebab Resti tidak menjawab panggilan mama Reni. Barulah di panggilan yang entah ke berapa kalinya, panggilan mama Reni di angkat.

"Ya ampun Res, kamu dimana sekarang? Kenapa telephone mama nggak kamu angkat-angkat. Sekarang cepat pulanglah jangan bikin malu papa mama di depan keluarga pak Dion" kata mama Reni begitu panggilan tersambung.

"Maaf, apa ini benar-benar keluarga dari saudari Resti?" tanya seseorang di sebrang telephone membuat mama Reni bingung

"Iya, saya mamanya. Ini siapa? Kenapa ponsel putriku di pegang orang lain?"

"Saya Firman dari kantor poslantas buk, saudari Resti mengalami kecelakaan dan sekarang sedang di bawa ke rumah sakit Zizi Hospital. Saya menunggu ada telephone masuk karena ponsel putri anda terkunci sementara kami tidak menemukan kartu nama atau nomor yang bisa di hubungi di dompetnya yang hanya berisi KTP dan sejumlah uang tunai" jelas nya

"Astagfirullah. Iya, iya pak saya akan segera kesana" kata mama Reni cepat. Dirinya yang berada di ruang tengah langsung menghampiri suaminya di ruang tamu.

"Pa, kita ke Zizi Hospital sekarang.....Resti...Resti kecelakaan" kata mama Reni terbata

"Apa?!" kata papa Lana juga semua yang ada di sana

"Maaf pak Dion, saya tidak ada waktu untuk menjelaskan sekarang. Mari jika ingin ikut ke rumah sakit. Atau jika kalian ingin pulang tidak papa. Sekali lagi kami minta maaf" kata mama Reni menarik lengan suaminya keluar menuju garasi.

Tanpa banyak bicara dan bertanya, papa lana segera mengeluarkan mobil dan membawanya membelah jalanan yang masih hujan. Keluarga pak Dion pun sudah tak di pikirkanya lagi sekarang. Entah mengikuti di belakang atau sudah pulang kerumah mereka, papa lana sudah tidak peduli lagi.

"Ma dari mana mama mendapatkan kabar kecelakaanya Resti? Bagaimana ceritanya?" tanya papa Lana di tengah fokusnya menyetir

Mama Reni pun lantas menceritakan semua yang tadi di katakan oleh petugas poslantas tanpa ada yang tertinggal.

"Astaghfirullah. Semoga Resti tidak kenapa-napa" gumam papa Lana.

Sampai di rumah sakit, papa Lana dengan terburu bertanya pada petugas dimana Resti berada. Setelah mendapat informasi jika putrinya masih berada di UGD, kedua pasangan suami istri itupun melangkah menuju tempat yang di maksud. Di tempat duduk depan UGD, tampak dua orang pria yang berjalan mondar mandir yang kemudian di hampiri oleh orangtua Resti tersebut. Tadi petugas memang sempat memberi tahu jika putrinya di antar sekaligus di tunggui oleh dua orang laki-laki paruh baya dan satunya masih muda yang memakai kaos warna merah juga hitam.

"Maaf, apa bapak yang mengantarkan wanita yang kecelakaan bernama Resti? Dan apa benar dia ada di UGD kamar no 3 ini?" tanya papa Lana sopan

"Benar pak, saya Rahmat dan ini putra saya Ilham yang membawa saudari Resti kerumah sakit ini. Apa anda keluarganya?"

"Iya pak, kami orangtuanya. Saya Lana dan ini istri saya Reni. Bagaimana keadaan putri saya pak?"

"Maaf, kami juga belum tau karena putri bapak masih di tangani di dalam"

"Baiklah. Terimakasih banyak atas pertolongan bapak"

"Sama-sama pak. Sudah seharusnya kita sebagai manusia saling tolong menolong. Kalau begitu, saya pamit dulu karena bapak dan ibu sudah ada disini"

Lana mengangguk mempersilahkan setelah sekali lagi mengucapkan terimakasih dan memberikan beberapa lembar uang berwarna merah saat kedua pria paruh paya itu bersalaman.

Waktu berjalan sangat lambat hingga seorang dokter laki-laki pun akhirnya keluar dari ruang UGD yang langsung keduanya hampiri.

"Dok, bagaimana keadaan putriku dok? Dia baik-baik saja kan?" berondong mama Reni tak sabaran

"Syukurlah putri anda sudah melewati masa kritisnya. Hanya saja kami minta maaf harus menyampaikan satu kabar buruk"

"Kabar buruk apa dok? Tolong katakan"

"Putri anda mengalami kelumpuhan"

"Apa dok, putriku lum..lumpuh?" ulang mama Reni syok

Begitu juga dengan papa Lana yang sedari tadi menyimak pembicaraan istrinya dan dokter tersebut. Dirinya sangat terkejut sekaligus merasa bersalah karena menurutnya dialah penyebab utama putrinya menjadi seperti ini. Andaikan saja papa Lana tak memaksakan kehendak mungkin semua ini tidak akan terjadi.

"Iya buk. Kecelakaan itu membuat syaraf dan tulang kakinya retak sangat parah karena mungkin tertimpa tepat di bagian yang rawan"

"Astaga...putriku...tidak lumpuh permanen kan dok?" tanya mama Reni yang merasa lemas seketika.

"Akan kita periksa lebih lanjut secara berkala dan akan kita pantau perkembanganya. Saat ini kita belum bisa mengatakan itu kelumpuhan permanen atau tidak. Untuk sementara, akan kita lakukan kemoterapi terlebih dahulu sebagai tindakan awal. Setelah pemasangan infus juga beberapa alat medis lainya selesai, saudari Resti akan di pindahkan ke ruang rawat inap"

"Baiklah dok. Tolong lakukan yang terbaik untuk putriku"

Setelah memberitahu tentang kondisi yang dialami oleh pasienya, dokter itupun segera berpamitan kepada mama Reni juga papa Lana karena akan menangani pasien lainya.

____________________

Double up hari ini buat kalian....semoga bisa menghibur dimanapun kalian berada readers kesayangan aku semua😘😘😘

Goresan Luka (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang