⭑ࣶࣸ ꞋꞌꞋꞌ 👩🏻‍🌾 3' hujan.

18 11 0
                                    

hallooo^^
vote+komen nya yaa darling.

SELAMAT MEMBACA!

***


Di depan gerbang ada ana seorang diri yang sepertinya sedang menunggu seseorang. Namun ana telah lama menunggu tapi orang itu tak kunjung datang, sepertinya ia tidak akan menjemput ana. Ya, ia melupakan lagi janjinya kepada ana.

Ana berdecak kesal. "Kenapa si bego banget gue mau nungguin dia sampe selama ini pedahal udah tau kalau dia bakal lupa lagi."

Ketika ingin beranjak dari tempatnya ana melihat cowok keluar dengan motor besarnya. Dia Arseno Faiz Abraham yang juga teman sekelas ana.

"Nunggu siapa neng." tanya seno. Ia sengaja berhenti di depan ana untuk menawarkan tumpangan nya meskipun sudah tau jika ana akan menolak nya lagi.

"Nunggu ajal mas seno." sarkas nya.

"Buset na, ajal ko ditunggu."

Ana tertawa hambar. "Iya, aneh."

"Gue sebenernya liatin lo daritadi na, lo sebenernya lagi nunggu siapa sih?" tanya nya memastikan.

"Biasa lah se."

Cowok itu sempat bingung dengan ucapan ana sampai akhirnya ia mengerti. "Ahh iya gue paham, pasti nunggu si wigan lagi kan?"

Ana mengangguk. "Gue duluan ya se udah mau malem juga."

Dengan cepat arseno menarik tangan gadis itu. "Gue anterin na." pinta nya. Ana menolak tawaran arseno. Tak ingin menyerah cowok itu terus saja memaksa ana untuk ikut diantarkan sampai rumah nya, namun gadis itu terus saja menolak. Kali ini seno menarik tangan gadis itu untuk mendekat.

Ana pasrah saja, lagipula tidak ada gunanya lagi terus-terusan menolak ajakan cowok ini. Ana menerima helm yang diberikan oleh seno.

"Ayo na naik." ucap seno. Ia mengulurkan tangannya kebelakang agar ana lebih gampang naik ke motor besar itu.

"Udah?" tanya seno memastikan.

"Iya udah."

"Pegangan ya na."

Ana memukul pelan helm seno. "Dih, apaansi lo. Gausah ngadi-ngadi deh."

Seno terkekeh melihat raut wajah menggemaskan ana dibalik kaca spion. Tanpa disadari ia tersenyum untuk ana.

"lo cantik, baik, tapi lo salah pilih pasangan yang udah lo anggap sebagai rumah na" gumam cowok itu.

***

Kini ana sedang berada di kamarnya. Kamar ana bernuansa hitam dan putih cukup aneh bagi kamar perempuan lainnya, namun ana lebih menyukai warna ini. Kamarnya sangat bersih terpajang juga foto-foto bersama wigan dan sahabatnya. Ruangan yang sangat indah sejuk dan sangat wangi membuat siapapun nyaman ketika masuk ke dalamnya.

Ana terus saja melamun kearah jendela sembari melihat keadaan luar yang sedang hujan. Semenjak kejadian tadi pikiran gadis itu jadi tidak karuan ia takut rumahnya yang sudah membuat ia kembali bahagia harus sia-sia begitu saja.

Tetesan cairan bening berhasil keluar tanpa permisi. Dengan cepat ana mengusapnya. "Sialan. Ngapain gue tangisin dia, ngapain juga gue terus mikirin dia kaya gini, lagipula chia cuma sahabatnya." kata sahabat selalu ana lontarkan ketika berpikiran buruk tentang cowok nya. Itupun agar ana lebih tenang.

Gadis itu kembali melamun, menatap hujan dengan tatapan sendu. Ana sangat suka sekali dengan hujan namun ia juga bisa saja membenci hujan. Bukankah itu hal yang sangat membingungkan?? Ana suka hujan ketika mengingat seseorang yang pernah hadir di hidupnya, namun disatu sisi ana membenci hujan karena hujan selalu menyiksa seseorang yang ia miliki saat ini.

"Aku kangen kamu. Coba aja waktu bisa diputar mungkin aku bakal ngejaga kamu sebaik mungkin." ana tak kuasa menahan tangisnya. Lagi-lagi ana menangis ketika mengingat seseorang itu.

"Ternyata kamu bener dunia terlalu jahat buat kita. Kalau nanti aku ngga punya siapa-siapa lagi gimana? Apa aku harus ikut kamu?"

'Aku mau kamu sekali lagi' batin ana.

***

Visual.

Chia Violet Adibash.

Chia Violet Adibash yang biasa dipanggil chia. Ia merupakan sahabat dari Wigan Bagaskara. Kelihatannya saja lugu namun siapa yang tau sifat dalam nya. Chia berusia 17 tahun beragama Kristen dan statusnya. . .

ANASTASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang