"Kaka pulang." sahut wigan sesampainya di rumah.
Arga dan Dara orang tua dari wigan yang sedang asik berbincang di ruang tamu lantas berdiri melihat anaknya dengan tatapan datar.
Plakk.
Satu tamparan dari Arga untuk anak lelakinya.
Wigan memegang pipinya yang kebas akibat tamparan dari ayahnya. Dara kaget bukan main ini kali pertama suaminya menampar wigan.
"Darimana saja kamu jam segini baru pulang?" tanya arga.
Memang betul wigan bolos sekolah bersama ana tapi ia baru pulang ketika sudah jam 10 malam, karena ia sempatkan untuk jalan-jalan bersama kekasihnya.
"JAWAB AYAH WIGAN. KAMU KEMANA SAJA HINGGA MEMBOLOS SEKOLAH DAN PULANG MALAM SEKALI?" emosi Arga sudah tak tertahan. Ingin sekali ia menampar wajah anaknya lagi namun dara memegang erat tangannya.
Wigan hanya menunduk. Wajar saja jika ayahnya marah karena memang dia yang salah. Tapi apa mungkin pihak sekolah menghubungi orang tuanya? Ntahlah wigan bingung yang pasti ia akan menerima semua ocehan ayah dan bunda nya.
"Apa ini semua gara-gara gadis itu lagi?" tanya arga sedikit mengidentifikasi.
"Bukan yah, ini mau saya sendiri." ucapnya pelan.
"Tidak usah mengelak. Mulai sekarang kamu tidak boleh dekat dengan dia lagi kalau masih ngeyel ayah bakal pergi tinggalin kamu sendirian. Selamanya wigan." ancamnya lalu pergi meninggalkan dara dan wigan.
Cowok itu terduduk lesu di sofa. Dara yang selalu mengerti perasaan anaknya dengan cepat menghampiri wigan. "Maafin ayah kak, ayah memang begitu kalau lagi emosi. Bunda juga ngga nyangka kalau ayah bakal nampar kamu kaya tadi." dara mengelus lembut punggung anaknya.
Wigan menggeleng. "Ngga bun, bukan itu yang buat kaka sedih. Tapi perkataan ayah yang terakhir yang buat kaka sedih. Kaka gabisa bun kalau harus lepasin wanita yang kaka sayang dari dulu." wigan sedikit menghela nafas. "Kalaupun ayah gasuka kita sama-sama karena perbedaan agama, lantas bagaimana dengan ayah dan bunda bukannya kalian juga beda keyakinan?"
Dara tersenyum. "Sini kak tiduran dulu di paha bunda biar bunda ceritain semuanya." wigan berganti posisi menjadi terbaring. Dan paha bunda sebagai bantal nya.
"Kalau kamu tidak tau dulu juga kakek dari bunda juga ngga setuju sama hubungan bunda dan ayah. Tapi semakin lama kakek semakin paham kenapa kita terus ngotot buat ingin bersama. Kakek tau kalau ayah dan bunda sangat mencintai satu sama lain, meskipun benteng kita terlalu tinggi." dara menghentikan ucapannya sesekali mengelus rambut putranya. "Dan kakek juga tau sifat ayah kamu yang sangat baik dan bisa menghargai perempuan, apalagi ayah sangat memperlakukan bunda lebih dari kata baik. Ayah itu dulu ketika mencintai bunda sangat sempurna. Namun ketika kita ada masalah itupun hanya karena mengingat perbedaan agama kita yang berbeda. Kadang bunda juga selalu sedih ketika mengingat kalau agama ayah dan bunda sangatlah berbeda, tapi sekarang tidak lagi. Karena ayah sudah menjadi milik bunda dan tetap di agamanya masing-masing. Itu kenapa kamu masuk ke agama ayah, karena kalau nanti bunda punya anak cewek dia yang bakal masuk ke agama bunda."
Wigan mengangguk paham. "Um gitu ya bun." ia kembali duduk. "Terus gimana sama kaka? Ayah bener-bener ngga suka sama anastasya, pedahal anastasya baik, bunda aja suka kan sama ana? Sama sikap dia yang sopan, ana juga cantik kan bun?"
Dara mengangguk. Ia menggenggam tangan putranya. "Iya sayang, bunda suka ana bunda ngga benci ana kaya ayah yang benci ana. Tapi bunda takut ayah kamu marah sama bunda kalau ayah tau hal ini. Tapi gapapa, bunda bakal restuin kamu sama ana. Soal ayah biar bunda bicarain baik-baik nanti ya." ucapnya meyakinkan.
Wigan hanya mengangguk. "Yasudah kamu mandi gih, pasti habisa jalan-jalan sama ana kan?"
"Ishh bunda ko tau, bunda peramal ya?" tanya wigan. ia dengan cepat berlari menuju kamar.
Dara hanya menatap pilu punggung putra nya.
"Kalian masih terlalu muda buat ngejalanin semuanya, bunda harap kalian bahagia selalu."
***
yahh kasian udah beda agama ngga direstuin pula.
miris 😔
KAMU SEDANG MEMBACA
ANASTASYA
Fiksi RemajaAnastasya adalah gadis yang tidak pernah memiliki keadilan dari siapapun. Anastasya selalu takut untuk melakukan segala hal. Sayap yang ia gunakan telah hampir seluruhnya menghilang, satu sayapnya telah dihancurkan oleh keluarganya. Anastasya perna...