halloo^^
SELAMAT MEMBACA!
***
Sepulang dari tempat pemakaman ternyata anastasya tidak menuju ke sekolah, ia bohong. Ana sedang lelah hari ini ia ingin istirahat saja dirumah meskipun ia tau jika bundanya akan memarahi ana nanti tapi siapa peduli yang terpenting ana bisa istirahat dan menenangkan diri nya. Lagipula semalam ana hanya tidur 2 jam karena setelah keributan ana dan bunda nya ia terus saja menangis meratapi nasibnya yang menurutnya tidak adil.
Sesampainya ana dirumah ia tak melihat ada seorang pun rumah itu sunyi seperti biasanya. Ana berjalan menuju kamar lalu merebahkan dirinya. Tak lama kemudian mata ana terpejam ia tertidur nyenyak disana.
Namun beberapa lama kemudian seseorang masuk ke dalam kamarnya tanpa permisi.
Brukk.
Pintu kamar ana dibuka dengan kencang hingga membuat suara yang berisik.
"ANASTASYA." panggil seorang pria. Siapa lagi jika bukan Chris ayah dari anastasya.
Ana yang kaget itupun dengan cepat bangkit dari tidurnya. Gadis itu menatap heran ayahnya.
"Kamu kenapa malah enak-enakan tidur anastasya?" tanya chris.
"Ana ijin ngga masuk sekolah hari ini ayah." ucap ana.
"KENAPA?" sentak pria itu.
"Ana lagi demam ayah." jelas ana. Ia tak berbohong memang sepertinya ana sedang demam karena badannya yang sangat panas dan kepala nya terasa begitu pusing.
"BOHONG."
"Bener ayah, kalau ayah ngga percaya ini pegang aja dahi ana." pinta nya.
"Tidak sudi saya." pria itu menolak permintaan ana.
"Oh iya yah gapapa."
"Tidak usah pura-pura sedih begitu kamu ana, kamu kan yang semalam buat bunda nangis?" tanya nya.
Ana hanya mengangguk. Ia menunduk dalam tak berani menatap ayahnya. Jujur ana sangat takut situasi seperti ini, ayah nya akan lebih kasar jika sedang marah.
"Kurang ajar kamu anastasya." Chris mengambil sapu yang tergantung dikamar ana. Gadis itu sengaja menyediakan sapu dikamar nya agar lebih gampang mengambil sapu jika ingin membersihkan kamar.
Satu pukulan chris layangkan untuk ana di bagian punggung. Rasanya sakit sekali. Namun ana hanya bisa meringis kesakitan, ia mana berani melawan ayahnya.
"KITA KURANG APA DALAM MENDIDIK KAMU SELAMA INI ANASTASYA?!" chris memberikan pukulan untuk kedua kalinya. Ia tak peduli jika ana sudah meringis kesakitan.
"Ayah ana mohon jangan." pinta ana.
"SAKIT KAMU INI TIDAK SEBERAPA DENGAN SAKIT HATI BUNDA KAMU." chris lagi-lagi memberikan pukulan untuk anaknya.
"AYAH SAKIT." teriak ana. Ia terus berusaha menghindar namun tidak bisa.
"Sekali lagi kamu buat bunda kamu nangis saya akan memberikan lebih dari ini." chris membuang sapu itu kearah ana dengan kuat hingga membuat gadis itu menjadi tambah sakit.
Dengan sekuat tenaga ana berusaha untuk berdiri dan berjalan menuju kamar mandi.
Anastasya menyalakan wastafel dan terduduk lemas di bawah guyuran air wastafel. Hal ini sering ana lakukan jika ia merasa cape. Jika berada di bawah guyuran air ana akan merasa tenang dan dengan mudah ia bisa memalsukan air matanya.
"Ana cape tuhan." gumamnya. "Kalau ana gabisa dibuat tenang disini kenapa ana ngga dibuat tenang disana selamanya? Kebahagiaan apa yang akan engkau berikan tuhan, hingga saya ingin lahir ke dunia ini?" pilu gadis itu.
"SAKIT HATI KAMU INI TIDAK SEBERAPA DENGAN SAKIT HATI BUNDA KAMU." ucapan ayahnya itu masih selalu terdengar jelas di pikiran nya. "Maafin ana bunda, ayah."
"Ana janji sama kalian meskipun ana ngga pernah ngedapetin kasih sayang lagi tapi ana bakalan janji kalau ana akan buat kalian bangga suatu saat nanti." ana kembali terisak ia tak kuasa lagi untuk menahan tangisnya.
***
Anastasya bersiap untuk tidur. Setelah keributan tadi dan ana yang terus mengurung diri di kamar mandi cukup lama akhirnya memutuskan untuk keluar. Ana ingin tidur nyenyak untuk kali ini saja semoga tidak ada yang nenganggu nya lagi.
Ketika ingin memejamkan matanya dering ponsel ana berbunyi.
"Siapa si ganggu gue aja." ana mengambil ponsel nya diatas nakas lalu melihat siapa orang yang meneleponnya. Disana tertera nama 'kaleng' atau wigan. Kaleng adalah nama panggilan untuk wigan hanya khusus dari seorang ana.
'Halo na.' ucap dari sebrang telpon sana.
"Ya." balas ana.
'Lemes amat lo.'
"Ada urusan apa? Buruan gue mau tidur." tanya ana.
'Santai kali gue ini juga cowok lo.'
"Cepet bilang atau gue matiin." ancam ana.
'Kenapa tadi lo ngga sekolah?' tanya wigan.
"Males."
'Udah mulai males-malesan ya sekarang, kalah tu sama chia.' sarkasnya
"Emang."
'Gue kerumah lo ya?'
"Jangan ada ayah sama bunda."
'Ko jangan? Ya bagus lah gue bisa sekalian silaturahmi sama bunda sama ayah.' paksa cowok itu.
"Jangan kal plis."
'Gue kesana sekarang.'
"Lo kesini kita putus." ancam ana lagi. Kali ini ia tidak main-main jika cowok itu masih nekat datang ana benar-benar akan memutuskan nya.
'Oh gue tau pasti lo larang gue karena lagi kumpul keluarga aja ya?' tanya nya yakin.
"Iya." ana sengaja berbohong agar cowok itu bisa mengerti dan tidak nekat untuk datang kerumahnya.
'Bilang dong na, nanti gue kapan-kapan lagi aja deh kesana nya.'
"Ya." anastasya mematikan sepihak telpon itu, karena jika tidak dimatikan sepihak pasti cowok itu akan terus bertanya-tanya. Jadinya ana tidak bisa tidur.
Anastasya mematikan ponsel nya lalu meletakkannya kembali keatas nakas. Ia sengaja mematikan ponsel nya agar tidak ada yang menganggu ana tidur.
"Tuhan ana ingin tidur nyenyak sekali saja tuhan." pinta gadis itu. Ana memejamkan matanya perlahan dengan hitungan detik gadis itu sudah terlelap.
Ana ingin beristirahat, ia ingin menenangkan pikiran, fisik dan juga batinnya. Sebenernya ana saat ini membutuhkan sandaran namun jika wigan yang menjadi sandaran nya itu hal yang salah. Ana lebih baik bercerita kepada hujan daripada kepada kekasihnya itu.
***
bantu vote ya , aku bakal up tiap hari okeii.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANASTASYA
Fiksi RemajaAnastasya adalah gadis yang tidak pernah memiliki keadilan dari siapapun. Anastasya selalu takut untuk melakukan segala hal. Sayap yang ia gunakan telah hampir seluruhnya menghilang, satu sayapnya telah dihancurkan oleh keluarganya. Anastasya perna...