aku minta vote+komen nya yaww , makasih.
SELAMAT MEMBACA!
***
"Sekarang lo masih sama dia gan?" tanya revan kepada wigan. Keduanya kini sedang berada di taman belakang markas.
"Dia siapa yang lo maksud?" tanya wigan.
"Cewek lo." jelasnya.
Wigan menatap heran kearah sahabatnya. Darimana ia bisa mengetahui tentang anastasya?
"Maksud lo anastasya?"
"Iya, Levana anastasya gabriella."
"Darimana lo tau nama kepanjangan nya?" tanya wigan semakin heran.
"Ya gue tau lah. Karena gue juga selalu pantau lo dan tau tentang lo termasuk cewek lo itu."
"Lo suka mata-matain gue?" cowok itu terkejut dengan penjelasan revan.
"Iya santai aja kali. Lagipula gue cuma mau pastiin lo baik-baik aja." cowok itu tersenyum tipis. "Lo tau gan semua tentang cewek lo?" tanya revan.
"Tentang cewek gue van?"
Revan mengangguk. "Iya, si anastasya. Lo tau ngga semuanya tentang dia?"
"Ya jelas tau lah kan gue cowoknya, gimana si lo." ucapnya.
"Bagus deh kalau lo tau semuanya." ucap revan lalu kembali menyesap rokok nya.
"Emangnya kenapa kalau gue gatau?" tanya wigan lagi.
Revan menggeleng. Ia tak ingin memberitahu sahabat nya untuk saat ini karena ini bukan hal yang pas untuk membicarakan tentang cewek itu. Lagipula tadi Wigan bilang jika ia telah mengetahui semua tentang ceweknya jadi tidak ada hak lagi untuk revan membicarakan hal ini.
'Asal lo tau gan hidup cewek lo lebih berat. Banyak rahasia yang dia sembunyikan serapih mungkin supaya kita ngga tau.' batin revan.
***
Di balkon kamar ada anastasya yang sedang memandang langit dimalam hari yang sangat indah itu. Ia selalu senang jika menatap kearah langit karena ia selalu menganggap orang yang ia sayang ada di atas dan melihatnya.
"Ana kangen. Ana kesepian." ucap ana pilu. Ntah mengapa sejak kedatangan chia sahabat dari wigan hubungan mereka seperti biasa saja tak ada lagi hubungan yang seromantis dulu. Bahkan anastasya saja tak mengetahui sekarang keadaan kekasihnya itu bagaimana.
"Ana memang ngga pantes buat siapa-siapa ya." gumamnya.
Anastasya terus memandangi langit indah dengan beberapa bintang yang membuat langit itu semakin cantik dan indah. Anastasya menikmati suasana malam ini. Dengan hembusan angin anastasya seperti merasakan ketenangan, ia ingin selalu seperti ini tidak ada masalah atau bahkan tangisan.
Anastasya memejamkan matanya seketika cairan bening keluar dari kelopak mata ana. "Ana lemah banget ya sekarang."
"Dulu ana ceria tapi dengan cepat semua kebahagiaan keceriaan dalam diri ana diambil gitu aja." ucap gadis itu. "Maaf ana gabisa sekuat kamu."
Tak lama kemudian terdengar suara ketukan pintu, dengan cepat ana menghapus air matanya lalu melihat kearah pintu. Bundanya, anastasya sudah duga itu.
"Lagi ngapain kamu malam-malam disitu? Bukannya belajar malah ngelamun gajelas." sentak bundanya.
"Gapapa bun sekalia-kali kan. Lagian langit nya bagus banget bun." jelas anastasya. "Bunda mau liat juga? Dulu ayah bunda abang ana selalu liat langit kan bun kalau malem-malem dulu kita seru bun selalu kumpul bareng ketawa-ketawa bareng, tapi sekarang itu udah gabakal bisa keulang lagi." anastasya menunduk dalam. Ia sedih jika kembali mengingat masa dulu ia ingat sekali bahwa dulu keluarga nya baik-baik saja harmonis tidak seperti sekarang.
"Jangan mimpi kamu. Kamu itu sudah besar jangan seperti anak kecil lagi." ucap bunda nya datar. "Sekarang kamu kebawah dibawah ada paman dan bibi mereka juga membawa anaknya kesini kamu nanti temui dia temani dia jangan dikamar terus." titah bunda nya.
"Jiya bun?" tanya ana memastikan.
"Iya jiya siapa lagi. Sekarang kamu kebawah dulu siap-siap, jangan sampai mempermalukan ayah dan bunda." ucap bundanya lalu pergi terlebih dahulu.
Anastasya menghembuskan nafas berat. "Jiya lagi jiya lagi, bisa mati gue kalau dihadapin sama tu anak." gumamnya.
Selesai anastasya bersiap-siap dengan cepat ana menghampiri bunda dan yang lainnya untuk ikut bergabung. Sesampainya diruang tamu anastasya mendapatkan tatapan meremehkan dari semua orang. Anastasya tak suka ini.
"Salamin dulu paman dan bibi mu." titah chris ayah anastasya.
Anastasya menurut lantas menyalami paman dan bibi nya itu.
"Sudah gede ya kamu ana." ucap bibi nya basa-basi.
Anastasya hanya tersenyum. Selesai menyalami anastasya lantas duduk di dekat bunda nya.
"Gimana sekolah kamu ana? Lancar ngga? Dapet rangking berapa aja kamu di sekolah?" ucapan bertubi-tubi yang diberikan oleh bibinya kepada anastasya.
"Sekolah ana baik ko bi. Ana mah belum dapet rangking." ucap ana ragu.
"Loh kenapa belum? Kalah dong sama jiya yang selalu dapet rangking 1." bibi ana terus saja memanaskan suasana.
"Kamu juga pasti sudah punya pacar ya ana?" ucapnya lagi.
Anastasya muak dengan bibinya yang selalu saja seperti ini. Bisa-bisa anastasya kena omel ayah nya lagi nanti.
"Iya ana, aku juga pernah liat kamu gandengan sama cowok di mall kamu main sama dia berdua. Itu pacar kamu kan?" kali ini jiya yang ikut membantu memanaskan suasana.
Chris dan Nia menatap tajam kearah anastasya. Anastasya yang menyadari hal itupun lantas menunduk tak inilah melihat tatapan maut dari ayah dan bunda nya.
"Aduh maaf ya mungkin itu cuma temennya ana." ucap Nia menenangkan suasana.
"Temen tapi ko aku liat nya mesra tante." jiya terus saja berucap membuat ana ingin memukul nya.
"Ya gini ya seharusnya anak gadis mu itu dijaga jangan kaya anak ngga diurus gitu. Apalagi sampe main bebas tanpa pengawasan kan takut terjadi hal yang ngga-ngga." bibi ana yang terus saja mencari masalah dengan segala ucapannya.
"Iya saya juga sudah memberitahu ana agar tidak terlalu bebas." ucap Chris.
"Iya bagus deh kalau gitu. Mending kaya jiya aja dia lebih mentingin pendidikan nya tuh daripada pacaran." ucap bibi ana lalu merangkul baju jiya.
"Aku pernah liat jiya jalan sama cowok juga." ucap anastasya. Ia tak berbohong ana memang pernah melihat jiya berduaan dengan cowok di sebuah taman. Dan mereka terlihat mesra.
"Jangan ngaco deh kamu ana." bela jiya.
"Gue ngga ngaco tuh."
"Kamu bilang gitu karena dendam kali sama aku gara-gara aku bilang kaya gitu." ucap jiya yang terus membela dirinya sendiri.
"Gausah sok deh lo jijik gue liatnya. Gausah sok alim juga." tegas anastasya.
"ANASTASYA." sentak Chris.
"Apa ayah? Yang ana bilang itu bener ko ana ngga bohong ana liat pake mata kepala ana sendiri."
"Masuk kamar kamu sekarang ana." titah chris.
Mau tak mau anastasya harus pergi ke kamar nya. Anastasya sudah tau jika ayahnya akan memarahi ana nanti.
"Awas lo jiya." ancam anastasya.
"Aduh gini deh kalau anak yang kaya kurang didikan dari orang tuanya." sindir bibi ana.
Chris dan Nia merasa malu karena melihat tingkah anaknya tadi. Apalagi sekarang bibi anastasya sudah mengatakan seperti itu.
Ana memang tidak sepintar jiya karena itu anastasya selalu dibanding-bandingkan dengan jiya.
***
Ada yang pernah di posisi anastasya juga ngga sii ??
KAMU SEDANG MEMBACA
ANASTASYA
Novela JuvenilAnastasya adalah gadis yang tidak pernah memiliki keadilan dari siapapun. Anastasya selalu takut untuk melakukan segala hal. Sayap yang ia gunakan telah hampir seluruhnya menghilang, satu sayapnya telah dihancurkan oleh keluarganya. Anastasya perna...