⭑ࣶࣸ ꞋꞌꞋꞌ 👩🏻‍🌾 7' yang tak diinginkan.

16 10 3
                                    

hallooo^^

SELAMAT MEMBACA!

***

Jam menunjukkan pukul 23.00. Anastasya baru saja pulang, sebenarnya ia sudah pulang sekolah sejak pukul 05.00 hanya saja ana sengaja berjalan-jalan sendiri untuk menenangkan pikirannya. Toh jika ana pulang malam pun tidak akan ada yang memarahinya karena orang tua ana pasti tidak pulang lagi.

Namun dugaan gadis itu salah besar. Ketika ana memasuki rumahnya ia sudah disambut oleh Nia bunda nya ana. Ana senang akhirnya yang ditunggu-tunggu bunda nya pulang juga.

"BUNDAA." teriak ana. Ia senang bukan main. Ketika ana ingin memeluk bunda nya namun nia mundur beberapa langkah membuat hati ana sakit. "Bunda?" tanya ana heran.

"Darimana saja kamu anastasya?" ucap nia datar.

"Dari luar bun." balas ana pelan.

"Anak gadis macam apa kamu pulang malem?"

Ana menatap bundanya tak percaya. Mengapa bunda nya bisa mengatakan seperti ini?

"Ana cuma cape bun jadi ana jalan-jalan buat nenangin diri ana." jelas gadis itu.

"YANG KAYA GITU KAMU BILANG TENANGIN DIRI ANA?" tegas nia. "Kamu cape apasih ana? Apa yang kamu tau tentang cape? Kerja kamu hanya belajar dan sekolah? Itu saja kamu sudah cape ana?"

"Ana cape semuanya bun."

"Semuanya apa? Semua pekerjaan rumah sudah bi Sumi yang kerjakan, kenapa malah jadi kamu yang merasa cape?"

Ana diam tak berbicara. Jujur saja ia sakit hati dengan ucapan bunda nya.

"JAWAB BUNDA ANASTASYA." sentak nya. "Bunda sudah rela pulang kesini cuma buat liat kamu tapi apa yang bunda liat? Kamu pulang malam. Kamu seperti cewek yang tidak diurus ana."

Nia tertawa meremehkan. "Tau gitu saya ngga pulang aja. Lagian ayah kamu juga sebenarnya tidak mau kesini jika kamu tidak memaksa nya."

"Saya juga ngga minta anda untuk pulang." ucap ana.

"BERANI KAMU SAMA SAYA ANASTASYA?"

PLAKK.

Satu tamparan lolos mengenai pipi kiri ana.

"Bunda." lirih ana. Ia memegang pipinya. Ana menangis namun dengan cepat ia mengusapnya lagi.

"KALAU ITU YANG KAMU MAU, MULAI SEKARANG SAYA DAN AYAH KAMU TIDAK AKAN PULANG MENEMUI KAMU." ancam nia.

"Yauda bagus." ana mengiyakan ucapan bundanya. "LAGIAN GUE NGGA BUTUH KALIAN. BUAT APA KALIAN ADA TAPI SELALU NGASIH RASA SAKIT? GUE JUGA CAPE. BUKAN CUMA CAPE FISIK TAPI HATI DAN MENTAL GUE JUGA CAPE." ana tak kuasa menahan emosinya. Meskipun tau itu hal yang salah tapi ana juga butuh pembelaan untuk dirinya sendiri.

"Ana butuh pelukan dari kalian. Ana butuh bunda ana butuh ayah ana juga butuh bang gabriel. Ana tau kalian sibuk tapi apa susahnya kalian luangin waktu buat ana?" gadis itu terisak hebat.

"Tapi saya tidak butuh kamu ana." ucap nia yang langsung pergi meninggalkan anaknya.

Ana terjatuh ke lantai. Ia tak kuasa lagi menahan badannya. Anastasya menangis hebat. Baru kali ini bunda nya mengatakan seperti itu.

"Kenapa gue yang harus ngerasain ini sih."

"KENAPA TUHAN." teriak ana.

Rasanya ini tidak adil untuk ana. Kenapa setiap gadis itu sudah bahagia semua kebahagiaan nya direbut oleh orang lain? Dan sekarang bunda nya yang sangat ana rindukan malah membuat hatinya semakin sakit.

"Apa ana ngga pantes buat bahagia? Jika iya silahkan tuhan ambil ana."

***

Pagi ini anastasya sudah berada disebuah pemakaman umum. Sebenarnya ana takut tapi ia memberanikan diri untuk menemui makam seseorang yang telah lama tidak ana kunjungi.

Sesampainya disebuah makam yang bertuliskan nama seseorang. Ana terduduk lemas. Ia mengusap nisan kuburan itu dan membersihkan daun-daun yang bertebaran di atas makam itu.

"Assalamualaikum sayang." salam ana.

"Ana balik lagi ni, kamu pasti kangen kan sama ana? Ana kangen kamu loh." ucapnya sembari terus memandangi makam tersebut.

"Maafin ana, semenjak ana udah ada pengganti kamu ana jadi lupain kamu ana jadi jarang kesini. Ana benar-benar minta maaf. Kamu ngga kecewa kan sama ana." mata ana berkaca-kaca mengingat kalau dirinya memang sudah jarang menemui makam ini semenjak bersama wigan.

"Ana mau ikut kamu aja. Dunia terlalu keras buat ana yang ngejalanin semuanya sendiri." satu tetes air mata keluar dari kelopak mata gadis itu. Ana tak kuasa lagi menahan tangisnya.

"Dulu kamu adalah rumah ana dan sebaliknya. Ana masih anggap kamu sebagai rumah tapi kenapa sekarang kamu malah jadiin tempat ini sebagai rumah kamu?" ana terisak. "Ana butuh kamu. Ternyata orang yang selama ini sama ana dia bukan rumah yang benar-benar rumah. Ana kira dia bakal bisa ngebantu ana keluar dari semua masalah ini, ternyata ngga. Dia malah buat luka baru buat ana."

Ana mengusap air matanya. Sebisa mungkin ia harus tersenyum. "Bunda sama ayah juga sekarang masih ngga peduli loh sama ana. Abang juga sekarang jarang pulang ke rumah. Pedahal dulu dia selalu ikut main sama kita ya, dia selalu ngehibur ana juga. Tapi sekarang itu semua udah ngga ada. Semuanya pergi ninggalin ana."

"Kamu disana suka liatin ana ngga?" ana tertawa pelan. "Kalau iya pasti kamu bangga sama ana. Karena ana bisa sekuat ini sampe sekarang. Meskipun ana ngelewatin semuanya sendiri tapi ana bisa lohh, ana hebat kan? Karena ana inget kata-kata kamu sebelum kamu pergi tinggalin ana. Kamu bilang kalau ana harus bahagia dan ngelewatin semuanya sendiri dan ana harus kuat meskipun pas kamu gaada."

"Ana sakit. Ana benar-benar ngga kuat sebenernya tapi kalau ana nyerah nanti siapa yang bakal dateng ke makam kamu buat cerita-cerita, terus yang bersihin makam kamu yang selalu suka liat hujan. Nanti gaada lagi di dunia ini ana yang kuat." gadis itu kembali menangis hebat ia tak kuasa lagi menahan semuanya. "Ana harap kamu bangga ya sama ana. Ana juga mau jadi kamu yang hebat yang kuat yang bisa ngelewatin semuanya sendiri. Mungkin kalau dulu kamu ngga selamatin ana mungkin ana yang bakal ada di posisi kamu saat ini. Ana nyesel."

"Sayang, udah dulu ya ana mau sekolah hari ini ana kan anak yang rajin. Nanti kapan-kapan ana kesini lagi ya ketemu lagi sama kamu. Ana mau lama disini ana mau nemenin kamu." ana mengusap air matanya. Ia kembali tersenyum meskipun hatinya sangat sakit.

Ana memejamkan matanya lalu berdoa untuk seseorang itu. "Ana pergi dulu ya sayang." pamit ana setelah selesai membaca doa.

"Assalamualaikum." tak lupa ana mencium nisan itu sedikit lama lalu meninggalkan tempat tersebut.

***

di part ini sebisa mungkin emosinya harus aku dapetin si tapi gimana ya, syulitt 😔

ANASTASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang