16 : Kenapa? Hampir.

96 12 0
                                    

Aluna udah capek banget setiap malem dengerin Ghea nangis.

Iya sih nangisnya diem-diem, tapi Aluna tuh tipe orang yang gampang banget bangun kalo denger suara suara kecil.

"Lo mending cerita deh lo kenapa." Kata Aluna geregetan, "Gue udah gak kuat dengerin lo nangis setiap malem."

Ghea sangat sangat tertohok mendengar perkataan Aluna itu.

Karena hari ini Ghea sedang datang bulan, makanya ia langsung membalas perkataan Aluna dengan emosi.

"Yaudah gak usah lo dengerin." Balas gadis ini judes.

Aluna berdiri dan mendekati Ghea. "Yang tidur disini gak lo doang. Jangan egois bangsat."

Ghea menatap Aluna dengan sinis, "Ya lo tinggal keluar aja apa susahnya sih?" Balasnya dengan nada yang terdengar sangat menjengkelkan buat Aluna.

"Elo kok ngeselin banget sih hari ini?" Kata Aluna tak habis pikir. "Gue keluar."

Kemudian gadis bernama lengkap Aluna Faradissa itu mengambil tas kecil dan memasukan dompet serta handphonenya lalu keluar dari kamar.

Kalau tidak keluar, bisa-bisa ia akan menampar Ghea saat ini juga.

"Lunnnn, mau kemana?????" Tanya Cici ketika melihat Aluna melewati kamarnya.

"Mau ke hotel." Jawab Aluna.

Cici membalakan matanya, "IH MAU NGAPAIN??? OPEN BO YA???" Serunya heboh.

"MULUT LO GAK PERNAH DI NGAJIIN YA????" Celetuk Vivian.

"GUE KRISTEN?????!!!!!" Sahut Cici.

Aluna yang tadinya lagi marah langsung ketawa denger celetukan kedua gadis yang lebih pendek darinya itu.

"Gue besok pagi ada acara keluarga di Bandung, jadi mau nginep di hotel sana malem ini." Jawab Aluna berbohong.

"Oh gitu." Vivian dan Citra mengangguk-ngangguk. "Yaudah hati-hati ya, Lun. Jangan ngebut-ngebut." Ujar Cici mengingatkan.

"Makasih udah diingetin yaa," Kata Aluna. "Gue pamit dulu."

"Okaaayy!!! Take care yaaa." Kata Citra.

Tadinya Aluna gak ada niatan mau ke Bandung, tapi kayaknya dia butuh healing juga.

Akhirnya ia memutuskan untuk ke Bandung malam ini.

Paginya, Ghea langsung ditanyain sama Jovan dia kenapa. Akhirnya diceritain deh tuh kenapa dia bisa ribut sama Aluna.

Jovan manggut-manggut setelah mendengarkan cerita gadis bondol itu.

"Mungkin dia juga jenuh kali, Ghe. Biarin aja dulu. Kasih waktu dia buat sendiri." Ujar pemuda bernama lengkap Jovan Danuarta ini.

"Tapi kalo boleh tau, emangnya kenapa setiap malem lu nangis? Ada masalah apa?"

Gadis ini langsung bungkam seribu bahasa.






༝༚༝༚





Udah dua hari Saga dirawat di rumah sakit. Dan beberapa anak asrama ada juga yang datang untuk menjenguk. Walaupun gak ada yang boleh nginep sama Sarah.

Udah beberapa kali Saga nyuruh kembarannya itu buat pulang ke asramanya, tapi Sarah gak mau. Soalnya Saga kasian sama Sarah, udah dua hari ini dia selalu tidur disini. Apalagi sekarang tuh Sarah baru masuk kuliah, masih semester 1.

Bukannya masih asik-asiknya ya semester awal tuh?

“Lu main aja sana sama temen-temen lu, gua gapapa kok sendirian.” Kata Saga.

“Di kota ini kita cuma berdua, i only have you and you only have me. Manusia gak akan pernah bisa sendirian, apalagi lo lagi sakit kayak gini.” Kata Sarah.

“Tapi gua gak mau lu jadi stres gara-gara gua,” Saga menghembuskan nafasnya pelan. Ia menyalahkan dirinya sendiri dalam pikirannya.

“Pikiran lo terlalu berisik.” Omel Sarah, “Gak usah nyalahin diri sendiri. Musibah gak ada yang tau.” Ujarnya, “Gue mau nanya boleh gak?”

“Apa?” Sahut Saga.

“Hubungan lo sama Kanya gimana?” Tanya Sarah.

“Lu cari tau sendiri aja, gua males cerita.” Kata Saga.

“Gak mau. Gue maunya lo yang cerita ke gue.” Kata Sarah gak mau kalah.

“Males.” Sahut Saga.

“Cerita.”

“Gak.”

“Tinggal cerita aja apa susahnya?”

Saga menarik selimut dan mulai memejamkan matanya, “Aku mau tidur dulu Kak Sarah, barusan kan abis minum obat.”

Yah kalo udah begini baru deh Sarah bisa ngalah. Akhirnya gadis yang mukanya mirip Saga itu membiarkan adiknya tidur.

Padahal baru lima menit, tapi Saga udah nyenyak banget tidurnya.

Beneran ngantuk ternyata.

Lalu Sarah menyentuh pucuk kepala adiknya itu kemudian memejamkan matanya. Bukan tidur, tapi mencari tau sesuatu—atau melakukan sesuatu ini ya?

Karena ngantuk, Sarah pun merebahkan dirinya di kasur yang memang disediakan untuk tamu.

Tapi ketika ia menutup gorden yang menjadi pembatas antara kasurnya dengan kasur adiknya tiba-tiba pintu kamar diketuk dan dibuka.

Entah kenapa ada yang menyuruh Sarah untuk tetap diam di kasurnya.

“Maaf aku baru dateng.”

Sarah membalakan matanya sambil membaringkan tubuhnya menghadap Saga.

“Maaf ya, gara-gara aku kamu jadi begini. Coba aja kemarin aku gak kekeuh terus terusan deketin kamu, pasti kamu gak akan kayak gini sekarang.”

Sarah masih diam dan mendengarkan omongan gadis itu.

“Aku gak tau kenapa kamu bisa lupain aku. Apa kamu amnesia atau emang kamu cuma pura-pura lupa?”

“Tapi intinya aku mau berterimakasih sama kamu karena udah mau nerima aku. Makasih udah pernah jadi pacar aku dan makasih udah jadi cinta pertama aku.”

“Cepet sembuh ya, aku janji abis ini aku gak akan ganggu kamu lagi walau kita masih satu asrama. Sekali lagi get well soon, ya. Aku pamit pulang dulu.”

Setelah mendengar pintu ditutup, akhirnya Sarah langsung membuka gorden dan menatap kembarannya yang ternyata lagi megangin kepalanya.

“Sar, kenapa gua masih gak bisa inget ya?”

“Gak usah diinget lah gak penting.” Kata Sarah, “Semakin lo maksain diri, nanti lo bakalan semakin sakit. Malah lebih dari ini. Udah deh nurut aja pokoknya.”

“Kenapa gak boleh?”

“Karena kita hampir kehilangan lo, Saga.”

Dormitories TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang