****
Rea kali ini tidak bersama Reva. Gadis cantik itu tengah kumpulan ekskul teater membuat dirinya harus sendirian menelusuri koridor sepi dari jurusan IPS kelas sebelas tersebut. Saat ingin berbelok pada gedung IPA, terdengar suara krasak-krusuk yang membuat Rea berhenti sejenak.
Jika tidak salah suara itu dari beberapa orang lelaki yang tengah berkumpul di pembatas tembok gedung utama dengan taman air mancur sekolah. Rea menipiskan bibir. Ingin lanjut berjalan melewati para kumpulan lelaki itu, tapi dirinya tersentak kecil saat namanya disebut dengan jelas disana. Membuat Rea bersembunyi di balik tembok sebelah kiri tersebut.
"Si Rea masuk mading lagi tuh. Lo dah liat belum?"
"Rea IPA 1?"
"Yaiya, emangnya ada berapa Rea di Badaga 2?"
Lelaki yang menyebut nama Rea itu mendengus kecil. Lalu melempar bungkusan permen kacang pada wajah temannya yang lain. "Serius nih. Lo pada setuju gak kalo si Rea primadona Badaga 2?"
Lelaki yang di lempari bungkus itu mengerjap samar. "Setuju aje sih. Cuman gue pribadi lebih suka sama si Reva." katanya dengan tangan mengambil satu bungkus makanan ringan yang mereka beli bersama di kantin tadi.
Dua orang lelaki yang tersisa tampak mengangguk setuju. "Gue juga. Reva lebih ceria dari Rea. Udah gitu kalo lo liat lagi nih ya. Cantiknya Rea sama Reva itu beda jauh banget, borrr." serobot lelaki satunya yang sekarang menyeruput es cekeknya.
"Ibaratkan gini. Lo bisa nyari muka cantik kek Rea di sekitaran Bandung. Tapi lo gak bisa nyari muka cantik kayak Reva di seluruh penjuru Indonesia."
"Apalagi si Reva jago akting sama cheerleaders. Makin sempurna dah tuh cewek." sahut yang lain saling menyetujui betapa bagusnya sosok Reva Austella Grencia itu.
"Rea juga ikutan cheerleaders. Jago dance. Terus pas MPLS pernah masuk mading karena nyumbang pidato sama puisi."
"Ya gue juga akuin kalo si Rea cakep. Cuma cakepnya beda sama si Reva. Gue juga sukanya cewek yang ceria, gampang berbaur gitu."
"Nah bener. Sedangkan si Rea kan diem banget anaknya, hampir nyerempet ke cuek malah. Dia sadar lo suka aja kagak, Ki." sahut yang lain memojokkan sosok lelaki hitam manis yang sedari tadi memang memuji Rea.
"Iyalah gak akan sadar, orang gue nya aja gak pernah ngegas langsung." gerutunya sebal.
"Dahlah ya. Pokoknya Rea Reva itu jadi duo Re. Primadona Badaga 2." kata yang lain karena tak ingin memperpanjang pembahasan yang menurutnya kurang berfaedah tersebut.
Rea yang sedari tadi mendengarkan menipiskan bibir. Ia menatap lurus dengan kaku. Entah kenapa seluruh badannya melemas hanya karena mendengar seseorang yang membandingkan dirinya dengan Reva, sahabatnya sendiri. Apalagi keliatan kumpulan lelaki itu jurusan IPS.
Rea menelan ludah. Ia menghela nafas, lalu dengan cepat membalikkan tubuh pergi dari sana. Ia lebih baik mencari jalan memutar agar sampai ke gedung IPA. Daripada harus melewati mereka semua yang telah membuat hatinya seakan tak tenang. Karena perlu diketahui jika sedari awal masuk SMA Badaga 2, tak ada satu orang pun yang berani membandingkannya dengan Reva.
Ya, tak ada satu orang pun.
Karena mereka menganggap Rea dan Reva adalah duo Re yang takkan pernah tergantikan oleh siapapun.
****
"E E E E EE BANG JONO!"
Aidan berdecak malas karena suara nyanyian Raja di ruang musik itu sangat tak enak di dengar. "Lo mending diem deh, Ja. Sebelum stick drum ini gue lempar ke muka lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
LAXITY [HIATUS]
Teen FictionSelain suka nasi goreng, Aidan juga suka main mobile legend. Dan, selain cilok serta es cekek, kelemahan Aidan itu ... Rea. By taaberrychu Original story 2022© Started : 07-10-2022 Finished :