LAXITY | 5

683 110 6
                                    

****

Aidan menipiskan bibir saat pandangannya menangkap beberapa teman sekelasnya yang sibuk menata barang di samping pintu luar kelas. Rata-rata lelaki mengangkat meja serta kursi, sedangkan para gadis tengah menata kotak bekal yang terlihat oleh Aidan berisi sayuran dan juga beberapa makanan yang sedikit membuatnya mengernyit aneh.

Aidan melangkah mendekat. Lalu berdiri tepat di depan Vina yang tengah membuka botol kaca bertuliskan bahasa korea dan isinya sesuatu yang tipis dan panjang berwarna kuning. Aidan mengerjap. "Kek tai." celetuknya.

Vina mendongak. Lalu melotot. "Heh. Lo dateng-dateng udah ngatain makanan aja. Sana bantuin yang lain di dalem, ngepel atau nyapu kek, lo keseringan bolos piket kelas 'kan."

Aidan mengusap telinga kanannya. Berbicara dengan Vina memang membuat telinganya berdengung sakit. "Yaelah, Vin. Mager gue. Mending gangguin lo aja, ye gak?" balasnya sambil menyengir lebar.

"Lo gue lempar pake timun ini mau?" Vina mengacungkan satu timun panjang ke arah Aidan.

Sontak saja Aidan menggeleng dan kabur masuk ke dalam kelas. Di dalam kelas ternyata banyak teman sekelasnya yang tengah mendekorasi kelas, ada beberapa tempelan dinding bergambar bunga sakura, lalu sebuah banner yang bertuliskan bahasa korea yang tak Aidan pahami. Dia berdecak kagum, lalu menatap Putra yang naik ke atas meja untuk menempelkan gambar bunga sakura di dinding.

"Oi, put. Lo udah cocok jadi tukang kuli."

Putra menoleh. Lalu mendelik sebal pada Aidan. "Si kampret satu baru dateng. Sini lo bantuin gue." katanya dengan tangan sibuk mengusap gambar tersebut agar tertempel sempurna.

"Males." Aidan bergumam. Tangannya melepaskan tas ransel yang berada di punggungnya, lalu melemparnya secara asal. "Si Vina bikin makanan apaan dah? Lo tau kagak?" tanyanya sambil duduk di atas meja guru. Memang gak ada akhlak.

"Bikin kimbab." Teguh yang sedang berjongkok di samping Aidan menjawab. Lelaki manis itu bangkit dan menoleh pada Aidan. "Katanya enak."

Aidan mengerjap. Sedikit tersentak karena Teguh yang tiba-tiba muncul. "Lo kayak tuyul aja, ngangetin." sahutnya.

"Lebih tuyul tuh si peler. Malah ngebo." Teguh menunjuk teman sekelasnya yang lain. Lelaki dengan rambut acak-acakan itu sedang tertidur pulas dengan kepala menempel di atas meja.

"Ngeganti nama orang itu gak baik, Teguh." serobot Ghani dengan tangan membawa satu bakul nasi hangat yang entah darimana asalnya. Langkah lelaki itu pelan, pandangannya menatap Aidan lalu Teguh. "Vina bisa marah kalo bestie nya di panggil gitu." lanjutnya.

Teguh berdecak. "Farel emang di jaga banget ama si Vina. Sampe dia di biarin tidur tapi kita di paksa bantu."

"Terima aja. Lagian Farel suka gadang karena ngurusin data kita. Dia ketua kelas yang baik kok. Meski suka ngeselin dan gak jelas." Ghani meletakkan bakul nasi itu tepat di samping Aidan. Matanya naik menatap Aidan. "Tugas hafalan kayaknya gak akan di tes sekarang."

"LAHH? GUE DAH NGAPALIN." Aidan berdecak. Lalu memalingkan wajah sebal. "Tau gitu kemarin gue push rank aja ampe subuh."

Teguh tertawa mengejek. "Lagian lo tumben amat mau ngapalin segala. Biasanya lo tenang aja kalo ada ujian mendadak sekalipun."

"Ya, karena dapet dialog dari Ghani. Mana nih anak nyuruh gue hapalin. Yaudah gue lakuin aja." gumam Aidan tak bersemangat.

Ghani mengerjap. "Gak papa. Biar kalo minggu besok lo di tes, lo udah punya gambaran di otak lo." hiburnya dengan nada riang.

"VINA AMPUN ELAH ANJJJ. GUE CUMA NYOBAIN TELORNYA DOANG PELIT AMAT VINAAAAA."

Teriakan dari Raja itu membuat Aidan mengangkat alisnya. Lalu dengan gerakan cepat dia turun dari meja dan melangkah keluar. Disana terlihat Raja yang tengah di pukuli oleh Vina menggunakan timun panjang yang tadi di sodorkan pada dirinya. Aidan meringis ngilu. Lagian Raja tumben sekali mengerjai Vina.

LAXITY [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang