***
Pertama-tama aku mau minta maaf karena mulai slow update, bulan ini aku sibuk buat persiapan ujian praktek sama us.
Maklum ya, klas 12 :))
Jadi siap-siap kangenin Ai-Re ya hehehe.
***
Ghani menaruh kayu bakar yang tersisa ke api unggun kecil yang mereka buat. Vina melihat itu, kemudian berdecak dan menyorot penuh pada lelaki tersebut.
"Ghan, cari kayu bakar sana."
Ghani menoleh. Dia mengangkat alis. "Bentar lagi udah jam tidur ini, lo emangnya mau nyalain api unggun ampe pagi?"
Vina memukul pelan bahu Ghani. "Buat besok juga elah, biar sekalian."
"Kenapa gak nyuruh Hanip aja?" Ghani menggerutu. Dia sudah sangat nyaman hanya duduk di atas karpet dan merasakan kehangatan api unggun, lalu tiba-tiba di suruh mencari kayu bakar. Astaga, malas sekali.
"Mana mau anak curut kayak gitu." sahut Vina sebal. "Elo aja kek."
Ghani menghela nafas. Dia harus banyak bersabar jika satu kelompok dengan Vina ini. Dia bangkit, sempat mengambil pisau kecil yang tadi sore habis dia asah itu dari tas ranselnya yang ada di samping Reva. Gadis itu mendongak, dan menyadari jika Ghani bersiap untuk pergi. Lalu dengan cepatnya Reva menyusul. Tak lupa membawa senter untuk alat bantu penerangannya.
Ghani yang baru saja akan melangkah masuk ke dalam hutan pinus itu menoleh. Dia mendapati Reva yang menyengir kecil padanya. "Gak usah ikut."
"Gue mau ke pipis." sahut Reva dengan kaki terhentak ke tanah. "Kebetulan lo juga mau ke hutan kan? Nah temenin gue ke sungai."
"Kenapa gak sama Rea atau cewe yang lain gitu?"
"Rea gak tau kemana, kalo cewe yang lain ... Vina pasti males, kalo Hanin kan lagi luka."
"Lo nyusahin." Ghani mendengus lalu melangkah masuk ke dalam hutan.
Reva menyamakan langkahnya. Gadis itu menerangi jalan untuk mereka berdua. Cahaya bulan sebenarnya sudah bisa menerangi langkah mereka, hanya saja Reva sedikit takut kegelapan, membuat dirinya harus membawa senter.
"Lo mau nyari kayu bakar dimana?" tanya Reva seraya menarik kecil lengan jaket yang di pakai Ghani.
Lelaki itu melirik. "Sekitaran sungai juga banyak. Kita langsung kesana aja, biar lo langsung pipis."
Reva merona. Entah kenapa kata pipis saja bisa membuatnya tersipu, padahal tidak ada hal aneh dari kata tersebut. "Eum ... oke."
Selama perjalanan menuju sungai mereka berdua hanya diam. Sesekali saling menatap hanya untuk memastikan masih bersama. Lalu saat suara air mengalir mulai terdengar, Reva mengambil arah kanan, berusaha tak jauh meninggalkan tempat Ghani mencari kayu bakar.
Ghani hanya mengangkat bahu tak acuh. Dia membiarkan Reva mendekati sungai, dan tugasnya sekarang adalah mengumpulkan kayu bakar sebanyak-banyaknya. Ghani berjongkok, dia mengambil dahan pohon yang terongok dekat kakinya, lalu mematahkan beberapa rantingnya menggunakan pisau kecil yang dia bawa.
Meski penerangan yang dia punya hanyalah cahaya bulan, tapi saat Ghani mendongak lagi untuk mencari dahan pohon lainnya, dia menangkap dua sosok yang terlihat tak jauh dari tempatnya. Kedua sosok tersebut tampak familiar baginya, seperti ... Aidan dan Rea.
Mereka terlihat melempar batu ke sungai, permainan masa kecil dimana mitosnya jika batu tersebut dapat menyeberangi aliran sungai, hal apapun yang kamu minta akan terkabul. Tapi pada kenyataannya, itu hanyalah mitos belaka.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAXITY [HIATUS]
Teen FictionSelain suka nasi goreng, Aidan juga suka main mobile legend. Dan, selain cilok serta es cekek, kelemahan Aidan itu ... Rea. By taaberrychu Original story 2022© Started : 07-10-2022 Finished :