LAXITY | 12

428 102 7
                                    

****

nulis part 12 niatnya dari kemaren, tpi bru terealisasikan tadi malem😭.

aku ngerasain bgt kayak, ide udah ada, bahkan ngalir deras, giliran di tuangkan ke sebuah tulisan malah mentok karena ovt [meratapi diri].

***

Siswa kelas 11 IPA 3 berebut ingin keluar dari ruang lab tanpa penyejuk ruangan itu, dan kebetulan yang sangat amat memuaskan itu ruangan lab 3 persis berhadapan dengan area parkir, membuat mereka berserobot bahkan sampai menyeret temannya yang lain untuk ikut keluar agar menghirup udara segar—karena sepanjang jam pelatihan mereka harus menutup hidung setidaknya 15 kali sejam untuk meminimalisir aroma menyengat kaus kaki busuk, entah milik siapa.

Tapi nyatanya, Hanip, selaku orang yang paling depan untuk keluar dari lab itu mengerem langkahnya. Matanya menatap sosok Rea yang tengah naik ke atas motor yang tampak familiar di benaknya.

"Itu—"

"—Rea sama AIDAN?!" Hanip memekik di akhir kata. Menunjuk dua sejoli yang sudah pergi meninggalkan area parkir.

Pekikan dari Hanip tentu saja membuat teman-temannya yang lain heboh. Semuanya mendorong ke arah pintu keluar, lalu bergerombol menatap kepergian motor Aidan yang mulai hilang. Raja yang kebetulan menyaksikan itu semua tampak syok berat, tidak menyangka jika baru satu hari Aidan sekelas dengan Rea, tapi bisa membuat hal menghebohkan seperti ini.

"Gila!"

"Aidan gercep banget."

"Buset."

"Rea cuk, Rea!"

"Aidan pake pelet apaan ya?" Teguh berbisik pelan pada Maulana—lelaki pendek di sampingnya. "Gue jadi pengen juga."

Maulana yang mendengar itu menggeleng saja.

Hanip terdiam, kemudian mendelik mendengar ucapan teman-temannya itu. Dia berbalik dan menatap mereka semua. Sejenak dia melirik pada Raja yang tengah mengobrol dengan Ghani. "Ja, kok lo diem aja sih?" protes Hanip tak terima.

Raja yang merasa terpanggil itu menoleh. Mengalihkan atensi dari Ghani yang baru bergabung. "Diem apanya?" sahut Raja tak paham.

"Ck, Nip." Aldi, selaku teman sebangku Hanip menyenggol lengan lelaki itu. "Lo apus deh fantasi gila lo yang mengharuskan Raja sama Rea." bisiknya.

Hanip menipiskan bibir. Tak membalas ocehan temannya itu. "Lo tau kan kalo Rea itu salah satu primadona Badaga 2?" tanya Hanip dengan guratan kesal tercetak jelas di wajahnya. Dia takkan membiarkan jika Rea harus bersama Aidan. Sudah di bilang bukan Rea dan Aidan itu sangat jauh? Melihat mereka berdua bisa bersama tentu saja membuat Hanip kesal.

Raja menghela nafas. "Lo kenapa si?"

Ghani di sebelah Raja tampak merasakan hal yang kurang beres dari gelagat Hanip. Sebenarnya, lelaki itu tidak banyak di temani oleh siswa di kelasnya, karena mulut ember dan juga celotehan berisiknya kerap sekali mengganggu. Ghani tak mempermasalahkan itu awalnya, menganggap jika sikap Hanip itu karena ingin mendapat perhatian.

Tapi agaknya ... setelah melihat langsung sikap Hanip yang bahkan sepertinya menyangkut pautkan sahabatnya, Aidan. Ghani kesal juga.

"Cuma lo doang yang pantes sama Rea, Ja."

Seluruh temannya melongo.

Perkataan Hanip itu terkesan menuntut, bahkan membuat Raja yang awalnya santai menanggapi kini mulai tersulut. Dia paling tidak suka saat ada orang yang seenaknya. Lagipula Hanip bukan siapa-siapa. Untuk mengomentari seperti itu, Raja rasa tidak pantas.

LAXITY [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang