****
udah masuk bulan desember aja.
kebetulan aku bakalan sibuk banget dengan kegiatan ujian nih, maklum kelas 12 :')
****
Hari libur berlalu.
Hari senin dan selasa pun telah usai.
Sekarang hari rabu. Jadwal sekolah sepenuhnya di isi oleh kegiatan ekstrakulikuler. Dimana Aidan sendiri bahkan hanya memasuki satu ekskul yang kumpulannya saja tidak menentu.
Seperti saat ini. Lelaki itu duduk di sudut pojok kiri dengan pandangan menatap para kakak kelas teater dan juga teman sebayanya yang berkumpul membentuk lingkaran entah sedang membahas hal apa. Pandangannya sesekali teralihkan pada panggung kecil yang ada di depan ruangan tersebut. Memiliki tirai panjang berwarna merah. Tak lupa beberapa lampu sorot yang tergantung kokoh di atasnya, dan juga lantai panggung yang agak licin yang membuat Aidan berpikir untuk berhati-hati bila menginjakkan kaki disana.
Aidan menghela nafas. Kumpulan teater selalu saja membuatnya merasa bosan, bukannya tidak ingin bergabung dalam lingkaran tersebut, hanya saja ... dari awal Aidan memang tak bersungguh-sungguh untuk masuk ke ekskul teater, dia hanya asal mengisi formulir agar terhindar dari ekskul olahraga maupun yang mengasah otak dan waktu seperti OSIS ataupun English Club.
Aidan menguap. Lalu mengucek mata nya yang di balut oleh kacamata bulat itu berulang kali sebelum beranjak dan kabur dari ruangan teater melalui pintu belakang. Entah kakak kelasnya tahu atau tidak, yang pasti Aidan sudah bosan di dalam. Tangan Aidan membenarkan tas ranselnya yang dia sampirkan di bahu kanannya. Kemudian melangkah menjauh dengan tatapan minat pada lapangan indoor futsal yang sedikit terlihat dari matanya.
Aidan tersenyum kecil saat berdiri tepat di lapangan futsal tersebut, matanya tak sengaja saling bertubrukan dengan Ghani dengan balutan baju khas tim futsal itu sedang menjaga area kiper, agar menghalau serangan musuh. Lelaki manis itu tersenyum lebar, dengan tangan sedikit melambai. Lalu gerakan mulutnya seakan bertanya pada Aidan yang dimana telah dia tahu betul apa kalimatnya.
Aidan menggeleng. "Belum selesai. Cuma gue cabut duluan." katanya menjawab pertanyaan Ghani yang langsung di balas dengan pandangan tajam dan gelengan kepala.
Aidan terkekeh kecil. "Gue mau ke lapangan basket dulu, oke? Kalo lo udah selesai nyusul aja kesana." pamitnya dengan suara sedikit nyaring agar sampai pada Ghani yang mulai kelabakan menghalangi anggota musuh.
Aidan mengangkat bahu, terpenting dia sudah bilang, di dengar atau tidak ya itu urusan Ghani.
Oh ya, tentang pertikaian dirinya dengan Farel hari itu ... sebenarnya tak selesai sampai sana. Saat Vina pulang dari UKS sehabis mengantar Farel, gadis itu menyemprot dirinya habis-habisan. Mengomentari seluruh hal yang bahkan selama ini tak pernah Aidan pikir akan menjadi masalah besar.
Uh ... ternyata cerocosan dari perempuan begitu mengerikan ya. Untung saja Bunda Aidan tak suka ngomel, jadi terselamatkan lah harga diri dan juga telinga ini.
Sampai di lapangan basket outdoor hal yang pertama Aidan lihat adalah sekumpulan cheerleader yang kebetulan sedang latihan bersama dengan anggota tim basket. Beberapa dari lelaki melirik dengan terang-terangan para anggota perempuan pembawa pom-pom di tangan itu. Warnanya mulai dari merah sampai yang sangat menusuk mata.
Aidan menipiskan bibir saat pandangannya menyerobot pada sosok Rea yang tengah mengangkat satu tangan dengan gaya menyemangati yang kentara. Pakaian minim yang menurut Aidan kekurangan bahan itu melekat sempurna di tubuh gadis tersebut. Sedangkan rambutnya terikat tinggi sampai memperlihatkan leher jenjang dan bahu mulusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAXITY [HIATUS]
JugendliteraturSelain suka nasi goreng, Aidan juga suka main mobile legend. Dan, selain cilok serta es cekek, kelemahan Aidan itu ... Rea. By taaberrychu Original story 2022© Started : 07-10-2022 Finished :