***
Mumpung aku lagi senggang, yaudahlah update laxity aja wkwkwk
***
"Lo gak capek, Tama?"
Tama, panggilan yang cukup keren baginya. Meski tak semua orang memanggilnya seperti itu, namun sahabatnya, yang dia panggil Tira itu tentu saja 24 jam memanggilnya dengan Tama.
Lelaki berumur 15 tahun itu duduk di tribun. Angin sore menerpa mereka berdua, menyiptakan ilusi dimana sang surya memang akan menghilang di telan malam. Meski langit berubah lebih pekat, namun sosok lelaki yang masih bergelut pada bola berwarna jingga itu tampak tak terusik ditempatnya.
Dia malah melempar cengiran lebar kearah sahabatnya. Kemudian dengan gerakan yang terlatih, dia memasukkan bola sampai membuat Tira berkedip tak percaya.
"Lo selalu keren." puji Tira seraya bertepuk tangan kecil.
Tama membusungkan dada sombong. Kemudian melangkah pelan menghampiri Tira. Matanya menelisik sosok lelaki tersebut sebelum merangkulnya. "Lo abis kumpulan ekskul?"
Tira menggeleng. Gesturnya menunjukkan hal aneh. Entah Tama yang salah lihat, atau memang lelaki di sampingnya itu ... tersipu?!
Tama mengernyit. "Lo ... kenapa njir?"
Tira tampak menipiskan bibir. Kemudian menghela nafas, mencoba menahan rasa malu yang menjalar ke tubuhnya."Gue gak kumpulan." gumam Tira. Pandangannya menatap Tama yang kini sedang meneguk air dalam botol. "Gue cuma abis jalan-jalan sekitaran sekolah."
"Jalan kaki?"
"Heem."
Tama mengernyit kembali. Tapi mencoba tak mengubris sikap aneh sahabat dari kecilnya ini. "Gue masih ada kumpulan sama anak OSIS, lo mau gak jadi perwakilan ekskul mading?"
Tira tampak terdiam. Tapi kemudian menggeleng, menolak cepat "Ogah, mending pulang. Udah jam segini lagian, lo gak capek apa?"
"Nope."
"Terserah." Tira tampak angkat bahu. "Gue mau balik duluan kalo gitu. Ntar gue bilangin Bunda kalo Tama pulang telat lagi."
Tama terkekeh. "Oh, ya tambahan, bilangin jangan telponin gue gitu."
"Yayaya, big boss."
****
Tira tampak berguling di atas kasur Tama. Lelaki itu terkekeh kecil sebelum memandang Tama yang sibuk berkutat pada buku di meja belajar. Di wajah lelaki itu terbingkai kacamata minus yang memang sering dia pakai saat belajar di rumah.
Tira menuntun tubuhnya terlentang di atas kasur. Kedua matanya menatap langit-langit kamar Tama yang di tempeli oleh berbagai macam stiker planet.
"Tam." Tira memanggil.
Tama di meja belajarnya tampak menghela nafas sebelum berdeham pelan sebagai jawaban.
"Gue gak bisa nahan buat gak cerita ke lo." Tira tampak menipiskan bibir. Dia sebenarnya masih ragu untuk mengatakan hal ini, tapi setidaknya, dia juga ingin berbagi cerita pada sahabat dari oroknya. "Gue ketemu sama ... cewek."
Tama di meja belajarnya tampak bergeming. Pulpen di tangan kanannya terangkat kecil, dan pandangannya yang semula fokus pada buku paket kini sedikit teralihkan pada deretan alat tulis yang dia punya.
"Gue gak tau kalo lo tertarik berhubungan sama cewek." Tama menanggapi. Dimana tanggapan itu sukses membuat Tira mendelik dan melempar bantal ke belakang kepala lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAXITY [HIATUS]
Teen FictionSelain suka nasi goreng, Aidan juga suka main mobile legend. Dan, selain cilok serta es cekek, kelemahan Aidan itu ... Rea. By taaberrychu Original story 2022© Started : 07-10-2022 Finished :