****
Sebenarnya awal pertemuan Aidan dan Rea itu tidak terlihat menarik sama sekali. Malah sedikit memalukan.
Jika di putar kembali ke waktu Aidan masih pendaftaran ulang masuk SMA Badaga 2 itu, Aidan masih berpenampilan ala kadarnya. Lebih tepatnya terlihat seperti bocah SD yang memasukkan kemeja putih dalam celana merah pendek dengan ketat.
Seperti siswa yang baru akan mendaftar ulang, lelaki itu tampil sopan dan santun saat bertemu dengan para guru yang tak dia kenali. Sedikit membungkuk dan tersenyum tipis. Tak lupa kacamata bulatnya yang sering melorot itu dia benarkan berkali-kali agar tak terjatuh.
Langkah kakinya perlahan masuk ke dalam sekolah megah tersebut. Melewati lapangan upacara yang sangat luas. Melewati air mancur yang berada dekat lab biologi. Melewati jajaran kakak kelas yang tengah duduk di tangga. Matanya kerap mengedar hanya untuk melirik banyaknya barang yang baru dia lihat seumur hidupnya.
Contoh yang pertama itu, drone berbentuk UFO. Awalnya Aidan ingin mengabadikan momen UFO yang terbang di atas taman sekolah yang dekat dengan kantin itu memakai ponselnya, tapi saat di selisik kembali ternyata itu mainan terbang. Sekarang Aidan memanggilnya dengan sebutan besi terbang.
Lalu setelah banyak ruangan, tempat tak terduga, barang aneh, serta perilaku kakak kelasnya yang agak unik itu. Akhirnya Aidan telah sampai di aula lama yang terletak di gedung kanan SMA Badaga 2. Aulanya cukup besar. Jika Aidan tebak, bisa menampung lebih dari 300 orang. Apalagi angkatannya saat ini sepertinya pas dengan kapasitas aula tersebut.
Awalnya Aidan duduk di kursi yang ada di pojok kiri. Matanya melirik beberapa orang yang tampak berkelompok dan mengambil jarak cukup jauh dari tempatnya duduk. Aidan tak mempersalahkan itu, niatnya datang kemari juga karena ingin daftar ulang, bukan mencari teman.
Ya kalau dapat teman baru juga Aidan tidak akan menolak sih.
Kan rezeki tidak boleh di tolak.
Benar, bukan?
Saat sedang asik menunduk sambil mengikat tali sepatunya yang terlepas. Aidan merasakan ada seseorang yang duduk tepat di sampingnya. Hal itu sontak saja membuat Aidan mendongak dan bersitatap dengan sosok asing yang terlihat lebih kecil darinya. Lelaki itu pun menatap Aidan dengan kening mengerut lucu, meski ada kesan jutek yang tersemat dengan jelas di kedua matanya.
Aidan menyengir. Lalu menengakkan tubuh. Dia menyodorkan tangan. Ingin basa-basi. Karena jika dia diam saja, pasti lelaki itu akan menjulidkan dirinya. Kan ... siapa tau?
"Gue Aidan Pra—"
"WAH AIDAN?"
Aidan tersentak kecil. Menarik tangannya, lalu menoleh cepat pada sisi kiri tubuhnya. Dia mengernyit, lalu memutar bola mata malas sambil menghembuskan nafas lelah.
"Gile. Satu sekolah satu jurusan kita. Gue kira lo mau ambil SMA Badaga 1. Eh ternyata kesini juga."
Aidan mendelik. "Gak usah basa-basi nyet. Kan kita emang dah janjian mau masuk Badaga 2."
Raja menahan tawa. Kemudian terkekeh geli karena berhasil membuat Aidan kesal. Matanya melirik ke samping Aidan. Sosok lelaki yang tak acuh memperhatikan ponsel itu membuat Raja mengangkat alis. Lalu dengan perlahan dia mendekatkan tubuhnya pada Aidan.
"Pacar lo?" tanyanya tak ada akhlak.
"Lo ngomong sekali lagi, gue lempar panci emak gue dah, Ja." kata Aidan sewot.
Raja merapatkan bibir. Lalu berdeham pelan seraya menoleh lurus pada lelaki di samping Aidan. "Weh. Nama lo siapa bro?" tanyanya basa-basi.
Lelaki itu menoleh. Dia menatap Aidan terlebih dahulu, kemudian melirik Raja yang tersenyum tipis. "Ghani." jawabnya pelan, bahkan setengah berbisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAXITY [HIATUS]
Fiksi RemajaSelain suka nasi goreng, Aidan juga suka main mobile legend. Dan, selain cilok serta es cekek, kelemahan Aidan itu ... Rea. By taaberrychu Original story 2022© Started : 07-10-2022 Finished :