Bengkel6: Ciuman?

8.2K 209 6
                                    

Bapak seperti punya tenaga kuda kalau sudah urusan bersenggama. Di gubuk, ia langsung memagut bibir Yanto dengan rakus sambil berdiri. Lidahnya menjulur mengeja rongga mulut. Dibalas pula oleh Yanto dengan permainan lidah dan bibir yang tak kalau lihai. Suara kecipak bibir dan lidah yang beradu menambah birahi naik.

"Emphhh, emphhh, ahhhh, ahhhh...."

Selagi berciuman, Bapak menelanjangi Yanto sampai bugil. Didorongnya tubuh Yanto ke bale bambu dan membiarkan tubuhnya tergolek pasrah. Bapak segera melucuti baju di tubuhnya.

Yanto dibuat bergetar hebat karena begitu bernafsunya saat melihat tubuh Bapak yang punya kontur gagah. Dadanya bidang dengan puting cokelat yang mencuat. Lengannya berlekuk hasil kerja keras dan menonjol urat-uratnya. Kulit cokelat matang akibat sengatan matahari membuat Bapak terlihat perkasa. Wajah Bapak juga tergolong tampan, apalagi kalau sudah tersenyum, aura penyayangnya sangat menenangkan dan melihat wajahnya tidak pernah membosankan.

Bapak menarik kedua kaki Yanto ke pinggir bale. Ia mengangkangkan sampai terlihat kerutan anusnya yang rapat. Bapak meludah banyak di tangan yang kemudian dilaburkan ke anus Yanto. Jari Bapak mengusap rata.

Yanto agak tersentak saat jari telunjuk Bapak menekan keras.

"Shhhhhh," ringis Yanto dengan badan tegang. Disusul ia megap-megap menarik nafas meredam rasa perih.

"Lubang sempit begini yang bikin Bapak ketagihan, Nto. Beruntung Bapak bisa mencicipinya," ujar Bapak dengan raut senang.

"Iya, Pak, lubang Yanto buat Bapak, ahhhh...."

Jari Bapak masuk sempurna. Dia diamkan sebentar sampai Yanto lebih santai. Bapak takjub melihat jari tangannya menancap di anus anaknya. Siapa sangka kejadian begini bisa terjadi. Tak lama kemudian jari Bapak mulai bergerak. Awalnya hanya ujung jari yang ditekuk mengusap dinding anus, lama-lama jari Bapak sudah bergerak lancar keluar-masuk. Yanto sempat mengaduh saat jari Bapak baru digerakan tetapi setelah dimainkan, Yanto merem-melek dibuatnya.

"Ahhhhh, aduh, Pakhhh, ahhhhh, emphhh," desah Yanto dengan pinggul yang bergerak-gerak menggeyol.

Melihat Yanto bergelinjang keenakan ditusuk jarinya membuat kontol Bapak tambah ngaceng. Ia ingin segera ngewe menuntaskan birahinya yang sudah membara. Bapak mencabut jarinya dan menyisakan kehampaan bagi Yanto. Kontolnya diurut sebentar, dilaburi air ludah sampai licin, lalu diarahkan ke anus Yanto yang terpampang menantang.

"Ahhh...," lenguh Bapak saat menekan kontolnya masuk.

"Shhhhh, emphhhh, uuuhhhh," raut wajah menahan sakit Yanto membuat Bapak memelankan tusukannya.

Blash!

Akhirnya Bapak bisa melesakan seluruh kontolnya. Kedutan dinding anus Yanto membuat Bapak memejamkan mata menikmati sensansi pijatannya. Sedang Yanto mengatur nafas, dadanya naik-turun, menahan sakit.

"Masih enak, Pak?" Tanya Yanto penasaran.

Bapak menatap mata Yanto. Ia tersenyum dan menjawab, "Tentu saja masih enak, Nto. Memek kamu lebih seret dan menjepit, Nto, dibandingkan memek perempuan. Bapak suka pisan, hehe."

"Padahal hampir tiap hari kontol Bapak masuk terus, enggak longgar, Pak?"

"Enggak, Nto. Itu kali hebatnya anus kamu, walau digempur sering-sering juga masih bisa rapet cepet. Awwhhh!" Seketika Bapak membeliakkan mata begitu anus Yanto mengempot-empot.

"Hehehe," Yanto terkekeh mengerjai Bapak.

"Bapak goyang sekarang ya!"

"Iya, Pak."

Bapak menarik kontolnya keluar, tidak sampai lepas, lalu sekali hentak dimasukkan lagi. Yanto dibuat mengaduh meringis. Apalagi saat Bapak mempercepat hentakannya, Yanto dibuat mengejan serasa dirojok sampai ke ujung perut. Pinggul Bapak menubruk selangkangan Yanto penuh tenaga. Kontolnya melesak memenuhi anus Yanto hingga Yanto terkapar penuh kepuasan.

MONTIR KETAR-KETIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang