Bengkel9: Es Krim

7.6K 185 30
                                    

Adzan Subuh sebentar lagi berkumandang, artinya tugas siskamling sudah selesai. Speaker di beberapa musolah mulai memperdengarkan orang mengaji.

Wak Jahro, Bapak, dan Yanto bergeliat bangun. Walau masih ngantuk, mereka membereskan pos dan siap-siap pulang ke rumah.

Wak Jahro pamit pulang duluan. Bapak memastikan dulu api unggun sudah padam. Setelah menyiram baranya dengan sisa air di termos, Bapak dan Yanto beriringan pulang. Sesampai di rumah, Yanto langsung masuk kamar dan merebahkan diri di ranjang. Ia masih merasa ngantuk sekali.

Sedangkan Bapak mengambil handuk dan masuk kamar mandi buat mandi junub. Usai melaksanakan subuhan, Bapak masuk ke kamar anaknya.

"Nto, bangun, mandi dulu sana, terus solat subuh, sudah adzan dari tadi!" Bapak menggunjang-gunjangan tubuh Yanto perlahan.

"Hoamm..." Yanto menguap, badannya menggeliat. Yanto memicingkan mata sembari mengumpulkan kesadaran. "Masih ngantuk, Pak, hoamm..."

"Tapi ini sudah subuh, Nto. Nanti keburu siang. Mandi junub dulu sana! Terus subuhan," ujar Bapak lagi.

Rasanya baru saja ia memejamkan mata, sekarang sudah dibangunkan lagi. "Iya, Pak."

Bapak keluar kamar setelah Yanto bangkit dari kasur walau masih sempoyongan.

Yanto jalan ke kamar mandi dengan handuk tersampir di pundaknya. Tapi ia tidak melihat Ibuk yang biasanya sudah ada di dapur.

"Ibuk sudah ke jalan, Pak?" Tanya Yanto pada Bapak yang sedang siduru, menghangatkan badan di depan api yang menyala di tungku.

"Iya, lagi beli bahan masakan."

"Ya sudah, Pak, Yanto mandi dulu."

"Mau Bapak mandiin? Hehe," canda Bapak.

"Enggak ah, nanti bukannya mandi, malah minta jatah Bapak mah."

"Hahaha, serangan pajar atuh."

"Huuuh... mesum aja Bapak mah. Padahal tadi malam sudah dikasih juga."

Yanto segera ngeloyor masuk ke kamar mandi dengan senyum-senyum. Tambah ke sini, candaan Bapak selalu mesum. Agak aneh sih tapi Yanto suka, haha. Yanto mengalihkan pikirannya dari Bapak dan segera mandi wajib.

Byurr! Byurr! Byurr!

Terdengar suara air mengguyur berkali-kali. Tubuhnya gemetaran kedinginan. Rahangnya sampai bergemerutuk. Yanto memang jarang sekali mandi saat pagi masih gelap begini. Kalau bukan karena habis dikerjai Bapak, Yanto biasanya langsung wudhu dan lanjut subuhan.

Karena masih ngantuk, setelah subuhan Yanto kembali meringkuk sarungan di kasur.

*****

"Nto, Ibuk sama Bapak berangkat ke ladang dulu ya. Kamu istirahat aja hari ini, pasti kamu kurang tidur," ucap Ibuk yang muncul di pintu kamar.

Yanto yang setengah sadar bergumam, "Hmmm, iya, Buk, Yanto masih ngantuk."

"Kamu jangan lupa sarapan."

"Iya, Buk, hoammm...." Yanto menguap lebar.

Rumah terasa sepi setelah Ibuk dan Bapak pergi ke ladang. Yanto menengok ke jam dinding dan jarumnya menunjuk pukul setengah tujuh pagi. Ia menarik sarungnya sampai sedagu dan memejamkan mata lagi.

'Sebentar lagi ah!'

Ting! Ting! Ting!

Di tengah lelapnya Yanto mendengar nada ponselnya berdering. Tangannya menggapai-gapai mencari keberadaan ponselnya. Setelah ketemu, ia tekan tanda telepon masuk pada layarnya. Masih posisi tiduran, ia dekatkan ponselnya di telinga.

MONTIR KETAR-KETIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang