Bengkel19: Kali Pertama (2)

6.1K 149 9
                                    

Pada pagi harinya, Yanto terbangun dengan pantat sakit. Seperti masih ada yang mengganjal. Sewaktu ke kamar mandi pun ia harus berjalan agak mengangkang sambil meringis. Sakitnya seperti luka lecet yang terkena air.

Tapi Yanto akan berjalan biasa, menahan kesakitannya, saat melintas di depan Ibuk dan Bapak. Kalau sampai ditanya kenapa jalannya mengangkang, Yanto tidak punya jawaban yang tepat saat ini. Belum lagi kalau sampai Bapak tahu, beliau pasti akan langsung tahu kalau anusnya luka karena diewe. Soalnya pas awal-awal ngewe sama Bapak pun selalu berujung sakit pantatnya.

"Kamu kelihatan pucat, Nto. Sakit?" Tanya Ibuk sewaktu meletakkan tempe goreng di meja. Matanya memindai wajah anaknya yang agak lesu.

Yanto menahan sendok di udara. Ini pasti gara-gara semalaman tidurnya tidak nyenyak karena sakit yang mendera pantatnya.

"Emm, badan Yanto rada lemes aja, Buk. Kecapekan kayaknya," jawab Yanto.

"Kamu enggak usah ke ladang dulu. Kamu istirahat saja di rumah ya," saran Ibuk mengelus bahu Yanto.

"Iya, Buk."

Setelah sarapan Yanto rebahan lagi di kamar. Saat mau memejamkan mata, pikirannya malah mengingat Mang Saki dan kejadian tadi malam. Yanto mengambil ponsel. Ia mengetik pesan WA dan mengirimkannya ke nomor Mang Saki.

'Pantat Yanto sakit pisan, Mang.'

Yanto tidak tahu Mang Saki sudah bangun atau belum. Ia harap pesannya akan segera dibaca. Tapi tidak lama kemudian ponselnya berbunyi dan balasan dari Mang Saki diterima. Wajah Yanto langsung cerah.

'Mamang minta maaf, Nto, kalau bikin kamu kesakitan. Kamu hari ini berangkat ke ladang?'

Yanto mengetik cepat dan kembali mengirimkan balasannya.

'Enggak, Mang. Yanto mau istirahat,  semalam kurang tidur gara-gara nahan sakitnya.'

Sejenak Yanto memperhatikan kontak Mang Saki yang menunjukkan sedang mengetik.

'Nanti Mamang mampir ya.'

Percakapan ditutup dengan pesan terakhir Yanto.

'Iya, Mang.'

Yanto menghela nafas perlahan. Rasa senang semalam masih bersisa pagi ini. Ia meletakkan dengan asal ponselnya di kasur. Yanto meraih bantal dan dikepit. Ia merubah posisi jadi berbaring miring. Matanya memperhatikan tembok tapi otaknya kembali memutar ingatan kejadian tadi malam di bengkel.

***

...

"Iya, Mang."

Saat Yanto mengiyakan keinginan Mang Saki mau menggenjot, tidak sekalipun ia duga akan digenjot dengan liar. Pinggangnya dipegang erat. Dan dengan cepat kontol Mang Saki keluar-masuk di anusnya.

Plok! Plok! Plok!

"Awhh! Ouhh! Mang, pelan, ahhh! Ahhh!" Erang Yanto. Tubuhnya terlonjak-lonjak seirama dengan hentakkan kontol Mang Saki.

Ia bisa merasakan ganjalan kontol Mang Saki yang gede memenuhi anusnya. Nafasnya langsung sesak saat kontol itu menghantam pantatnya tanpa ampun. Genjotannya penuh semangat dan bertubi-tubi.

"Arkhh! Arkhh! Yeah! Memek kamu sempit pisan, Nto! Arkhh! Arkhh!" Geram Mang Saki. Ia tidak ragu lagi melesakkan kontolnya sampai mentok.

Plok! Plok! Plok!

"Ahhh, emphh, ahhhh," Yanto mencoba tidak mendesah kencang tapi tidak bisa. Sodokan kontol Mang Saki sangat perkasa menghujam anusnya, rasanya kayak ditusukkan sampai ke perut. Bikin sesak dan penuh.

MONTIR KETAR-KETIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang