Bengkel2: Iri

10K 215 8
                                    

Melihat jendolan Aa Rusdi membuat darah Yanto agak berdesir, sedikit terangsang. Ia terpukau dengan pemandangan di depannya.

Kalau diperhatikan lagi, tubuh Aa Rusdi terlihat liat dan kukuh. Dadanya bidang mempunyai gurat yang mantap. Kedua putingnya mencuat cokelat gelap. Begitu turun ke perut, akan didapati lekuk-lekuk pack di perut seperti roti sobek. Pusarnya tidak maju tapi membentuk ceruk. Di situ pulalah rambut-rambut carang membentuk garis lurus turun ke balik celana renang dan pasti bermuara di selangkangannya.

Glek!

Kali ini Yanto menelan ludah saat Aa Rusdi yang sudah turun ke kolam dan melakukan renang bolak-balik dari ujung satu ke ujung lain, kini naik ke atas menghampirinya. Celana ketat yang basah makin menempel ke kulit membentuk kontolnya yang menjendol.

"Nto, kamu mau renang atau mau lihatin aku renang nih?"

"E-e mau renang, Aa. Saya ganti dulu,"dengan suara bergetar Yanto menjawab. Lalu ia pun bergegas menuju ruang ganti meninggalkan Aa Rusdi yang tersenyum penuh makna.

Berenang memang ampuh meredakan kepenatan tubuh. Yanto merasa lebih segar, otak dan hatinya lebih dingin setelah badannya menyebur.

Yanto terbilang mahir berenang sebab dari jaman sebelum masuk SD ia sudah sering main air di sungai Kalijaga. Sungai besar yang mengular dari daerah Kuningan dan membelah sisi kampungnya, berlanjut ke dataran rendah Cirebon dan berujung ke lautan. Pada usia segitu, ia dan kawan-kawannya sangat menikmati proses latihan renang. Dimulai dari berenang mengikuti arus air yang mudah dilakukan, lalu berenang melawan arus air yang susah dilakukan, sampai mereka menguasai tekniknya. Sebagai anak kampung, kebisaan renang dibentuk secara sendirinya, tanpa diajari guru.

Yanto dan Aa Rusdi sudah empat kali melakukan lomba siapa paling cepat berenang dari titik awal ke titik ujung, lalu balik lagi ke titik awal. Pemenangnya tentu saja Yanto.

"Huh, aku sengaja mengalah tadi, Nto. Biar kamu menang," dalih Aa Rusdi beralasan. Wajahnya jenaka dengan aura berseri. Mereka mengapung di pinggir kolam setelah selesai berkompetisi.

"Dih, Aa mah kalau kalah ya kalah aja. Mana ada tadi sengaja mengalah tuh," Yanto mendebat. Ia mengusap wajahnya yang dipenuhi bulir air.

"Beneran. Soalnya Aa seneng liat kamu senang bisa menang..."

" Huuuuh, terus aja ngakunya sengaja nggak menang, hahaha."

Mereka mengakhiri lomba kelima setelah lagi-lagi Aa Rusdi tidak bisa menyamai kecepatan Yanto meluncur. Yanto beristirahat di kursi yang sama saat ia duduk pas baru sampai. Sedangkan Aa Rusdi menghampiri kantin yang berdekatan dengan pintu masuk dan loket tiket. Yanto memperhatikan dari jauh sosok Aa Rusdi, ia tiba-tiba merasa kangen bercumbu dengannya.

"Nih, makan dulu mumpung masih panas." Aa Rusdi menyerahkan pop mie yang sudah diseduh air panas dan tutupnya masih lekat.

Setelah dibuka tutupnya, aroma khas mie menguar masuk ke penciuman. Kata orang, makan pop mie sehabis renang atau main air membuat rasa enaknya naik tingkat. Dan itu benar adanya. Bisa jadi efek badan yang sedang kedinginan kemudian mendapatkan asupan makanan panas dan asin gurih, maka terkesan kalau makanan itu enak sekali.

Yanto dan Aa Rusdi mulai mengais mie dengan garpu plastik bawaannya. Tidak banyak bicara keduanya mulai menghabiskan.

"Setelah dari sini, kita kemana lagi, Aa?" Yanto penasaran. Keduanya sudah selesai menandaskan makanannya.

"Rahasia dong. Kamu pokoknya ikut saja ya."

"Emm, baik, Aa."

"Kita bilas sekarang aja ya. Yuk!"

MONTIR KETAR-KETIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang