Bengkel29: Dipuaskan Bapak

10.2K 181 41
                                    

"Ahhh, Pak, ahhhh, ahhhh," desah Yanto.

Badannya yang bersender ke dinding gubuk terus terguncang mengikuti hentakan kontol Bapak yang memasuki lubangnya lewat belakang. Bapak punya tenaga kuda, hampir lima belas menit Yanto diposisi ini dan pasrah anusnya dirojok kencang. Celananya sudah dilepas dan tergeletak sembarangan di tanah.

Anus Yanto terasa panas, perih, dan enak, apalagi saat titik nikmatnya kena sundul kepala kontol. Semua sensasi tadi bercampur membuatnya merem-melek. Lenguhan dan desahan terus bersahut-sahutan di dalam gubuk.

Plok! Plok! Plok!

"Ahhh, ahhhh, ehhhh!"

"Uhhh, arghhh, yeahhh, ohhhh!"

Tubuh keduanya sudah licin bersimbah keringat. Terutama kulit Bapak yang lebih gelap tampak lebih mengkilap. Bulir keringat menetes-netes melalui lekukan dada dan punggungnya yang liat. Benar-benar pemandangan eksotis.

"Arrh, arrh, arhhh," geram Bapak setiap kali menggenjot.

Otot di paha dan pantat Bapak mengeras saat kontolnya merojok. Sengaja ia mentokkan terus. Bapak sangat suka mendengar desahan anaknya karena justru memicu birahinya mendidih.

Plok! Plok! Plok!

"Ahhhh, Pakhh, dalam pisan, ahhh, ahhh, ahhh," racau Yanto memejamkan mata. Wajahnya meringis, pantatnya lama-lama mulai kebas.

"Bapak bakal bikin kamu kelonjotan, Nto, argggggh!"

"Ahhhh, mau, Pakhh, ahhhh, ohhh!"

"Arhhh, arhhhh, arhhhh," Bapak memutar pinggulnya, mengaduk lubang anaknya, sembari dihujamkan dalam-dalam.

"Ooohhhhhh...." Yanto melotot. Sesak rasanya dibegitukan. Tapi enak pisan, badannya bergidik dingin, darahnya ketarik semua ke ubun-ubun.

"Huhh, huhh, enakhh, Nto?" Tanya Bapak tersengal.

"He'eh." Dahi Yanto penuh bulir keringat. Bibirnya gemeteran.

Bapak kembali mengebor anus Yanto sampai Yanto megap-megap keteteran menarik nafas. Urat tangan dan lehernya menonjol saking keenakannya.

Tangan Bapak pun menyusup ke balik kaos Yanto yang tidak dilepas, menyasar putingnya. Begitu dapat, jemarinya memelintir dengan gemas.

"Ahhhhh, Pakkk, terushhh, ahhhh..."

"Enak diginiin sama Bapak hah? Arhhh, arhhhh," tanya Bapak. Jemarinya terampil memainkan puting Yanto lantaran jam terbang Bapak jauh lebih banyak ketika mencumbu Ibuk.

"Iyahhh, ahhhh, ahhhh, kontol Bapak enak pisan, ahhh, ahhhh."

Plok! Plok! Plok!

"Arghh! Arghh! Ohhh!"

Puas mencumbu Yanto sambil berdiri, Bapak akhirnya mencabut kontolnya. Yanto agak kaget karena anusnya langsung terasa hampa.

"Ganti posisi ya, Nto. Kamu nungging di bawah. Bapak mau ngewe Yanto gaya itu," pinta Bapak menjawab keheranan anaknya.

Walau badannya sudah ngilu-ngilu, Yanto mengikuti arahan Bapak. Ia memosisikan diri berjongkok dengan lutut menopang di tanah.

Bapak mengocok kontolnya sebentar. Lalu ia segera masukkan lagi ke lubang anaknya dengan mengikuti posisi yang sama. Punggung mereka berdempetan. Bapak pun menggempur anus anaknya liar.

Plok! Plok! Plok!

"Ahhhh, ahhhh, emphhhh, ahhhhh!"

"Uhhhh, enak, Nto, ahhhh, ooohhhh!"

"Emphhh, Yanto mau dimentokin, Pakkhh, ahhhh, enakhhh, ahhhh!"

"Arhhh, arhhhh, begini, Nto! Argghh, argghhh!"

MONTIR KETAR-KETIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang