3. SELAMAT HARI IBU. MA..
Di dunia, memang bukan hanya Dierja saja yang tidak punya Mama. Hidup dalam keluarga tanpa seorang Ibu ternyata cukup melelahkan sekaligus menyedihkan.
Tanpa Mama, Dierja dan bang Jagat terpaksa harus hidup mandiri meskipun Bapak selalu ada untuk mereka. Bukannya kurang bersyukur, tapi Dierja juga ingin sekali merasakan rasanya disayang dan dimanja oleh Mama. Dierja ingin dipeluk, ingin disuapi Mama sebelum berangkat sekolah, ingin ditemani tidurnya sepanjang malam dengan sekumpulan cerita dongeng yang Mama bacakan. Dierja mau itu, Dierja mau sosok Mama yang selama ini Dierja damba-dambakan hadirnya.
Pukul sepuluh malam selalu menjadi mimpi buruk untuk bocah kelas satu SD itu. Dalam khayal, Dierja akan menunggu Mama datang dan tidur menemaninya walau hanya sebentar. Tapi lagi-lagi khayalan itu hanya membuat Dierja sakit.
Pernah saat itu Dierja bertanya pada Bapak, tentang kenapa Mama pergi, kenapa dirinya tidak punya Mama seperti teman-teman yang lain. Tapi setiap pertanyaan itu terlontar, Dierja selalu berakhir dihukum Bapak. Dierja tidak tahu apa alasannya, namun setiap ia bertanya tentang Mama, Bapak pasti akan marah-marah, bahkan bang Jagat yang tak tahu apa-apa pun bisa terkena bentakan Bapak.
"Kata Bapak, Mama sudah tenang di surga. Tapi Dierja tidak tahu dimana surga itu. Dierja juga ingin ke sana, bang."
Jagat yang kebetulan masih terjaga, setelah mendengar pertanyaan Dierja barusan, bocah itu menoleh dan langsung menggeleng lemah.
"Jangan. Surga itu tempatnya jauh, kita tidak boleh ke sana sebelum diundang Tuhan, Dierja."
Kemudian Jagat tersenyum sembari marapikan poni adiknya yang menutupi mata.
"Kalau Dierja rindu pada Mama, lihat saja bintang. Bintang yang paling terang itu Mama."Keduanya masih tidur dengan posisi berhadapan. Dengan Dierja yang kemudian tersenyum setelah mendapatkan jawaban itu dari bang Jagat.
"Tapi sekarang tidak ada bintang, langitnya mendung karena hujan." lantas bibirnya kembali dimajukan beberapa centi tanda kecewa.
"Tidak apa-apa, kan besok masih bisa lihat."
Selepas suara Jagat terdengar, hening langsung mendominasi untuk beberapa detik, sampai akhirnya Dierja yang sudah mengantuk dan sesekali terpejam pun kembali menatap sang kakak. Hatinya khawatir, sudah semalam ini, tapi Bapak belum juga pulang. Padahal biasanya Bapak selalu pulang tepat pukul delapan malam.
"Abang."
"Hm." Jagat yang sama-sama sudah diambang kesadaran pun hanya menjawab seadanya dengan pandangan yang sudah diarahkan pada Dierja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dierja Gentala, 1997
FanfictionKehilangan kali ini adalah awal dari kerasnya hati dan kepalaku. Aku mendadak bisa menjadi monster yang paling menakutkan sekaligus mematikan untuk anak-anakku. Bahkan di saat mereka masih tak paham bagaimana cara semesta yang keji ini bekerja tanpa...