Prologue & Perkenalan singkat

62.1K 4.2K 557
                                    

00. MENYAMBUT KEDATANGAN
DAN KEPULANGAN.

Hari ini, tepatnya tanggal 21 Agustus, tahun 1990, Aku kembali dipercayai Tuhan untuk menjadi seorang Bapak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini, tepatnya tanggal 21 Agustus, tahun 1990, Aku kembali dipercayai Tuhan untuk menjadi seorang Bapak. Tepat di hari ini juga aku dipercayai Tuhan untuk mengasuh dan mengurus kedua putra kecil ku tanpa bantuan siapapun, yang sejatinya aku tak akan pernah mampu.

Seorang bayi laki-laki yang menangis bahkan menjerit dipangkuanku sekarang adalah putra kedua ku, yang baru saja ku beri nama Dierja Gentala. Laki-laki manis yang sama sekali belum dicacati oleh dosa, laki-laki yang begitu lahir langsung mempunyai status Piatu.

Hatiku sakit. Dan katanya, aku juga sempat jatuh pingsan beberapa kali sesudah mendengar kabar kalau satu-satunya perempuan yang menjadi belahan jiwa ku memilih untuk mengorbankan nyawanya sendiri demi bayi dalam kandungan nya.

Tangisan ku mungkin belum seberapa dibandingkan dengan Anak pertama ku, Jagat Erlangga. Bocah laki-laki yang baru kemarin genap berumur 2 tahun itu pun tak kalah sakit saat melihat Mama nya di kerubungi banyak orang. Jagat panik, anak sekecil itu memang belum tahu apa-apa soal kehilangan. Tapi aku percaya, tangisan Jagat malam itu benar-benar menunjukan kalau dia belum siap ditinggalkan.

Aku melangkah meski rasanya kaki ku bisa saja hancur. Ku pandangi wajah bercahaya perempuan cantik yang akan selalu menjadi belahan jiwa ku. Sakit. Ada perasaan aneh yang mengganjal, hatiku sesak bukan main, isi otakku carut-marut memikirkan apa yang baru saja terjadi. Bernapas pun rasanya perih, disetiap tarikan napas, dadaku seperti di sayati benda tajam.

Kehilangan kali ini adalah awal dari kerasnya hati dan kepalaku. Aku mendadak bisa menjadi monster yang paling menakutkan sekaligus mematikan untuk anak-anakku. Bahkan di saat mereka masih tak paham bagaimana cara semesta yang keji ini bekerja tanpa sosok ibu didalamnya.

"Nak, kalau bisa, cari saja Bapak yang lain, jangan bertahan dengan sosok Bapak seperti aku."

"Bapak mu ini monster yang tidak punya hati."

Dalam hati, aku selalu mengucapkan kalimat itu berulang-ulang. Berharap suatu saat nanti mereka bisa mendengarnya lewat sikap dan tindakan ku.

Tapi Dierja selalu saja menjawab, "Pa.. Dierja sayang Bapak."

Walaupun hatinya sudah cukup lebam-lebam karena ulahku, Dierja sama sekali tidak pernah melihat ku dengan pandangan takut atau benci.

Di matanya aku tetaplah seorang Bapak yang sudah menjalankan tugasnya dengan sangat baik, Bapak yang selalu dia banggakan pada teman-temannya.

Sekarang Dierja sudah besar, umurnya sudah 7 tahun, sebentar lagi mulai ku lepas dengan Jagat berdua setiap berangkat sekolah. Aku semakin sibuk, mereka lebih sering ku tinggalkan berdua di rumah tanpa pantauan orang dewasa.

Dierja Gentala, 1997 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang