06. MAAF KARENA TIDAK SEHAT.
Ternyata perasaan tidak menentu yang Jagat rasakan betul-betul terjadi. Walaupun bukan kali pertama Jagat melihat Dierja diganggu oleh teman-teman kelasnya, tapi untuk kali ini mereka sudah sangat keterlaluan. Jagat sampai menangis begitu melihat Dierja kesulitan bernapas saat jam istirahat tadi. Bahkan hingga saat ini, Jagat pun masih gelisah melihat Dierja yang hanya bisa berbaring di atas kasur ruang UKS.
"Dierja diapakan sama Egi tadi?"
Jagat membuka suaranya setelah hening sudah menyelimuti mereka berdua sejak beberapa menit lalu.
Mendapatkan pertanyaan seperti itu, Dierja tidak menjawab apa-apa. Justru anak itu malah tersenyum sembari mengubah posisinya menjadi duduk.
"Tidak apa-apa, bang. Sudah biasa Egi ganggu Dierja."
"Tidak bisa begitu, dong. Yang seperti itu mana boleh dianggap biasa. Dierja sampai kambuh asmanya gara-gara Egi, kan?" Jagat tidak terima mendengar jawaban yang adiknya berikan.
"Itu namanya perundungan." Kali ini ekspresi wajahnya benar-benar kesal.
"Nanti abang adukan pada Bapak supaya Egi dimarahi karena sudah berani ganggu Dierja."
"Jangan! Kok abang begitu?" Dierja mengerutkan kedua alisnya.
"Ya memang harus begitu, Dierja! Kamu sering di ganggu Egi, dia nakal!" Jagat meninggikan suara, terlampau kesal melihat Dierja yang terlalu mudah memaafkan orang lain.
"Tapi Dierja tidak apa-apa, abang. Dierja cuma sedih karena tugas yang Ibu Guru kasih tadi."
Dierja menunduk, kemudian menyentuh dadanya sendiri dengan mata berkaca-kaca.
"Hati Dierja sakiiitt sekali.. Setiap ingat Mama Dierja sakit, bang."Tidak langsung menjawab, Jagat malah menatap Dierja dengan tatapan yang sulit diartikan. Jagat juga sakit melihat Diejra seperti ini.
"Memang Ibu Guru kasih tugas apa?"
Sembari menghapus setitik air mata yang belum sempat jatuh, Dierja membalas tatapan Jagat.
"Bercerita tentang Mama." Kemudian embusan napas panjang terdengar, Dierja lagi-lagi ingin menangis.
"Dierja tidak tahu harus tulis apa. Dierja tidak punya kenangan apa-apa dengan Mama, Dierja juga tidak tahu apa-apa soal Mama, bang.."
Bibirnya kembali bergetar, Dierja sudah ingin menangis lagi jika saja Jagat tidak langsung mengusap bahu sempitnya dengan sangat lembut. Jagat menarik Dierja ke dalam pelukannya, lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dierja Gentala, 1997
FanfictionKehilangan kali ini adalah awal dari kerasnya hati dan kepalaku. Aku mendadak bisa menjadi monster yang paling menakutkan sekaligus mematikan untuk anak-anakku. Bahkan di saat mereka masih tak paham bagaimana cara semesta yang keji ini bekerja tanpa...