15 | Surat Permintaan Maaf

9.5K 864 148
                                    

Happy Reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading!

Ada begitu banyak keraguan dihati Jagat, yang termasuk ke dalam salah satu kergaun terbesarnya adalah tentang apakah Bapak benar-benar menyayanginya dengan Dierja atau justru tidak.

Namun keraguan itu selalu Jagat buang jauh-jauh saat mengingat betapa susahnya Bapak berusaha dan berjuang untuk tetap memilih membesarkan anak-anaknya sendirian sampai detik ini.

Akan sangat tidak tahu diri kalau Jagat berpikir Bapak tidak menyayanginya. Bukan berarti Bapak seperti itu hanya karena sering menyakiti fisik dan hati mereka, melainkan bapak pasti punya alasan yang besar dibalik itu semua.

Dan itulah yang menjadi alasan kenapa Jagat akan selalu bersyukur dengan segala sesuatu yang telah Bapak berikan untuknya. Jagat tidak tahu apa-apa tentang Bapak, jadi tidak seharusnya ia menghakimi Bapak hanya karena melihat dari satu sisi.

Begitu lah yang selama ini ada di pikiran anak berusia 9 tahun itu. Walaupu usianya masih seukuran biji jagung, tetapi keadaan telah berhasil membuatnya berpikir dan berprilaku lebih dewasa dibandingkan dengan usia anak-anak seumurannya.

Sampai detik ini, Jagat sudah sangat berhasil menjalankan perannya sebagai seorang sulung, sebagai kakak tertua yang mampu menjaga dan melindungi Dierja dimana pun dan kapan pun. Walaupun tak jarang Jagat merasa tidak berguna dibeberapa waktu karena gagal melindungi Dierja dengan baik.

Tetapi Dierja sendiri berani bersumpah kalau Jagat sama sekali tidak pernah membuatnya kecewa, sekalipun tidak pernah gagal di matanya.

Dalam lamunan pajang, Jagat memikirkan banyak hal. Tentang bagaimana indah serta bahagianya hidup kalau Mama masih ada, masih bisa berkumpul bersamanya sampai saat ini. Pasti tidak akan ada bentakan, apalagi kekerasan. Derja pasti akan menjadi anak paling bahagia di dunia.

Waktu tidak akan sesabar itu untuk menemani Jagat berandai-andai. Maka sembari memandangi wajah Dierja yang masih terpejam begitu tenang, Jagat perlahan-lahan mengulurkan tangannya untuk menyentuh bahu anak itu.

"Dierja, bangun."

Lalu kemudian tangannya berpindah untuk disimpan di kening Dierja. Panas, sepertinya Dierja demam karena terlalu lama terguyur hujan kemarin sore.

Jagat bisa melihat mata Dierja mulai terbuka sedikit demi sedikit. Satu hal yang Jagat sadari, kalau Dierja sama sekali tidak pernah absen memberikan senyuman untuknya setiap bangun tidur. Seolah-olah ia sedang menatap dunianya, seolah-olah ia sangat mensyukuri hidup yang bahkan terlalu kejam padanya.

"Dierja pusing, ya? Kalau pusing tidak usah sekolah saja hari ini."

Dengan segera Dierja beranjak dari tidurnya, kemudian mengubah posisi menjadi duduk di samping Jagat.

"Tidak, kok. Dierja tidak pusing." anak itu tersenyum dengan mata yang berbinar, "justru nanti kalau Dierja tidak sekolah, malah bikin Bapak tambah kesal."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dierja Gentala, 1997 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang