08. TIDAK MENCURI
Sudah kurang lebih 5 menit Jagat memandangi Dierja yang sedang melahap telur buatannya sendiri tadi. Telur yang saat Jagat cicipi ternyata terlalu asin. Awalnya Jagat akan memasakkan Dierja telur dadar yang baru, namun Dierja menolaknya dengan alasan tidak mau membuang-buang makanan. Lagi pula, menurut Dierja telurnya tidak begitu asin dan masih bisa dimakan.
Sekarang jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang, yang mana sebentar lagi mereka harus mandi dan berangkat salat dzuhur di masjid dekat rumah. Sebab Jagat selalu mengajarkan Dierja untuk tidak melupakan kewajiban, dan Dierja pun tidak pernah membantah. Anak itu selalu mengiyakan perintah yang Jagat berikan.
"Nanti Dierja mandi saja, ya. Abang mau cuci piring dulu."
"Loh, tidak apa-apa, ini biar Dierja saja yang cuci, Bang."
Anak itu kemudian beranjak turun dari kursi meja makan sembari membawa piring begitupun gelas di kedua tangannya untuk ia bawa ke wastafel. Dierja akan mencuci nya sendiri.
Alih-alih membiarkan Dierja mencuci piring, Jagat malah berlari dan merebut piring serta gelas yang masih Dierja pegang. Mana mungkin Jagat akan membiarkan adiknya kembali jatuh, sebab Dierja harus sambil berdiri di atas kursi kalau ingin mencuci piring di wastafel, seperti saat masak tadi.
Alhasil Jagat tidak mengizinkan Dierja untuk mencuci nya sendiri, dan Dierja pun tidak menolak karena takut Jagat marah.
"Biar abang saja yang cuci. Nanti kalau jatuh lagi, bagaimana? Mau mimisan lagi? Pusing lagi?"
Dierja menggeleng, ia menatap Jagat dengan pandangan berkaca-kaca karena merasa bersalah. Seharusnya Dierja bisa lebih hati-hati tadi, harusnya Dierja tidak ceroboh sampai membuat kekacauan.
"Dierja mandi saja sana. Nanti abang juga mandi kalau sudah selesai cuci piring."
Hanya anggukan yang terlihat, kemudian Dierja membalikkan tubuhnya untuk melangkah ke kamar mandi setelah berucap,
"Maaf, ya, bang.. Dierja merepotkan abang lagi."
Lantas selepas mendapatkan anggukan dari Jagat, Dierja langsung masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan tubuhnya. Meskipun beberapa kali menggigil, Dierja tidak terlalu memperdulikan itu. Sampai akhirnya ia berlari terbirit-birit menuju kamar karena kedinginan.
Jagat yang melihat itu pun hanya bisa tersenyum, sebab Dierja sudah berteriak dingin dari dalam kamar mandi sembari berlari ke kamar.
"Hati-hati, abang! Airnya seperti es! Dingiiinnnn!" Dierja berteriak dari dalam kamar, memberitahu Jagat–yang kini sedang berjalan menuju kamar mandi,–bahwa air nya dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dierja Gentala, 1997
Hayran KurguKehilangan kali ini adalah awal dari kerasnya hati dan kepalaku. Aku mendadak bisa menjadi monster yang paling menakutkan sekaligus mematikan untuk anak-anakku. Bahkan di saat mereka masih tak paham bagaimana cara semesta yang keji ini bekerja tanpa...