07. TELUR DADAR
Hati Jagat rasanya lega sekali saat dokter mengatakan bahwa Dierja tidak perlu rawat inap, sebab setelah mendapatkan terapi oksigen dari dokter, Dierja sudah kembali ceria lagi meski saat datang ke rumah sakit, kesadarannya sudah hilang. Bapak bahkan terlihat panik disepanjang perjalanan, yang membuat Jagat hanya bisa mengusap-usap dada Dierja sembari berusaha memulihkan kesadaran adiknya di jok belakang. Hingga saat sampai di rumah sakit, Jagat masih gemetar sembari tak mau lepas menggenggam tangan Bapak.
Namun setelah mendengar dan melihat keadaan Dierja yang perlahan membaik, perasaan khawatirnya pun berangsur-angsur hilang. Jagat kembali tersenyum dan terlihat lebih bertenaga ketimbang sebelumnya.
Dokter bilang kalau Dierja tidak boleh terlalu banyak pikiran, kelelahan dan terlalu banyak menangis. Karena setelah Dokter tahu Dierja selalu kambuh setelah menangis, akhirnya Dierja harus mendapatkan banyak omelan dari Dokter. Yang membuat Dierja hanya bisa tersenyum malu dan mengangguk-angguk. Berbeda dengan Bapak yang justru terlihat datar dan sangat tidak mudah ditebak ekspresi wajahnya.
Bahkan saat sampai di rumah pun, Bapak belum mengeluarkan suara. Jagat yang menyadari kalau Bapak lebih banyak diam, hanya bisa memandangnya dari kejauhan. Pasti banyak sekali pikiran yang berkecamuk dalam kepalanya.
Tidak bisa melihat Bapak melamun terus di ruang tamu, Jagat yang baru selesai menemani Dierja tidur langsung menghampiri Bapak dan duduk di kursi yang berhadapan dengan Bapak. Melihat itu, Bapak kemudian mengalihkan pandangannya pada Jagat. Cukup lama tanpa mengucapkan apapun.
"Bapak tidak pa-pa?"
Hanya itu yang mampu Jagat ucapkan, karena jujur saja, Jagat tidak punya banyak keberanian untuk mengatakan hal lain selain itu.
"Jagat mau tolong Bapak?"
"Tolong apa?" Sembari mengerutkan keningnya, Jagat kembali bertanya pada Bapak.
"Ceritakan pada Bapak kejadian di sekolah tadi sampai Dierja bisa seperti ini."
Kemudian Jagat menunduk, anak itu kebingungan harus memulainya dari mana. Jagat ingin sekali memberi tahu Bapak kalau Dierja selalu diganggu teman-temannya di sekolah, tapi Jagat harus berpikir ribuan kali untuk mengatakan itu. Sebab bisa-bisa kalau dia mengatakan yang sebenarnya terjadi, Bapak bisa marah besar dan membuat Egi semakin kesal pada Dierja karena sudah mengadukan semua. Jagat takut kalau Egi malah semakin keterlaluan mengerjai adiknya.
Alhasil setelah diam cukup lama, Jagat kembali mengangkat kepalanya dan membalas tatapan Bapak.
"Kata Dierja, tadi di sekolah Ibu Guru minta anak-anak untuk Bercerita Tentang Mama masing-masing." Jagat menjeda ucapannya sebentar, kemudian kembali melanjutkan setelah mengumpulkan tenaga.
"Lalu Dierja sedih karena tidak punya apa-apa untuk diceritakan. Dierja sudah nangis waktu Jagat datang ke kelas, dan tiba-tiba sesak saat Jagat peluk. Dierja kesakitan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dierja Gentala, 1997
FanfictionKehilangan kali ini adalah awal dari kerasnya hati dan kepalaku. Aku mendadak bisa menjadi monster yang paling menakutkan sekaligus mematikan untuk anak-anakku. Bahkan di saat mereka masih tak paham bagaimana cara semesta yang keji ini bekerja tanpa...