Prolog

737 59 8
                                    










Suasana duka masih saja menyelimuti kediaman keluarga Kim. Rumah sederhana yang terletak di pedesaan itu masih terasa sunyi selepas kepergian sang kepala keluarga.

Kim Joong Ki, pria paruh baya yang menutup usia di umurnya yang ke 43. Meninggalkan keluarga kecilnya untuk selamanya.

Suara pintu terbuka berhasil memecah keheningan rumah tersebut, dari balik pintu tersebut menampilkan seorang pemuda 15 tahun yang masih mengenakan seragam lengkap.

"Jungkook! Gimana sekolahnya Nak?" suara yang begitu feminin langsung menyambut kedatangan pemuda tersebut.

Kim Jungkook, pemuda kelas 2 SMP itu pun tersenyum, menampakkan gigi kelincinya yang menggemaskan.

"Membosankan Ma, dari jam pertama pelajarannya ngitung terus." keluh Jungkook yang berhasil mengundang tawa ibunya.

"Dasar! Ganti baju gih, abis itu langsung ke dapur ya, Mama masak makanan kesukaanmu." ujar Kim Hye Kyo disertai tawa kecilnya.

"Siap Ma." patuh Jungkook seraya memasang pose hormat ala prajurit.

Hal itu berhasil membuat tawa Hye Kyo semakin lepas, anak bungsunya itu memang benar-benar menggemaskan.

Tiba-tiba ekspresi nya berubah sendu, kala mengingat betapa hancurnya Jungkook saat sang suami pergi untuk selamanya karena panggilan sang pencipta.

Ia menatap punggung Jungkook yang berjalan menuju kamar, tak lama kemudian ekspresi nya kembali ceria mengingat anak bungsunya mulai menunjukkan kepribadiannya yang sesungguhnya.

Yap, menggemaskan dan sedikit cerewet. Begitulah sosok Kim Jungkook.

Hye Kyo pun memutuskan kembali ke dapur, menyiapkan makan siang untuk kedua buah hatinya.

Di tengah kesibukannya, tiba-tiba ia mendengar derap kaki yang mendekatinya, manik indah nya pun langsung menangkap kehadiran sang buah hati yang sudah berganti baju santai.

"Ma Jungkook mau ngomong sesuatu." ujar Jungkook pelan.

Hye Kyo mengernyit bingung, ia menatap lekat kearah Jungkook yang sedikit menundukkan kepala.

"Se sepatu Jungkook rusak Ma."

Kalimat itu berhasil membuat Hye Kyo terdiam, wanita paruh baya itu terlalu bingung untuk memberikan respon seperti apa kepada Jungkook.

Ekonomi keluarganya benar-benar anjlok semenjak kepergian suaminya sebulan yang lalu.

"Rusaknya parah gak? Kalo masih bisa dipake tolong dipake dulu ya, nanti kalo Mama udah punya uang Ma–"

"Masih kok Ma, cuma robek dikit." seru Jungkook memotong perkataan Hye Kyo.

Hati Hye Kyo berdenyut melihat senyum ceria putra bungsunya itu, ia tau betul akan karakter Jungkook. Putranya itu bukan tipe anak yang suka meminta-minta, anaknya itu baru akan meminta sesuatu jika memang benar-benar butuh.

Entah kenapa ia merasa gagal menjadi seorang ibu, ditambah lagi kala mengingat putra sulungnya yang telah menguras tabungannya untuk mengurus biaya pemakaman sang suami.

Dan yang paling membuatnya sesak, ia juga tidak memiliki penghasilan. Sebab ia memang hanya menjadi ibu rumah tangga semenjak menikah dengan Joong Ki.

"Tolong panggilin kakak ya." ujar Hye Kyo mengalihkan topik, takut terbawa perasaan yang bisa saja mengundang air matanya. Tentu saja ia tidak ingin hal itu terjadi, sebab jika ia menangis di depan Jungkook, ia yakin putranya itu akan merasa bersalah kepada dirinya.

"Iya Ma." jawab Jungkook semangat.

Tanpa kedua sosok itu sadari, Kim Taehyung selaku kakak Jungkook tengah menguping dari balik pintu.

TRAGIC [VSOO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang