Happy Reading
"Ayo dong Jis maafin, marah-marah mulu bisa bikin cepat keriput loh." ujar Jennie memelas. Gadis itu berusaha menyamai langkah kakinya dengan Jisoo yang sengaja berjalan cepat.
Sementara Jisoo tak bergeming sedikitpun, ia sama sekali tak memperdulikan kehadiran Jennie, seolah menganggap teman sekamarnya itu hanyalah angin lalu.
"Udah dong marahnya. Kamu bilang diem-dieman sama teman sekamar gaenak, tapi kamu sendiri malah diemin aku dari semalem." Jennie merengek bak anak kecil, kejadian semalam seolah memberinya peringatan untuk tidak sekali-kali membuat Kim Jisoo marah.
"Coba bayangin gimana kalo kamu yang ada di posisiku? Kamu pasti marah kan?" Jisoo berujar ketus, gadis itu berhenti melangkahkan kakinya hanya untuk melayangkan tatapan tajam kearah Jennie.
"Ya maaf, kan gak tau kalo endingnya bakalan kek gitu." Jennie memasang ekspresi seperti ingin menangis. Sepertinya gadis bermata kucing itu lumayan pandai berakting.
"Taruh lagi sembarangan bajumu itu, jangan salahin aku kalo aku benar-benar membakarnya." ujar Jisoo mengancam.
"Iya deh iya, lain kali bakalan langsung aku lipat abis ambil dari jemuran." Jennie menurut.
"Jangan iya-iya aja! Aku serius! Kalo gak percaya coba aja." Jisoo kembali melayangkan ancaman sembari mengepalkan tangan berpura-pura ingin memukul Jennie, membuat gadis bermata kucing itu memejamkan mata sambil sedikit menjauh darinya.
"Iya aku serius! Tapi maafin aku dulu ya Jichu cantik." balas Jennie memasang ekspresi imut.
Jisoo hanya mendengus sebal sebagai balasan, setelahnya ia kembali melangkahkan kakinya meninggalkan Jennie.
Namun baru beberapa langkah, ia merasakan sebelah tangannya dipeluk oleh Jennie.
"Janji deh nanti malem bakalan aku traktir seblak." Jennie masih mempertahankan ekspresi imutnya, bahkan ia bergelayut manja di lengan Jisoo.
Padahal dia duluan yang menghuni kamar tersebut, itu artinya yang memegang kuasa harusnya dirinya, namun karena kejadian tadi malam ia pikir lebih baik dirinya menurut akan perkataan Jisoo.
Masih segar di ingatannya betapa mengerikannya Jisoo mode reog. Semalam teman sekamarnya itu benar-benar hampir membakar pakaian dalam miliknya. Bahkan Yerin yang notabenenya adalah atasan mereka juga terkena semprot.
"Tapi beneran si tai ayam itu bantuin kamu semalam?" Jennie kembali mengeluarkan suara setelah mengingat penyebab marahnya singa betina yang berjalan di sampingnya ini.
"Kamu pikir aku bohong? Aku bukan tipe orang yang suka marah-marah gajelas." balas Jisoo ketus, merasa kesal akan tindakan Jennie yang seolah meragukannya.
"Sumpah aku masih gak percaya kalau dia mau membantu orang lain. Membayangkan wajah songongnya aja serasa ingin memukulnya." komentar Jennie yang masih belum sepenuhnya percaya kalau pemuda yang dianggapnya lancang itu bisa berbuat baik.
"Kamu pikir hanya kamu yang tidak percaya, aku aja kaget pas dia bantuin bawa belanjaanku. Ehh ralat. Belanjaan mu!" ujar Jisoo menekankan kata belanjaan mu.
Jennie hanya cengengesan menanggapi sindiran Jisoo sembari menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Makanya Jis, jangan menilai buku dari sampulnya kalo kata pepatah."
"Hahh? Ucapin ke diri sendiri mbak, anda tuh yang paling sewot sama Taehyung."
"Aku hanya membela temanku." Jennie memasang senyum lebar sampai membuat matanya menyipit.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAGIC [VSOO]
Teen FictionKisah seorang pemuda 21 tahun yang dipaksa menjadi tulang punggung keluarga. Kepergian sang ayah tidak hanya menyisakan luka mendalam, namun juga berimbas terhadap keadaan ekonomi keluarganya yang anjlok. Ia yang hanya berasal dari keluarga sederhan...