Chapter 4

217 23 4
                                    










Happy Reading





Sepulang kerja Taehyung langsung mengemasi barang bawaannya ke dalam lemari. Fasilitas kost yang disediakan HYBE Label bisa dibilang sangat layak, setiap kamar kost sudah dilengkapi AC, bahkan tempat tidurnya pun sudah menggunakan spring bed.

Beruntungnya lagi untuk kamar kost khusus pria, pihak perusahaan sengaja membuatnya untuk kapasitas satu orang per kamar. Berbeda dengan kamar kost para wanita yang setiap kamarnya dihuni dua orang.

Bagi Taehyung itu sudah seperti sebuah jackpot, sebab ia sangat menjunjung tinggi yang namanya privasi. Selain itu ia juga tidak perlu banyak berinteraksi dengan orang lain, mengingat kepribadiannya yang susah sekali akrab dengan orang asing.

Menurut Taehyung berhubungan dengan orang lain bagaikan pekerjaan, sangat melelahkan.

Namun hal itu pengecualian bagi Yerin beserta ketiga sahabatnya, sebab keempat orang tersebutlah yang selalu memberikan support kepada dirinya selama ini. Bahkan mereka sering menyarankan dirinya untuk sedikit membuka diri, seperti mencoba membentuk ikatan pertemanan dengan orang baru.

Namun kembali lagi ke awal, Taehyung tetaplah Taehyung, sedekat apapun dirinya dengan keempat orang tersebut, ia masih saja belum sepenuhnya terbuka kepada mereka.

Bahkan ia belum berani mencoba saran dari mereka, sebab ia masih memiliki trauma yang membuat dirinya tidak bisa percaya sepenuhnya kepada orang lain, ia seolah membangun dinding tak kasat mata yang membatasi dirinya dengan dunia luar.

Entahlah, menurutnya lebih baik seperti ini saja, padahal sikapnya yang seperti itu bagaikan bom waktu bagi dirinya sendiri.

Jika sewaktu-waktu meledak, maka konsekuensinya ia akan kembali depresi. Sungguh pemuda yang sangat naif.

Menerapkan prinsip stoikisme tidak serta-merta membuat Taehyung sembuh sepenuhnya. Kala menghadapi hal sulit ia masih kerap kali mengalami rasa cemas yang berlebihan, overthinking, bahkan tak jarang sampai membuatnya depresi.

Ia tidak tau gangguan mental seperti apa yang di deritanya, sebab ia tidak pernah berani datang ke psikiater. Ia hanya bermodal ponselnya untuk mempelajari ciri-ciri tersebut, sehingga berujung dirinya melakukan self diagnosis.

Tentunya ia memiliki alasan dibalik tindakan yang diambilnya, ia melakukan hal tersebut agar orang tuanya tidak khawatir setelah mengetahui bahwa dirinya sering mengalami depresi, selain itu biaya konsultasi ke psikiater terbilang cukup mahal bagi ekonomi keluarganya yang menengah kebawah.

Apalagi sekarang ayahnya sudah tiada, jadi sebisa mungkin ia bersikap seolah semuanya baik-baik saja agar tidak membebani ibunya.

Tulang punggung keluarga harus kuat! Begitu pikir Taehyung.

Jadi untuk sekedar berjaga-jaga, ia hanya bermodal obat penenang yang dibelinya di apotik, tentunya hal tersebut juga ia sembunyikan dari orang-orang terdekatnya. Entah sampai kapan kebiasaan buruk itu akan melekat dalam diri pemuda bernasib malang tersebut.

Setelah selesai menata semua barang bawaannya, Taehyung memutuskan untuk pergi ke Indomaret. Ia hanya memakai pakaian simpel yakni hoodie berwarna dark grey serta celana pendek sebatas lutut.

Ia memutuskan untuk berjalan kaki berhubung belum terlalu sore juga jaraknya hanya kisaran 500 meter. Hitung-hitung sedikit menikmati keindahan kota ini, mengingat saat masih sekolah dulu ia jarang bepergian, sangat wajar jika ia merasa asing dengan kota yang padahal letaknya hanya sebelahan dengan kota tempat tinggalnya.

"Taehyung!!!"

Baru saja keluar dari gerbang, ia mendengar seseorang memanggil namanya, membuatnya spontan menoleh kearah suara itu berasal.

TRAGIC [VSOO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang