Langkah kaki itu berjalan menelusuri lorong yang gelap, tanpa takut jika ada seseorang yang akan menemukannya. Itu adalah jalan menuju menara Ravenclaw, tidak ada seorangpun yang berjalan melwati tempat ini, karena semua murid Hogwarts sudah berdiam di tempat pengungsian.
Jendela sepanjang lorong menampilkan kilatan petir yang menakutkan, berasal dari hujan deras diluaran sana.
Voldemort berhenti, dirinya menatap pada seorang hantu wanita yang juga balik menatapnya. Itu adalah Grey Lady, hantu yang mati tragis akan cintanya bersama Bloody Baron, mirip seperti kisahnya dulu.
"Halo Helena" dia menyapa Grey Lady dengan suara yang begitu anggun, khas bangsawan.
"Apakah kau....?" Matanya menatap Voldemort dengan raut kaget, expresi yang jarang diperlihatkannya pada siapapun, Grey Lady lebih sering terlihat dengan wajah datar ataupun sedih.
"Benar, aku Voldemort" dia sedikit menyeringai.
"Untuk apa kau mendatangiku?" Ujarnya tak suka.
"Sebenarnya, tanpa bertanyapun kau tau alasanku kesini mendatangimu!" Nada bicaranya berubah datar, dia tak suka wanita ini, mirip sekali dengan ibunya yang begitu angkuh.
"Aku tidak peduli, pergilah!" Jawabnya marah.
"Berani sekali kau.... cih..." Voldemort memberikan mantra pembeku pada Helena Ravenclaw sang Grey Lady, sehingga dia tak bisa menggerakan tubuhnya. "Katakan, dimana diadem Ravenclaw milikku?" Ujarnya.
"Tidak tau!" Helena memalingkan wajahnya.
"Keras kepala heh? Mirip sekali ibumu!" Desisnya kesal.
"Aku memang tidak mengetahui apapun!" Elaknya tanpa berani menatap Voldemort.
"Kau pikir aku bodoh! Lalu siapa orang yang menerima Diadem dari Bloody Baron heh?".
"Apa maksudmu?" Wajahnya langsung berbalik dan menatap Voldemort terkejut.
"Kau yang menerimanya Helena, menyimpam Diadem Ravenclaw milikku" sungguh, Voldemort sangat malas bertele-tele seperti ini.
"Itu bukan milikmu! Diadem itu milik ibuku!" Ujarnya tak terima. "Aku hanya menyimpan apa yang menjadi milik ibuku!".
"Kau tau, Diadem itu adalah tempat dimana Horcrux milikku berada!" Wajahnya semakin muak melihat Helena yang tidak bisa diajak berdiskusi sama sekali, dirinya sangat benci wanita.
"Aku tidak akan pernah memberitahu tiara itu dimana!".
"Benarkah kau tidak mau memberitahu dimana letak diadem tersebut?" Voldemort menyeringai sadis, kemudian mengepalkan tangannya.
"Akhhhh...." jerit Helena kesakitan.
Jangan juluki Voldemort pangeran kegelapan, jika menyakiti hantu saja dirinya tak bisa. Itu adalah hal yang sangat mudah, dirinya bisa memberikan rasa sakit pada hantu lebih dari kematian mereka.
"Bagaimana, masih belum ingin membuka mulutmu ?" Kepalan pada tangannya semakin erat, semakim kencang dan membuat Helena semakin kesakitan.
"Ruang kebutuhan!!" Jeritnya di sela-sela rasa sakit.
Voldemort menghentikan siksannya.
"Ruang kebutuhan!" Ujarnya sekali lagi.
"Ah... begitu ya ? Kau menyembunyikannya disana" tempat yang tak terpikirkan olehnya, untuk menyimpan horcrux paling berharga. "Kalau begitu terimakasih Grey Lady. Tapi sebelumnya aku akan memberimu hadiah atas karena telah menyimpan horcrux milikku disana, AVAKADAVRA!" Teriaknya.
Tubuh sang Grey Lady itu hancur menjadi abu, bersama kilatan cahaya hijau yang mengerikan.
"Selamat tinggal, semoga kau tenang dialam baka".
KAMU SEDANG MEMBACA
My Baby Mate (TOMARRY)
RandomHarry mendapatkan sebuah tanda ular ditangannya pada usia ke-17, tanda yang selalu menyiksanya karena terasa panas. Di buku bilang, ini adalah tanda mate, lebih tepatnya tanda Submissive. Lalu siapakah sang Dominan ? bahkan dirinya berjuang keras...