14. Menuju perang

2.4K 360 21
                                    

Harry bingung, bagaimana menjelaskan dan meluruskan apa yang terjadi dimasa lalunya pada Voldemort. Pria itu bahkan sudah terlalu beci dan buta untuk melihat kenyataan tentanganya.

Harry bahkan bisa melihat dendam dan amarah yang berkabut di netra mer milik Voldemort. Semuanya tertuju untuknya, untuk masalalunya, untuk penghianatan yang Voldemort pikir dia dapatkan.

Bingung sebenarnya, apa yang bisa dirinya sekarang lakukan. Sementara Voldemort saja keberadannya entah berada dimana, dirinya tak tau.

"Maafkan aku hiks... maafkan aku, semuanya adalah salahku hiks...." tangisan itu menggema diruangan yang Harry tempati sendirian.

Dia bahkan menolak tawaran Ron dan Hermione yang akan menemaninya disini. Harry hanya butuh ruang untuk dirinya sendiri.
.
.
.
.

Suara menggelegar seperti ledakan terdengar dari arah luar sana, tembok kokoh pelindung Hogwarts telah hancur diserang Death Eaters.

Dumbledore yang telah bersiaga dengan para Ordo Phoenix mecoba untuk melindungi para siswa, sementara anak-anak diungsikan ke dalam bunker persembunyian.

Voldemort tak main-main, saat kemarin memberikan tanda Death Eaters dilangit sebagai ancaman untuk perang, dan hari ini dia telah mengepung Hogwarts bersama para Death Eaters'nya.

Informasi yang Dumbledore tau dari Ordo, bahwa Voldemort ternyata telah menghancurkan pusat kota sejak beberapa hari yang lalu, Diagon Alley telah hancur.

Ditambah tadi malam, dirinya mendapatkan informasi tentang kematian Severus yang statusnya sebagai agen ganda bocor, dan terbunuh ditangan Voldemort.

Semuanya membuat Dumbledore menjadi merasakan kegagalan, tidak bisa melindungi semuanya. Bahkan dalam perang ini, mereka tidak memiliki banyak persiapan sama sekali. Invasi dilakukan dengan sangat cepat bahkan terjadi lebih awal dari yang diperkirakannya.

Hogwarts yang seharusnya menjadi tempat aman ikut di invansi tanpa pandang bulu, yang dimana sekolah dilarang dihancurkan sebagaimana peraturan perang yang berlaku. Namun sepertinya pria itu tidak peduli dengan peraturan tersebut.

Voldemort menatap pasukan Ordo dengan pandangan datar, tentu saja Ordo Poenix tidak ada apa-apanya dengan para Death Eater yang telah dia didik menjadi pembunuh berdarah dingin.

Tujuan pertamanya adalah berperang dan membunuh Dumbledore, sang pahlawan dunia sihir lada perang dunia satu. Lalu mengambil tongkat elder ditangan pria tua itu.
.
.
.
.

Harry yang dari dalam kamar Hospital Wings mendengar suara dentuman keras dari arah luar menjadi terperanjat kaget.

Sementara Hermione terpogoh-pogoh mendatanginya.

"Harry, bergegaslah! Kita harus segera pergi menuju tempat yang aman".

"Lalu dimana Ron ? Sebenarnya ada apa ini ?" Ujar Harry Khawatir.

"Ron baik-baik saja, yang jelas kita harus segera pergo dari sini!" Tangannya menarik Harry untuk segera pergi.

"Katakan padaku, ada apa sebenarnya?" Dia menahan Hermione, untuk mendapat jawaban.

Sementara Hermione bingung, tidak mungkin dia mengatakan pada Harry bahwa diluaran sana sedang terjadi perang. Karena Professor Dumbledore telah menyuruhnya untuk msnjaga Harry dan lebih baik membawanya menuju bunker.

"Harry cepatlah, tidak usah banyak berfikir".

Namun dentuman itu kembali terdengar, wajah Hermione semakin pucat dan panik, Death Eater sedang menghancurkan sekolah mereka diluaran sana.

Harry kembali terkejut, dengan cepat dia bergegas keluar untuk mencari arah sumber suara.

Dia tidak memperdulikan Hermione yang berteriak memanggil namanya. Dengan cepat Harry berlari menelusuri lorong-lorong Hogwart.

My Baby Mate (TOMARRY) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang