"woahh ini rumah kita eh maksudnya rumah lo?" aletha menatap kagum bangunan didepannya"hmm" dava melirik aletha acuh seraya menurunkan lio dari motor
"masuk, mau tinggal diluar lo? gue sih gak masalah" dava melangkah kan kakinya mengikuti lio yang sudah terlebih dahulu berlari masuk membuat aletha yang tersadar langsung berlari kecil mengikuti nya
"rumah lo emang sesepi ini ya?" ucap aletha yang sedari tadi tak melihat seseorang pun selain mereka didalam rumah itu
"art gue udah pada pulang, datang pagi doang buat beberes" aletha mengangguk paham seraya mengedarkan pandanganya menelisik seisi rumah
"jadi selama ini lio tinggal bareng lo?" ucap aletha saat melihat banyak nya permainan untuk anak kecil yang berhamburan begitu saja diruang keluarga itu bahkan dapat ia lihat sebuah area bermain kecil dipojok ruangan
tak mungkin kan dava yang memainkannya, memikirkan itu membuat aletha terkekeh geli sedangkan dava menaikan alisnya menatap aletha yang terkekeh sebelum mengalihkan tatapan nya kearah lio
"iya, gue ketemu lio dua minggu yang lalu ditengah jalan" aletha menatap kaget dava yang sedang memperhatikan putranya
"hah? ditengah jalan?! yang bener lo?!" aletha bertanya dengan hebohnya memastikan ia tak salah dengar, dava mengangguk dengan tatapan yang tak beralih dari lio
"waktu itu lio nangis habis jatuh keknya, lutut ama telapak tangannya luka, pas gue mau anter dia pulang ternyata dia gak tau rumahnya yang mana yaudah gue bawa pulang kerumah gue" aletha mengangguk paham dengan tatapan yang beralih keputra menggemaskannya
"untung lio ketemu lo kalo engga, gue gak tau keadaan lio bakal gimana, mungkin gue gak bisa maafin diri gue sendiri kalo misalnya terjadi apa apa sama lio, gue emang orang tua yang gak becus" dava beralih menatap aletha yang melemparkan tatapan seduh ke lio yang terlihat asik bermain dipojok ruangan
"orang tua? maksud lo??" dava menatap lekat aletha yang tersenyum kecil mendengar pertanyaan nya
"lio anak gue" ucap aletha tersenyum getir melihat lio yang membuat dava berbelalak kaget dengan cepat dava menetralkan ekspresinya seperti semula
"anak?! lo kan masih sm-ah sorry gue gak maksud" aletha mengalihkan tatapan nya kearah dava yang kini menatap nya tak enak sebelum terkekeh renyah
"gak papa kali, lagian ceritanya gak kaya yang lo pikirin" dapat ia lihat dava yang menggaruk tengkuk kaku seraya menatap canggung
"oh iya mertua gue mana dah?" tanya aletha berusaha mencairkan suasana yang mendadak canggung
"ha?" dava yang tadi terlihat canggung pun kembali rileks seraya menatap bingung aletha
aletha melotot kan matanya saat menyadari perkataannya yang ceplas ceplos sepertinya ia akan mencoba mengajar mulutnya agar tak ceplas ceplos lagi nantinya
"maksud gue bonyok lo, iyaaa bonyok lo mana dah? kok gak keliatan" ucap aletha dengan ekspresi aneh seraya celingak celinguk seperti seorang maling
"lagi keluar kota" aletha mengangguk paham seraya melirik dava dan BOOM netra mereka bertemu beberapa detik dengan terburu buru dan salting brutal aletha memutuskan acara mari saling menatap nya dengan dava
"ekhem ekhem haus nih ekhem" ujar aletha memberi kode dengan tangan yang bergerak canggung mengelus lehernya membuat dava kembali melirik aletha kikuk
"haus y ya minum, gitu aja ribet" jawab dava gugup namun terdengar agak nyolot untuk menutupi kegugupannya, aletha menjentikan jari sebelum mengangguk heboh
KAMU SEDANG MEMBACA
Padre¿
Humor"papaa" dava yang dipanggil papa sontak terkejut dengan bola mata yang membulat sempurna "kamu udah punya anak dav?" tanya wanita yang sedari tadi disamping dava dan dibalas gelengan panik oleh dava "papa siapa heh? gue masih perjaka cil" "papaaaa...